“Sesungguhnya orang-orang yang beriman
itu adalah mereka yang apabila disebutkan nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat -Nya, bertambahlah iman
mereka(karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakkal.” (Q.S. al-Anfal :2)
Semenjak kecil, banyak dari kita
dididik kebiasaan membaca Al-Qur’an selepas shalat terutama ba’da shalat Maghrib.
Kalau orang Jawa menyebutnya nderes.
Tidak terkecuali saya yang dulu masa kecil saya, saya habiskan tinggal di rumah
nenek. Bu Lek saya selalu setia
menemani saya mengaji surat-surat pendek, barang satu atau dua surat. Dulu, Juz ‘amma saya sudah ada terjemahnya lho. Tapi saat itu saya tidak mengerti, yang
saya ketahui kalau Al-Qur’an itu ya bahasa arab.
Mengenai terjemahan itu, saya
baru mulai sadar dan benar-benar membacanya ketika duduk di bangku SMA. Serius.
Karena saya ini hanyalah orang awam apalagi menyangkut tentang ilmu agama. Jadi,
mentor ngaji saya kala itu memberi
pengarahan agar tidak sekedar membaca Al-Qur’an namun sekaligus men-tadaburi-nya. Cara mudahnya dengan
membaca terjemahan Al-Qur’an. Agar kita menjadi lebih faham dengan apa yang
kita baca. Minimal kita tahu artinya dalam bahasa kita.
Keimanan seseorang itu kadang
naik terkadang juga turun. Ibadah-ibadah lahiriah seperti shalat, membaca ayat
suci, puasa dan seterusnya adalah sebagai charger
kita untuk mengisi ‘baterai’ keimanan kita. Ada cara-cara sederhana yang
dapat menguji level keimanan kita saat ini, apakah sedang naik, rata-rata atau
malah turun. Salah satunya adalah dengan cara membaca Al-Qur’an.
Kondisi keimanan kita yang sedang
baik, tentu akan membawa dampak keikhlasan dalam beribadah. Perhatikan ketika
kita mulai membaca ayat demi ayat. Jika perasaan kita terbawa untuk terus dan
terus melanjutkan membaca tanpa ingin lekas mengakhiri, maka itu tandanya hati
kita sedang terpaut pada Sang Khalik. Kita dapat meresapi bahkan ingin tahu
makna terjemahan ayat-ayat yang kita baca. Ibarat di-charge, kadar keimanan kita terus bertambah.
Sebaliknya, jika saat membaca
Al-Qur’an kita ingin segera menghentikan bacaan, menarget sekian ruku’, bahkan bolak-balik melirik batas
yang kita tentukan itu sambil membatin ‘ini
kapan selesainya...’ maka ini pertanda iman sedang menurun. Bahasa teman
saya, jangan malu untuk mengakui bahwa kita tengah mendua. Menduakan Allah yang
Maha Agung dengan hal-hal duniawi kita. Kita tidak tenang seolah-olah ada hal
lain lebih penting daripada memahami ayat-ayat yang tengah kita baca. Padahal,
kalau dipikir-pikir waktu yang kita alokasikan tentu mengaji Al-Qur’an tidak
sebanyak aktivitas lain seperti kuliah, makan, dan seterusnya. Kalau masih
tidak fokus, tentu akan semakin memangkas waktu kita berdekat-dekat dengan
Allah lewat surat cinta-Nya. Indikator ini hanya sebagai penggambaran saja,
berdasarkan pegalaman pribadi penulis.
Allah tidak pernah menyuruh kita
berlebihan dalam hal apapun apalagi soal ibadah. Hanya saja, kita ini manusia
biasa yang banyak khilaf dan dosa. Masih saja kita enggan berbuat baik demi
sebongkah pahala. Sebenarnya apa yang mampu kita dedikasikan dalam hidup ini? Apabila
kita sering mengatakan bahwa kita tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan
banyak hal, maka seharusnya pertanyaannya adalah apa yang bisa kita lakukan
dengan waktu yang telah Allah sediakan?
Setiap hari, membaca beberapa
ayat dalam Al-Qur’an serta memahami artinya tentu bukan hal yang berat. Hanya
saja yang berat adalah bagaimana menjalankannya dengan konsisten. Masalah demi
masalah yang menghampiri, yakinlah Allah telah menjawabnya di dalam Al-Qr’anul
Kariim. Karena, Allah telah menjadikannya sebagai petunjuk dan penawar bagi
orang-orang yang beriman. Baca, resapi, dan pahami.
Khalila Indriana, 2013.
100 hari penuh inspirasi