Khalila Butik Hijab Syar'i

Monday, April 15, 2013

Makna Satu Kata #13 SIAP: Perbesar Wadahnya

Tuhan, mengapa Engkau memberiku rezeki yang sedikit? Mengapa Engkau memberi mereka rezeki yang melimpah ruah, padahal Engkau menciptakan kami dengan wujud yang sama? Tuhan, Engkau tidak adil!


Barangkali masih banyak orang yang berfikir demikian ketika ia dirundung kesedihan karena kekurangan harta. Mengeluh, iri kepada orang lain atau lebih banyak menyalahkan Tuhan. Ia selalu merasa usahanya sudah maksimal, tapi masih saja hidup kesusahan. Maka dari itu, ia hanya bisa merutuki nasibnya dengan menyalahkan orang lain dan keadaan. Sehingga watunya habis untuk hal-hal yang kurang mengarah pada hasil yang diharapkannya. Benarkah jika Tuhan itu kejam, tidak adil dan tidak pernah memikirkan kehidupan kita? Benarkah Tuhan selalu membuat hidup hambanya menderita? Mari kita simak analogi berikut ini.

Suatu hari, terjadi hujan lebat di kota X. Ada seorang yang keluar rumah dengan membawa sebuah gelas kecil. Ia lalu berusaha menampung air hujan dengan gelas kecil tersebut. Ia selalu menggerutu bahwa Tuhan memberinya sedikit air hujan. Padahal faktanya, saat itu sedang hujan deras. Pada saat yang sama, muncullah tetangganya. Ia membawa sebuah bak penampungan yang besar. Lalu ia bertanya pada tetangga yang membawa gelas,

”Wahai tetanggaku, mengapa engkau kelihatan bersedih?” Si tetangga lalu menjawab,

”Tuhan tidak adil! Aku selalu mendapat sedikit air hujan. Sedangkan aku membutuhkan air lebih banyak!”

“Tidak benar! Tuhan itu maha Adil. Jika engkau ingin air hujan yang banyak, mengapa engkau membawa gelas untuk menampungnya? Lihat! Aku membawa bak besar. Maka, jika engkau menginginkan lebih banyak, maka perbesar wadahmu!”

Si tetangga lalu menyadari kesalahannya. Ia tidak menyadari bahwa selama ini ia sendiri yang membatasi rezeki itu datang padanya. Padahal yang benar, Allah telah menurunkan rezeki yang besar kepada manusia tanpa batas. Tapi seringkali kita sendiri yang tidak siap menerimanya. Perlu keyakinan yang besar, kelapangan hati dan kesiapan ‘wadah’ yang akan menampung rezeki dari Allah. Namun, tidak berhenti sampai di situ.

Wadah yang besar sudah tersedia, tapi kita masih saja mendapatkan hasil yang sedikit. Mengapa? Ya, kita harus jeli dimana tempat yang tempat untuk menampung rezeki yang banyak itu. Misalkan tadi yang hujan deras adalah kota X, tapi kita berdiam diri di kota Y yang terang benderang tidak hujan sama sekali! Jelas saja kita tetap tidak mendapat apa-apa. Wong hujannya di kota sebelah. Jadi jangan hanya duduk manis, tapi segeralah beranjak menjemput rezeki di mana saja kita akan dapat maksimal menampungnya. Menampung rezeki disini hanya perumpamaan, bukan berarti kita diam dan menunggu rezeki itu turun dari langit. Tapi, berdoa dan berikhtiar dalam proses menjemputnya. 

Maka, jangan pernah membatasi diri. Jangan buru-buru menyalahkan orang lain, menuduh orang lain mengambil jatah rezeki kita. Karena rezeki manusia takkan pernah tertukar. Hanya saja Allah baru akan memberikannya sebanding dengan apa yang ia usahakan. Memperbesar wadah. Ya, kita sendirilah yang harus mempersiapkannya. Tetapkan tujuan, lalu pilih kendaraan (cara) yang tepat untuk mencapainya. Tidak ada alasan untuk berputus asa dari rahmat Allah. Jika masih menyalahkan Tuhan, silakan simak cerita berikut ini yang saya dapat dari Prof.Abdul Basith, Guru Besar di IPB.

Seorang kakek-kakek pergi memancing ikan sambil membawa sepotong penggaris.Setiap kali ia mendapatkan ikan, dia ukur panjang ikan tersebut dengan penggarisnya. Jika ikan lebih panjang dari penggarisnya,ikan dia lepaskan. Jika kurang dari panjang penggarisnya, ikan ia simpan. Waktu ia ditanya oleh orang muda disebelahnya, ”Wahai kakek,mengapa ikan yang besar-besar engkau lepaskan, sedangkan yang kecil-kecil engkau simpan?”Sang kakek dengan tenang menjawab, “Wahai anak muda, Anda tidak tahu ya, wajan dirumah saya diameternya cuma sepanjang penggaris ini!”

Betapa banyak orang yang selalu mengukur impiannya dengan fakta yang mereka miliki saat ini. Anda tentu akan berbuat lebih baik lagi dari cerita di atas, kan?

Khalila indriana, 2013.
100 hari penuh inspirasi

No comments:

Post a Comment