Khalila Butik Hijab Syar'i

Tuesday, October 30, 2012

Fast Forward

Pernahkah anda menekan tombol fast forward pada remote televisi atau DVD, ketika anda menonton film? Mengapa? Karena penasaran endingnya, atau karena anda tidak ingin acara nonton film anda berakhir sia2 karena tidak mengerti apa yang anda tonton? Mungkin anda yang tidak setuju dengan saya akan membantah dan akan mengatakan itu acara nonton yang tidak seru. Namun, apakah anda pernah membayangkan untuk iseng-iseng menekan tombol fast forward kehidupan anda? Tidak penasarankah bagaimana kehidupan Anda 10 sampai dengan 20 tahun kedepan? Atau barangkali hingga usia 70 tahun mendatang? Setahu saya, ada orang yang berhasil merencanakan tiap detil impian dalam hidupnya dan menuangkannya dalam sebuah proposal hidup dan timeline yang jelas. Bu Marwah Daud Ibrahim sepertinya sudah. Lalu, sudahkah anda melakukannya? Jujur saja: saya belum!

Saya bukan manusia yang tidak punya  impian sama sekali. Banyak, tapi masih berputar-putar dalam otak. Juga masih jarang menuliskannya. Timeline impian dan apa saja target pencapaian dalam hidup saya belum tergambar secara rinci dan apik untuk sekedar di baca sendiri. Jika proposal hidup saya ajukan, sepertinya akan langsung dikembalikan. REVISI! tidak jelas. :D

Mungkin beberapa saja yang pernah saya tuliskan sacara jelas dan detail sekali. Dan kesemuanya impian jangka pendek, yang Alhamdulillah sebagian besar Allah berkenan mengabulkan. Sebagian besar terealisasi dengan eksekusi yang aduhai. Bukan masalah hasil akhirnya. Tapi, prosesnya! Pernah dengar kan, jika Allah tidak memberi apa yang kita minta, maka itulah yang terbaik bagi kita? Sudah, tidak usah bertanya, Anda harus mengalaminya sendiri untuk mempercayainya. :-)

Fast forward yang pernah saya tulis adalah saat saya belum masuk kuliah. Selepas SMA saya libur panjang dan punya banyak waktu untuk menulis,apa saja. Saya saja sampai bisa menertawai tulisan saya kala itu, berarti ada kemajuan. Saya sempat menulis diary yang bertanggal, kira-kira saat saya sudah masuk kuliah. Maklum, saat itu saya bercita2 sederhana. Ingin masuk kuliah, titik. Motivasi saya, meski banyak yang bilang pendidikan tidak penting namun saya bertekad untuk memasuki lembah bernama universitas itu untuk belajar lagi. Berbekal keyakinan, insyaAllah banyak kesempatan yang bisa saya raih ketika di sana. Dan apa yang saya tulis menjadi nyata. meski tidak seratus persen, saya yakin ini yang terbaik.

Kembali saya diingatkan untuk segera dan harus sesegera mungkin bergegas menyelesaikan proposal hidup saya! Most people don't plan to fail. they just fail to plan. And I won't do it in my life! Saya harus berhasil, minimal merencanakan grand design hidup saya sendiri. Iya, saya tahu. Dari tadi batin kalian berontak. Bilan bahwa kita merencanakan, Allah yang menentukan. Tapi, jika kita tak menjalankan apapun yang kita rencanakan.... Allah akan tetap menentukan. Bedanya apa? Kabar baiknya bahwa nasib masih dapat dirubah. Salah satunya dengan ikhtiar, untuk tidak gagal merencanakan hidup apa yang ingin kita jalani.

Saya beri contoh ya. Impian sederhana, jangka pendek saya adalah menulis minimal 100 postingan di blog sampai akhir tahun 2012. Impian jangka panjang, dari sinilah awal saya akan menulis ratusan judul buku. Sampai nanti saya tidak sanggup lagi menulis karena penyakit yang tidak ada obatnya, tua dan pikun. Amin.

Sebaik apapun rancangan yang kita buat, takkan ada nilainya jika kita sendiri tidak bersiap untuk berubah.
So, sudah siap menekan tombol fast forward hidup anda sekarang? Siapkan pena, tulis segera!

"Jika anda sedang bekerja keras, tetapi tidak untuk memburu impian Anda sendiri, kemungkinan besar Anda sedang bekerja keras untuk mewujudkan impian oang lain." (Anonim)

Selamat merancang!

P.S. Beberapa hari kedepan saya UTS, saya hanya akan mengingat, rupiah terakhir yang saya bayar hari ini akan terbayar mahal dikemudian hari. :)

@khalilaindriana
Okt, 30 2012
23:28

Thursday, October 25, 2012

Qurban 1433 H

Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar Laa ilaa ha illallahu Allahuakbar Allahuakbar walillahilhamd.

Gema takbir bersahutan.
Meneriakkan keagungan nama Tuhan, menggetarkan.
Hari dimana umat muslim besilaturahim dari penjuru dunia. menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima.
Hari dimana hewan2 qurban pilihan dihantarkan naik ke surga-Nya.
Hari dimana setiap muslim di seluruh dunia mengamalkan kebaikan yang dicontohkan Nabi Ibrahim dan puteranya Ismail.
Dan lafadz Allah senantiasa ditinggikan, semua berharap berkah.
Rasa berbagi dan semuanya bahagia karena kita bersaudara.

Selamat hari Raya Idul Adha 1433 H.
Semoga tahun-tahun mendatang bisa ikut ber-Qurban.
Optimis, Allah selalu bersama orang-orang yang mau berbagi. :)

Untuk saudara-saudariku yang lagi baksos,
Semangat ya! ^^

@khalilaindriana

Idul Adha, saya menemani keluarga dan memberi semangat yang berpartisipasi dalam kegiatan.

Wednesday, October 24, 2012

Efek Domino (Repost Ponorogo Pos,Maret 2013)


Bismillah...

Efek domino.

Pernah dengar istilah di atas? Istilah 'efek domino' diambil dari analogi permainan domino itu sendiri. Dimana ketika domino itu jatuh kearah barisan domino selanjutnya, semuanya akan jatuh terus menerus sampai akhirnya tak satupun domino itu berdiri. Definisi dari analogi tersebut adalah penyebaran suatu perubahan yang secara terus menerus dalam bentuk reaksi berantai sampai masalah itu dapat dihentikan.

Oke, saya tidak akan membahas permainan domino. Tetapi, dari analogi tersebut akan lebih menarik jika dikaitkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Apapun aktifitas yang tengah kita geluti, semuanya takkan lepas dari keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Katakanlah, adakah hubungannya antara mandi pagi dan kambing congek? Tentu saja ada. Kalau anda tidak mandi dan berani berdekat-dekatan dengan orang lain, minimal orang yang kita dekati akan kebauan dan biilang bahwa bau badan anda mirip kambing congek. Ah, ini hanya asal kepikiran saja kok menulisnya. Bukan pengalaman pribadi. :D

Maksudnya, jika kita lalai atau sering menggampangkan suatu urusan maka hal tersebut dapat menjadi masalah besar dilain hari. Meski itu sepele, hal-hal kecil dan tidak penting bagi kita. Katakanlah ada sederet agenda yang harus kita jalani, rangkaian agenda tersebut telah kita susun dengan rapi. Satu kali saja kita lalai, ibarat balok domino yang anda sentil maka merembetlah ke deretan balok domino selanjutnya. Semuanya jatuh, ambruk. Entah berapa kerugian yang harus ditanggung hingga kita dapat menghentikannya.

Kita sering shalat tidak tepat waktu. Ya, karena hal yang paling mudah dilakukan manusia adalah menunda-nunda shalat. Dikasih waktu yang longgar sekalipun belum tentu akan bersegera. Makanya, shalatlah tepat pada waktunya (YANG UTAMA, INI JELAS-JELAS ADALAH PERINGATAN UNTUK DIRI SAYA SENDIRI!). Shalat itu ibadah yang rutin, yang wajib sehari lima kali. Cukuplah untuk membina kebiasaan dengan sebuah rutinitas. Harusnya, bukan lagi hanya suatu rutinitas melainkan kebutuhan. Ya, semuanya berawal dari shalat.

Lalu, apakah hikmah dari efek domino hanya perkara kejatuhan pada hal-hal yang buruk saja? Mari memaknainya dengan definisi yang lain. Misalnya, kita ingin berpartisipasi dalam membangun peekonomian umat. Kalau menunggu anda menjadi menteri perekonomian, sepertinya kejauhan ya. Ambil saja contoh tentang penerapan ilmu distribusi rezeki. Satu hal yang sepele memang, katakanlah yang anda miliki hanyalah uang 1000 rupiah. Bagaimana caranya dengan potensi itu ikut membangun perekonomian umat?

Caranya, carilah pedagang keliling (asongan) yang berjualan permen atau tissue. Meskipun anda sedang tidak ingin mengemut permen atau makan tissue (eh?), belilah produk mereka. Penting tidak penting, kita sudah menjadi ‘orang penting’ bagi mereka. Si pedagang menerima uang, dapat mengambil laba dan tentu saja akan berpengaruh pada pendapatannya hari itu. Lalu ia membeli beras, di pedagang beras dapat mengulak dagangannya kembali dan seterusnya hingga laporan PDB negara ini meningkat. Pendapatan perkapita meningkat, ekonomipun tergerak. Hebat kan? Itulah penerapan efek domino lain yang saya maksud. Satu tindakan yang efektif dan terarah akan menduduki peranan yang besar lewat proses akumulasi.

Milikilah prinsip, satu kebaikan akan membawa kebaikan lain. Bangunlah balok domino-mu dengan berbagai kebaikan. Agar kelak jika harus jatuh, yang merembet itu semua adalah kebaikan. Kebaikan yang menular, itu bagus!

Selamat belajar!

kalau belum bisa wukuf, kita puasa arafah yuk! J

@khalilaindriana
Oktober, 25st 2012
6:14

Tuesday, October 23, 2012

Sabar yang Aktif



 Bismillah.

Sabar adalah kekuatan untuk bertahan dalam cobaan, aktif mencari solusi, bergerak dengan ikhtiar. Jangan pernah melihat masalah hanya dari satu sisi yaitu keburukannya saja, lihatlah dari berbagai sisi. Suatu ketika kita butuh melapangkan hati kita dengan mencurahkan isi hati kita pada orang yang kita percaya, siapa tahu ada solusi di sana. Tapi, Allah-lah yang maha solutif terhadap segala permasalahan yang terjadi dalam diri seorang manusia. Allah adalah tempat bergantung yang utama dan paripurna.
Ada manusia yang merasa dirinya sangat terpuruk, habis. Namun ada pula yang merasa terpuruk, tapi ia bangkit. Tinggal kita memilih yang mana. Menyikapi itu semua, dibutuhkan mental-mental yang telah kita bentuk sebelumnya. Kita ingin menjadi orang yang sabar, butuh latihan. Latihan dari yang kecil-kecil, hingga suatu ketika apabila kita menghadapi cobaan yang besar hati kita telah tertata. Tiada seorangpun manusia yang berharap hanya keburukan yang terjadi dalam hidupnya.
Jika kita memahami ayat yang Allah terangkan dengan indah dalam Al-Qur’an (al-Ankabut :3) maka, segala masalah yang menghampiri akan kita anggap sebagai bentuk kasih sayang Allah pada kita. Allah sedang meperhatikan kita yang selama ini cuek pada-Nya. Menuju derajad kemuliaan kita sebagai orang-orang yang beriman di jalan-Nya.
Sabar, bukan perkara yang hanya terucap dalam kata. Sabar adalah amalan yang nyata. Barangsiapa dapat melaksanakan, maka sabar itu dapat kita jadikan sebagai penolong disisi sholat yang utama. Sungguh beruntung kehidupan pilihan hidup seorang mukmin itu. Apabila ia ditimpa keburukan dan ia sabar, maka itu baik baginya. Dan apabila mendapat kenikmatan ia bersyukur, maka itu baik pula untuknya.
Bila kita merasa berat menanggung beban ujian, sejenak letakkan masalah itu agar pundak terasa ringan. Lanjutkan perjalanan, kumpulkan kekuatan, dan suatu ketika ambil kembali untuk diselesaikan. Ingat, selalu ada Allah yang Maha Mendengar. Yakin ada solusi di setiap persoalan, janganlah takut dan serahkan keputusan terbaik dari-Nya.
Semoga Allah senantiasa memerdekakan hati-hati yang terbelenggu dari keterpurukan akibat masalah yang dirasakan. Allah tidak hendak menghinakan hambanya dengan cobaan yang menghadang dalam kehidupannya. Tapi Allah hendak memilih hamba-hamba terbaik yang senantiasa ikhlas pada takdirnya. Sempurna dalam ikhtiarnya, paripurna dalam kesabarannya. Bila kita berhenti berusaha, maka habislah kita. Jika kita jadikan kekuatan terlemah pada diri kita sebagai suatu yang paling menguatkan diri, maka Allah akan menjadi penolong terbaik dalam kehidupannya.
Allah maha Mengetahui segala isi hati, Allah penggenggam segala urusan di dunia. Serahkan keputusan terbaik kepada-Nya. Dengan begitu tiada yang perlu kita khawatirkan.

Laa Tahqof wa Laa Tahzan, Innallaha ma’ana.

@khalilaindriana
Belajar menasehati diri sendiri lewat tulisan, itu efektif.

October,24th 2012
1:26 dini hari

Monday, October 22, 2012

Setiap Tusuknya Tak Lebih adalah Doa


Ada seseorang yang pernah mengatakan ini kepada saya:


"Kekuatan sebuah karya bukanlah berasal dari rumitnya atau beragamnya peralatan yang di pakai. Kekuatan sebuah karya adalah berasal dari hati sang penciptanya.
Sebuah karya yang berasal dari hati yang tulus ikhlas akan menjadikan karya tersebut bernilai dan memiliki pengaruh yang kuat dari yang melihat, walaupun karya tersebut dibuat dengan cara dan alat yang sederhana."

Dan itulah yang sedang saya kerjakan, mengasah kreatifitas. Kekuatan detail dan kebaruan.
Be a freshmaker! :)

***
Menjadi seorang crafter bukan perkara yang baru bagi saya. Semenjak saya menyadari suatu hal yang merubah persepsi saya, tentang bidang seni apa yang saya kuasai. Karena jujur, semenjak dulu saya sulit sekali mengenali bakat seni apa yang benar-benar saya kuasai. Boleh di cek list:

Musik. Vocal pas-pasan, tidak menguasai satupun alat musik!
Lukis dan Gambar. Pernah menggambar peta provinsi Jawa Timur, detail sekali. Disangka itu minta tolong digambar oleh sodara, saya kecewa dan melupakannya. Ternyata, kakak saya nomer dua yang jago desain malah.
Menari, pernah ikut cheerleader waktu SMP. Insyaf berhijab, insyaAllah hingga hari ini dan seterusnya. Jadi, maaf tidak berminat mengikuti dance with Agnes, sama sekali! :D
Patung, ukir, pahat, gerabah. Termasuk membuat batu bata juga tak saya kuasai.
Batik. Kakek saya seorang pembatik. Saya bukan, tapi sepertinya darah seni itu ada dalam diri saya. Tinggal mengasahnya.

Saat di SMA, saya asal saja memilih konsentrasi kelas seni yang saya ikuti. Kelas menggambar. Yah, tak seburuk yang saya bayangkan. Saya menggambar perspektif, belajar arsiran,  dan mendapat wejangan yang terus saya ingat dari guru seni saya itu.
"Menarik garis, satu goresan. Jangan diulang-ulang seperti itu. Kalian ini, nampak sekali kepribadian kalian yang ragu-ragu (mulai menerawang). Orang seni itu sah-sah saja menggambar tidak lurus, kalau yang lurus itu adalah penggaris! (mungkin beliau lupa ada penggaris model busur derajat. Dan itu parabola,hehe. Lupakan). Jadi, si bapak guru meng'haram'kan benda bernama penggaris itu di kelasnya.

Hingga akhirnya saya mengingat kembali keterampilan sederhana yang diajarkan oleh pak guru SD saya. Tusuk-menusuk. Eh, seni tusuk hias maksud saya. Iya, guru seni menjahit saya laki-laki lho. Dari yang sederhana itu, subhanallah..luar biasa. Saya bisa merasa lebih hidup dan bebas berkarya. Seingat saya, macam-macam yang beliau ajarkan. Dan hanya 3 tusuk yang paling sering saya gunakan, tusuk jelujur, tusuk feston dan sesekali tusuk tikam jejak. 
Saya hanya mendayagunakan keterampilan dan (sedikit) darah seni yang mengalir ditubuh saya untuk berkarya dan bekerja. (ohya, tadi saya sudah bilang kakek saya seorang pembatik, bukan? Benar, saya bukan darah biru. Sumpah! :D) Banyak yang tidak tahu saya selama ini bekerja dengan benda-benda tajam di tangan. Jarum, gunting, lelehan lem tembak, di samping kelembutan kain flanel, dakron empuk dan benang yang tipis. Pekerjaan membuat kreasi dari bahan kain flanel-pun saya tekuni mulai Desember 2008 hingga detik ini.
Menjadi seorang crafter flanel. Menjalankan roda bisnis dengan konsep mengembangkan creativepreneur. "design.art.color" adalah tagline yang diusung produk dengan merek dagang Ichonochan Craft. Desain, sebisa mungkin membuat produk yang kuat dan detil. Bentuk dan jenis produk boleh sama, tapi pasti berbeda dalam proses pengerjaan dan hasilnya. Crafter seperti kami ini bilang, 'teinspirasi' karena sebutan plagiat nampaknya juga kurang pas mengingat kondisi kecanggihan teknologi informasi yang ada. Seni, tentu saja sentuhannya sangat menentukan kekuatan karya. Namun semua itu sama saja bohong tanpa sense memadukan warna. Bagi sebagian orang ini pekerjaan sepele, tapi sebagian lain mengatakan ini bagian dari cara mengimplementasikan sebuah karya.
Entahlah, saya sendiri selama ini hanya bermodal kemauan dan nyaman saja menjalaninya.  Bersama saudari kembar saya, yang tentunya jauh lebih jago dari saya :D. Seni yang dibisniskan itu hanya soal kreatifitas. Seberapa tinggi kita menghargai hasil karya, maka sebenarnya ide itulah yang mahal. Biarlah orang berkata apa, saya bebas saja mengekspresikan karya seni lewat media yang saya senangi. Fokus, itu saja. InsyaAllah, suatu saat menjadi karya besar asal keyakinan dan ketekunan ini terjaga. Suatu saat akan menjadi karya yang besar, saya yakin. :)
One million miles, start with one step. Mau tahu motivasi terbesar saya? Tusukan pertama beriring tusukan berikutnya, hingga menciptakan sebuah karya. Karena setiap tusukannya adalah tasbih bagi saya bagi Sang Maha Pencipta. Setiap Tusuknya Tak Lebih adalah Doa. Itu saja.

Kekuatan sebuah karya adalah berasal dari hati sang penciptanya.
Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut.

Selamat berkarya dengan hati.... :)

@khalilaindriana
Oct, 23rd 2012

Sunday, October 21, 2012

Diam Identik dengan Mati!


Menjadi seorang penggagas, terkadang hanya terpantik oleh bersitan ide yang umum, namun masih jarang direalisasikan dengan kesungguhan. Seringkali ada niat yang menggebu-gebu seolah tiada waktu lagi menunda untuk sesegera mungkin dijalankan. Tapi sekejap itu pula niat itu hilang, tergerus oleh ego dan jutaan alasan yang mengiringinya. Ada yang bertahan, namun akhirnya kandas jua oleh terjangan kemalasan dan kesibukan. Langkah awal bukan lagi menjadi pijakan untuk langkah berikutnya demi mencapai sebuah tujuan. Melainkan langkah yang tersendat dan terhenti, untuk sebuah keputusan berbelok atau mungkin berbalik arah. Kecuali, ada alternatif pilihan tindakan yang patut dipertimbangkan.
Niat awal itu sudah luar biasa. Namun, langkah berikutnya adalah yang menentukan. Kalau Columbus mau menerima tantangan untuk mencari benua ketika sayembara, maka tak pantas orang-orang yang tak bergeming itu berkata, ”Aku juga bisa melakukannya!” Tapi, tetap saja Columbus yang bergerak dan berhasil menemukan benua Amerika. Karena kemungkinan berhasil dan gagal dalam mencoba itu perbandingannya 50:50. Meski tak selamanya begitu. Tergantung bagaimana analisa kita dalam menghadapinya, bukan judgement yang selalu mengarah pada pesimistis saja tentunya.
Sudah nampak jelas perbedaannya. Biar dicibir, asal tidak berbalas nyiyir. Sudah suratan takdir, orang yang pertama bersedia menangkap peluang ke arah kebaikan itu dihina dan diremehkan. Bahkan sejak jaman Nabi, Assabiqunal awwalun, mereka yang pertama-tama menyatakan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Alllah dan Muhammad sebagai Rasulullah adalah mereka yang dihina, disiksa, dan diperlakukan semena-mena oleh kaum kafir. Tapi mereka menang, mereka bergerak fi sabilillah yang dibukakan pintu syurga selebar-lebarnya. Mereka yang menyerahkan hidup dan matinya istiqamah di jalan kebenaran, kelak menerima pula balasan terbaik. Sungguh, balasan tersebut adalah  dari Tuhannya, bukan para pendusta agama yang mencemooh mereka di dunia. Ganjaran bagi para pendosa adalah neraka, sedangkan bagi yang beriman dan beramal shalih sudah barang tentu syurga balasannya. Itulah janji Allah yang sebenar-benarnya. Kita memilih yang mana?
Jadi, jika anda takut melangkah dalam kebenaran, ingat-ingatlah pesan ini. Jutaan ide setiap harinya terbentang di hadapan kita, namun hanya orang yang pandai menangkap peluang dan meraih kesempatan yang akan menjadikannya pemenang. Orang yang melakukan kebaikan dan keburukan sebenarnya hanya satu yang sedang mereka lakukan. Yaitu, membuat keputusan untuk sebuah pilihan. Memilih yang manapun, tetap ada implikasi dan resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Yang ingin melakukan perubahan dalam hidupnya, akan senantiasa bergerak. Action, action, dan action. Air yang tergenang seiring waktu bisa jadi keruh, berbeda dengan air yang terus mengalir. Setiap saat berganti dengan air bersih lagi jernih.

Teruslah bergerak, karena diam identik dengan mati!

*ingat sekeping semangat yang dikirimkan beberapa tahun silam oleh seorang sahabat. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT. :)

Khalila indriana, Oktober 2012

Saturday, October 20, 2012

Kemarin Kurang, Besok Telat!

Dunia ini terkadang tidak adil, buktinya banyak manusia yang menuntut keadilan. Pernah, saya pun pernah merasa seperti itu. Ada perasaan berontak tatkala saya mulai menyadari, adanya ketidak adilan itu berimbas pada kehidupan saya seterusnya. Selain tentang arti nama (baca: tukang akte yang menyebalkan), sepertinya saya masih punya dendam kesumat dengan kebijakan di negeri ini. Kali ini berkaitan dengan bidang pendidikan. Saya pun hanya sedikit menggugat. Pertanyaan mendasar, mengapa tahun ajaran baru harus dimulai bulan Juli?

Masalah buat lo? Iya, masalah buat saya!

Imbas yang paling terasa, usia saya berkejar-kejaran dengan tahun ajaran baru. Saya lahir pada hari yang penuh barakah SELASA PON, 28 Agustus 1990. Ingat baik-baik ya, A-GUS-TUS. Itu adalah bulan setelah bulan Juli. Itu artinya, ketika baru masuk awal tahun ajaran baru, satu bulan kemudian bertambahlah usia saya. Saya memasuki keindahan taman kanak-kanak dan bermain-main di sana selama 2 tahun. Dan... usia 6 tahun sayapun masuk sekolah dasar. Awalnya, asiik naik kelas... tapi? Dengan ganasnya, selang waktu menuju Agustus itu mau tak mau saya harus berubah status ber-hepibesde ria merangkak ke angka 7 tahun.  Dan itu sangat menyebalkan. 

Mau bagaimana lagi, kalaupun tahun '96 saya mau masuk SD, usia saya masih 5 tahun, dan usia itu belum cukup memenuhi persyaratan. Kemarin kurang, besok telat! Tahun lalu belum cukup usia, ternyata tahun depannya malah ketuaan. Serba salah.

Bukan apa-apa, saya iri saja. Mengapa teman-teman satu angkatan saya banyak juga yang lahir tahun 91,92 bisa sekelas dengan saya. Saya? 90, Agustus pula. Menjadi terlihat seperti bocah tua saja diantara mereka. hahaha :D Bukan apa-apa pula, saat kelas 1 SD saya terlampau bosan jika masuk kelas membaca. Apalagi dengan di-eja. Jauh sebelum te-ka, saya sudah fasih membaca koran yang sering dibawa ayah saya. Saya juga berhitung dengan menerawang, ketika teman-teman sibuk menggunakan batang lidi yang dijajar-jajar. Maaf, itu juga amat membosankan dan tampak seperti kurang kerjaan. 

Saya hanya berfikir, apa seharusnya saya duduk di kelas setingkat di atas saya ya? *melirik kelas sebelah. Kata hati tak pernah berbohong, apalagi saat itu saya masih anak-anak dengan segala kepolosan. Dan pertanyaan-pertanyaan lugas menari dalam benak *wink2* :D

Saya yang terlambat masuk, atau harus menyalahkan menteri pendidikan? Saya bingung.

Baru-baru ini saya ketahui, bahwa pada era 80-an telah terjadi perubahan kebijakan pergantian tahun ajaran yang semula Desember beralih ke Juni. Pak Chairul Tanjung saja sampai harus mengalami bersekolah di SMAN 1 Boedoet selama 3,5 tahun. Tepatnya saat Daoed Joesoef menjabat sebagai Menteri Pendidikan kala itu. Entahlah, seharusnya saya mengirim telegram pada beliau. Dan mengabarkan jika hal tersebut sedikit banyak berdampak pada kehidupan saya. Apa daya, saya baru lahir 10 tahun kemudian kok :D 

Alhamdulillah, saat SD saya tak pernah beranjak dari rangking 1-2. Bergantian dengan saudari kembar saya. Tidak bebal-bebal amat lah. Padahal saat itu negara Indonesia sedang dilanda krismon! makan saja susah saya... :D Yahh... Pelaut yang hebat selalu berasal dari laut yang penuh badai gelombang, bukan? Kelas dua SD saya tuntas membaca buku pendidikan pancasila dan kewarganegaraan sampai hafal isinya. Isinya yaa... tulisan semua. Tidak ada gambarnya! *menyesal, kenapa saya tak baca terjemah kitab suci saja. :)

Buku-buku di perpustakaan, hanya mengandalkan buku sumbangan dari pemerintah yang mensosialisasikan tentang program-program pemerintah seperti Ayam IDT dan seterusnya. Mengenaskan, tapi saya senang. Karena berawal dari sana hingga saat ini saya lebih suka baca buku yang banyak tulisannya. Maksudnya, bukan komik, cergam atau sejenisnya (omong-omong soal gambar silakan dengarkan cerita saya tentang gambar-menggambar). Saya betah menekuri kata-kata dan buku tebal. Satu keuntungan buat saya. Oh ya, saya juga pernah membuat sendiri kamus Bahasa Inggris dengan kosa kata apapun yang saya berhasil temukan.

Intinya, mungkin sisi lain saya merasa dirugikan. Tapi sebenarnya juga diuntungkan karena pola pikir dan rasa ingin tahu saya saat itu sudah jauh melesat-lesat. Alhamdulillah. Yah, begitulah. Saya berusaha menerimanya. Saya yakin, banyak juga yang mengalami hal ini tapi biasa-biasa saja.  Biarlah. Pernah dengar nasehat dari seorang teman, seorang mahasiswa Kedokteran. Pada usianya yang sangat muda, seusia saya... tapi sudah mau co ass. Padahal saya masih SMA saat itu. Gemas sekali rasanya, tapi apa katanya? Pasti semua ada hikmahnya. Ada yang Maha Mengatur skenario jalan hidup kita. Bisa jadi kita tak menyukai hal itu, tapi baik dimata-Nya. :)

Terakhir, kenapa saya sekarang masih duduk di semester 5 perkuliahan saat teman2 seangkatan saya sudah bejibaku dengan skripsi mereka? :) Just, let it flow. Kini saya sangat bisa memahaminya. Kita merencanakan, Allah jua yang menentukan. Saya yang merasa teraniaya oleh kurikulum dan karena tanggal lahir saya, boleh saja menuliskanya dalam satu postingan ini. Yang penting saya lega, dan dapat mengambil hikmahnya. Terutama dan terpenting bagi pembaca.

Saya beberapa kali menulis berdasarkan pengalaman. Nyatanya tak semuanya menarik bagi pembaca. Menurut saya pribadi, yang jauh lebih menarik adalah apabila anda punya seabreg ide dan pegalaman dan tidak pernah menuliskannya. :D *laporan status capek atau mandi saja anda rajin :P

So, Enjoy and keep writing!
Make a history, just not a story... :) 
"Sesungguhnya pengalaman yang tak dituliskan perlahan akan menguap, menjadi kabar burung. Maka, tulislah sebelum anda mengalami kepikunan. Kalaupun anda pikun atau amnesia, anak cucu anda masih kebagian cerita pengalaman hidup anda." (bukan hadis,bukan ayat)

Untuk sahabat saya,
Menyalakan ide itu bisa melalui apa dan siapa saja. Terimakasih atas pemantiknya! :)

@Khalilaindriana
Ended 1:11 am
Sunday October, 21st 2012

Wednesday, October 17, 2012

Mendengar, untuk Dapat Berbicara

Bismillah.

"Mendengar, untuk dapat berbicara."

Sepenggal kalimat dalam sebuah iklan yang mengajak saya menyelami lagi. Dua telinga, satu mulut itulah faktanya. Bukan suatu kebetulan, melainkan telah didesain oleh sang Maha Desainer seluruh makhluk di dunia. Namun kenyataannya, manusia lebih banyak yang senang bicara daripada mendengarkan oranglain bicara. Dua telinga, memang sudah seharusnya kita perbanyak mendengar sekitar, mendengarkan oranglain, mendengar..dan terus mendengar. Meski dulu Ariel mengatakan bahwa langit tak mendengar, tapi sekarang ia menyuruh kita mendengar suara hatinya memanggil nama. Ah, kenapa jadi bicara lagu. Tidak penting.

Lalu, apa sebenarnya tujuan kita bicara? Apakah minta didengar? Ah, terlalu naif untuk mengatakan tidak. Tapi esensi berbicara memang benar-benar bukanlah itu. Setidaknya, ketika bicara ada niat yang lebih tulus dari sekedar kepentingan pribadi. Bukan hanya ingin didengar, tapi apa yang kita bicarakan memiliki nilai yang menjadi sorotan orang lain. Semakin ada isi dan inti dari tiap perkataan kita, pasti. Pasti, ada seberkas perhatian pendengar untuk memahami apa yang dibicarakan. Bahkan, jangan heran bila terkadang perkataan kita dapat mempengaruhi kehidupan oranglain. Disadari atau tidak.

Maka, kyai Hasan berpesan "Jangan melihat siapa yang berbicara, tapi apa yang di bicarakan." Nasihat ini selalu terngiang, sangat baik untuk diterapkan. Jangan sampai kita hanya sibuk mengelukan tokoh,sosok maupun figur yang kita idolakan. Mengikuti tiap perkataannya, sibuk mengelu-kan tapi lupa untuk menerapkan ilmu atau apa yang kita terima lewat perantaranya. Seolah kita sudah larut dalam kebaikan, tanpa pernah melakukan kebaikan itu sendiri.

Apalagi kita ini manusia, manusia pembelajar. Setiap detik haruslah bertambah tingkat pemahaman kita terhadap ilmu dan hikmah yang terserak di hadapan. Berbicara tanpa dasar, itu namanya 'ngaco'; mengada-ada. Hanya saja, kehati-hatian dalam bicara mutlak diperlukan. Bahaya lisan, tajamnya melebihi pedang. Perlu adanya kedalaman ilmu dan pemikiran agar perkataan kita tak asal-asalan, membingungkan bahkan menjerumuskan oranglain.

Maka, semakin jelas. Berbicara itu harus punya dasar. Mendengar, adalah salah satu cara agar kita memiliki dasar itu. Mendengar, kadang menjadi kegiatan yang membosankan. Padahal, ketika kita bicara panjang lebar kita lupa memikirkan apakah lawan bicara kita bosan atau tidak mendengar kita. Mendengar, menjadi kegiatan yang melelahkan. Menguras energi untuk belajar sabar, berfikir, memahami, dan mempersiapkan feedback dari apa yang kita dengar.

Beruntunglah Anda yang terbiasa mendengar. Tak banyak yang menjadikan itu sebagai sarana belajar. Asset terbesar, agar kelak kita miliki bahan untuk dapat berbicara dihadapan oranglain. Mengerti apayang kita bicarakan, berfikir kemanfaatan bagi pendengar, dan memahami itu semua bukan untuk kita sendiri. Berbicara, karena kita yakin apa yang kita bicarakan bermanfaat bagi orang lain. Bukan sekedar minta didengarkan saja, karena merasa diri ini memiliki kelebihan dan posisi strategis di hadapan khalayak. Terlalu percaya diri itu namanya.

Mendengar, untuk dapat berbicara, Dan sebenarnya untuk apa kita bicara, itu juga penting sejenak diluruskan. Meluruskan niat dan fikiran. Agar mendengar dan berbicara benar-benar suatu kesatuan dan lingkaran tanpa putus. Saling berkaitan, saling mempengaruhi. Ingin bicara? Belajarlah menjadi pendengar yang baik dahulu. Ingin mendengar? Belajarlah membayangkan dan memahami: seandainya saya yang sedang berbicara, saya pasti juga ingin didengarkan dengan penuh perhatian. Tapi ingat, intinya kita perhatikan apa yang dia bicarakan.


Jika menulis itu ibarat berbicara, maka pembaca adalah pendengar kita. Selalu terbuka untuk masukan yang membangun, perbaikan tulisan-tulisan saya selanjutnya. :)

Selamat Belajar! :)

@khalilaindriana
17102012
22:28

Untuk yang senantiasa menyemangatiku menulis dan meng-update blog. Terimakasih yah :)

Tuesday, October 9, 2012

Mengikat yang Terserak





Bismillah.
Postingan ini adalah status2 update terakhir saya. Karena sesuatu yang tersusun rapi itu akan lebih baik untuk kedepannya.. maka tak ada salahnya mengikat kembali ilmu lewat tulisan dalam secarik harapan suatu saat terbukukan. Amiin. :) ENJOY IT!



Mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat.
HP, jejaring sosial, kadang membuat kualitas hidup saya makin tiarap.
Benar juga kata Ike Nurjanah...
Terlena.
Istighfar.
Tiada kata yang paling berguna... selain banyak2 mohon ampun pada-Nya.

Terimakasih banyak, bagi yang secara tidak langsung mengingatkan.


Kau adalah sebuah harga yang pantas,
Tuk kesenangan kecil yang mahal.
-Balon Helium

Singkat kata, kebahagiaan itu mahal.
Siapapun takkan sanggup jika harus membelinya.
Tapi tidak, kalau kita tahu cara membayarnya.


All out.
Saya sangat menyukai orang yang all out.
Bersungguh-sungguh dalam menjalani apa yang ia hadapi.
Mau mengerjakan sebaik-baiknya apa yang mampu ia lakukan, berikir untuk membahagiakan tak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga orang lain.
Walau saya sendiri masih sering dikatai lari dari tanggung jawab, saya tidak peduli.
Allah yang Maha Tahu apa yang saya perbuat.
Kalo kata Gus Dur,"Gitu a
ja kok repot..."
Benar juga. RIbet, Riweh, Rempong...
Belajarlah menyederhanakan urusan.
Percayalah, tak ada urusan yang tak selesai.
Meski itu kau kira sangat rumit.


Jika kalian mengira dan merasa besok punya waktu untuk berbakti pada orang yang paling berharga dalam hidup kalian, maka urungkan saja niat kalian.
Bahkan detik ini kalian harus berbakti pada mereka, tak peduli berapa usiamu dan berapa usia
 mereka.
Tak perlu menunggu mereka menjadi tua, atau merasa baru berguna dan berbakti kalau sudah menghajikan mereka.
Jika kau mengira harta yang mereka inginkan, bahkan segunung hartamu takkan mampu membayar pengorbanan mereka.
Jika engkau berniat durhaka, sungguh.. mereka takkan lelah menyertakan namamu dalam setiap doa mereka.
Mereka adalah ORANG TUA.

*pesan untuk ANAK di seluruh dunia,