Khalila Butik Hijab Syar'i

Friday, November 27, 2015

Ini adalah blog yang hanya diisi ketika si penulis ingat kalau punya blog. Jadi, harap maklum :D

Dalam tiga minggu terakhir, setiap Jum'at sore ada aktivitas baru yang saya lakukan. Sebenarnya, bisa dibilang ini jenis kegiatan yang dulu rutin saya lakukan namun baru saya mulai lagi. Yaaapps! Saya ikut kajian lagi. Ikut kelompok kajian yang di bina oleh Ustadzah saya tercinta bernama Amah Hida. Sesuai dengan judul postingan ini, SLBK alias Sahabat Lama Bertemu Kembali. Wajah-wajah yang tak asing. Ada sekitar 9 orang termasuk saya yang tergabung dalam kelompok kajian ini. Ada yang sudah emak-emak, ada juga yang masih single. Sekali lagi, termasuk saya. Ehm. *perlu dibahas?

Biar jadi dokumentasi, saya tulis di sini. Saya kajian bersama Amah Hida, Ustadzah Fina (dulu murobbi saya di SMA-lulus), Amah Leha, Mbak Nia (Amarta Mlilir), Mbak Anisatul, Mbak Shelvya, mbak Zulfa, dan Ukhti Firsty. Sahabat-sahabat yang InsyaAllah sudah dipilihkan Allah untuk saya. Di tengah kesendirian menanti Jodoh yang belum juga mendekat *ehm #kodekeras . Saya ingin belajar lagi, ingin ada orang-orang yang mengisi kehidupan saya lagi. Bersilaturahim, menambah relasi. Dan tentu saja tujuan utamanya adalah agar saya selalu dekat dengan kebaikan dan pembawa kebaikan dalam hidup. InsyaAllah, mereka hadir untuk membuat hidup saya lebih berwarna.

Tiga minggu kajian, satu minggu sekali pertemuan, saya mulai nyaman dan mencoba beradaptasi agar lebih bisa berbaur. Semoga keikhlasan untuk menerima kehadiran saya, bisa saya hadapi dengan memberikan yang terbaik. Take and give. Give more. Semoga Allah selalu meridhoi agar saya selalu berada dalam jalan kebaikan. Aamiin.

Keep Istiqomah... *dah lama gak bilang ini

Saya selalu menghargai apapun yang terjadi dalam hidup saya. Dan saya menghargai setiap pengalaman yang saya dapatkan dengan orang-orang baru di sekitar saya. Jangan lupa bahagia!

Khalila Indriana

Wednesday, September 23, 2015

Satu Lagi Sahabatku Menikah

Hari ini bertepatan dengan perayaan hari raya Idul Adha 1436 H, satu lagi sahabat terdekatku waktu SMA melangsungkan pernikahan.
Susi Nur Farida dan Toriq Alfian (kebetulan masih saudara dari Nikma).
Rencananya hari ini resepsi sekitar pukul 13.00 akan diselenggarakan di desa Gundik, Slahung, Ponorogo.
Perasaan bahagia menyelinap melihat satu-persatu dari kami akhirnya menuju gerbang pernikahan.

Juara satunya tentu saja Ukhti Binti, lalu Ukhti Ria, Khoni, kemudian Ukhti Susi. Selanjutnya mungkin Nikma yang akan menyusul awal bulan depan.
Alhamdulillah, turut berbahagia atas pernikahan mereka.....

Sebagaimana harapan semua orang yang belum menikah, semua ingin agar didekatkan jodohnya.
Bisa segera menunaikan sunnah Rasulullah untuk menikah dan kelak memiliki keturunan.
Akupun terus berdoa agar Allah tunjukkan jalan terbaik untukku dan untuk semua sahabatku.

Barakallahu fikum. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan bagi keduanya.
Hari ini rencananya aku berangkat bersama salah satu sahabat terbaikku,
Firsty Innayati Sakina. Semoga selamat sampai tujuan. Aamiin... :)

Sunday, September 20, 2015

The Return of Crafter!


 I'm back!

Setelah sekian lama tidak berkutat di dunia craft, lebih tepatnya saat aku bilang alasan kenapa aku berhenti *jiahh dramatis banget pas nulis itu kemaren* akhirnya aku memutuskan untuk kembali menekuninya. Kenapa?

Yups. Alasan utamanya karena ingin punya bisnis sendiri. Lagipula, per tanggal 31 Agustus kemarin aku RESIGN dengan sukses dari kantor P2B Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Memang keputusan yang tidak mudah, di saat aku baru menjalani 6 bulan kerja di sana. Tapi, yah mau gimana lagi. Panggilan jiwa kali ya, rasanya tidak sreg aja untuk berlama-lama jadi orang kantoran (kecuali ntar bikin kantor sendiri, hehe). Lebih suka menimati kebebasan... dan bisnis jadi pilihanku untuk melanjutkan hidup.

Meski tidak semua rencana berjalan sesuai prediksi, setidaknya aku telah membuat keputusan yang akan aku jalankan untuk melanjutkan hidupku kedepannya. Pilihan yang harus aku tanggung segala konsekuensinya. Berani kerja lebih keras untuk survive di bidang ini. Hari ke 21 semenjak resign, baru benar-benar mulai konsentrasi untuk membangkitkan bisnis yang sempat terhenti. Berat? Pasti. Namun langkah-langkah kecil yang aku lakukan hari ini akan menjadi awal dari kesuksesan di masa mendatang. Kita kan gak pernah tahu mana jalan sukses yang sebenarnya sebelum kita mencobanya.

Saat memegang kain flanel, jarum, gunting... ahhh serasa semua benda-benda itu merindukanku. Kedekatanku dengan benda-benda tersebut memang terbilang lebih lama daripada saat aku meninggalkannya. Entah kenapa, tubuhku berkali lipat lebih berenergi saat bergelut dengan dunia craft. Sangat beda saat mengerjakan pekerjaan di kantor *ups! Ada banyak ide-ide yang ingin aku realisasikan.



Intinya, aku mulai menemukan kebahagiaanku kembali. Sembari mengerjakan craft, tetap bertahan untuk kerja menulis freelance. Dan terfikir untuk menulis blog lagi. Mungkin ini bisa jadi rekreasi sederhana buatku, mengingat mulai sekarang aku tinggal sendirian (eh sama mami dan babe sih) karena saudari-saudariku tinggal bersama suami dan mertuanya masing-masing. Entah kenapa semua orang khawatir tentangku yang sekarang tinggal sendiri.. padahal biasa aja. Just enjoying this momment... semua ada masanya. Hehe. Kalau rindu, tinggal calling mereka. Toh tinggalnya masih satu kota.

Nah lho, malah cerita sampe kemana-mana...

Oke, InsyaAllah berusaha lebih keras agar mencapai hasil yang maksimal. Semoga bisa mengatur waktu agar lebih efektif dan produktif kedepannya. Let's wait and see.. mari sukses dengan cara kita masing-masing.

See you next post!

"Ada banyak cara untuk sukses. Jika tidak segera memilih salah satu jalannya, bagaimana kamu bisa mencapai kesuksesan? Let's grow up with a vision."

My Twin Wedding's

Selepas akad nikah di KUA Babadan, Ponorogo


Barakallahulakuma wabaraka 'alaikuma wa jama'a baina kuma fil khair...

Teriring doa untuk kembaranku yang telah melangsungkan akad nikah pada tanggal 16 September 2015 di KUA Kecamatan Babadan Ponorogo. Walimatul 'ursy nya sendiri dilaksanakan pada hari itu juga siangnya pukul 13.30 di kediaman keluarga kami di Jalan Parang Menang, Ponorogo Jawa Timur.

Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri melihat seseorang yang semenjak dalam kandungan hingga di usia kami yang ke-25 ini, menikah dengan pasangannya (semoga Allah memberikan keberkahan di antara keduanya).

Khoni Indriani, SE.
Putri dari Bpk Sukadi dan Ibu Indarti
Patihan Wetan, Babadan, Ponorogo
 
dengan

Rendra Subianto, Amd. Kep.
Putra dari Bpk Muhadi Sugito dan Ibu
Trisono, Babadan, Ponorogo

Indriani & Rendra

Tiada kata yang terus terucap kecuali kalimat kesyukuran dan doa untuk kedua mempelai. Semoga menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warohmah.. bahagia hingga ke syurga-Nya. Kelak diberi keturunan yang shalih-shalihah yang dapat menegakkan kalimat Allah dan mengikuti jejak Rasulullah SWT.

Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar. Berkat bantuan dari tetangga di lingkungan sekitar, saudara, para sahabat.. dan seluruh undangan yang hadir. Terimakasih atas doa restunya. Semoga berkah untuk semua. Aamiin...

Well, saudari kembarku.. akhirnya kini tanggungjawab telah bertambah. Semoga Allah menguatkanmu, bersama keluarga barumu... still I love you as my beloved twin sista. ^^

P.S. : Untuk menjawab semua pertanyaan yang datang padaku: Kapan nyusul? Semoga Allah segerakan pula jodoh untukku. Mohon doanya.. :)

My Family

Wednesday, August 19, 2015

Antara Bahagia dan Ditagih Hutang

Mungkin, judul postingan kali ini cukup menimbulkan tanya. Apa hubungan antara bahagia dan ditagih hutang? Saya bukan sedang membahas bahagia karena bebas hutang ya. Tapi, ini pengalaman yang dapat saya ambil hikmahnya. Ya, antara bahagia dan ditagih hutang.

Saya memiliki satu akun sosial media facebook, yang cukup banyak teman baik yang saya kenal lewat dunia maya atau mereka yang benar-benar saya kenal di dunia nyata. Keduanya ada yang benar-benar akrab, ada juga yang hanya kenal selintas saja. Saya sendiri cenderung mengikuti mana yang baik saja, jika pertemanan itu membuahkan kebaikan maka saya anggap ada sisi positif dari dunia facebook ini.

Jujur saya tidak terlalu sering mengumbar apa-apa yang terjadi dalam hidup saya di medsos. Karena bagi saya, hidup harus dinikmati bukan hanya ditunjukkan lewat update status. Jika ada hal yang menarik, pengalaman yang unik, momen-momen tertentu dalam hidup atau hal-hal membuat saya sedih dan bahagia, saya cenderung menuliskannya sebagai hikmah agar dapat diambil pelajaran juga bagi orang lain. Jika ada unggahan orang lain yang saya rasa bermanfaat, saya suka membagikanya agar oang lain juga membacanya.

Umumnya, orang tidak suka pada orang yang membagikan hal-hal yang negatif, termasuk keluhan, cerita sedih-sedih, umpatan, juga yang berbau sombong, pamer, riya dan teman-temannya. Orang lebih suka mendengar kabar gembira, sesuatu yang menyenangkan, hal yang membahagiakan, pengalaman seru dan menarik, hal-hal yang inspiratif dan berhikmah, dst. Saya sadar betul akan hal itu. Terkadang saya juga membuat status-status semacam itu.

Lalu, apa menariknya?

Ada satu kesimpulan yang saya tarik tentang ini. Entah itu hanya perasaan saya, atau memang iya? Hehe. Begini ceritanya.

Saya termasuk orang yang berada dalam kategori belum beruntung dalam hal finansial, alias masih belum merdeka dari hutang. Saya punya hutang pada beberapa teman dekat saya. Meski nominalnya tak seberapa (gak sampe semilyar lah, kalau ditotal. hehe) namun cukup meresahkan hidup saya. Kapan? Tentu saja ketika jatuh tempo waktu pembayaran, juga saat ditagih. Gak papa kalau saya sudah siapkan uangnya untuk dibayarkan, tapi lain halnya jika saat itu sedang tidak ada uang karena habis untuk kebutuhan dan bayar utang yang lain.

Tagihan datang silih berganti.

Kembali ke judul awal, antara bahagia dan ditagih hutang. Saya sadar saya memiliki hutang yang harus saya bayar. Sayapun sedang berjuang untuk melunasinya, satu-persatu. Tanpa jeda, saat punya rezeki saya utamakan untuk membayar hutang meski dengan cara mencicil. Sebagian lain untuk biaya hidup, dan sedekah. Saya tetap hidup normal, seperti orang-orang.

Hey, punya hutang bukan berarti kamu tidak hidup kan? Begitu pula dengan saya. Saya tidak pernah memungkiri bahwa saya masih punya hutang di sana-sini. Saya juga tidak akan lari jika masih punya hutang, saya akan berusaha membayar semampu saya.

Namun, apakah saya tidak bisa (atau tidak boleh?) melakukan hal lain? Seperti menjalani hidup normal, membangun impian, mewujudkan cita-cita, membahagiakan orang-orang yang saya sayangi, dan hidup bahagia? Tentunya saya masih seperti manusia normal, ingin menjalani hidup yang bahagia. Meski dengan status masih punya hutang.

Terkadang, saya mengekspresikan rasa bahagia saya dengan menulis status-status fesbuk semacam ini:

"Alhamdulillah, rezeki emang gak kemana. Terimakasih ya Allah, atas rezeki yang kau limpahkan hari ini, dari arah yang tidak disangka-sangka..."

"Bahagia itu sederhana. Seperti menikmati segelas jus dan suasana di sore hari dengan disirami hangatnya mentari."

Atau update foto lagi nonton film di bioskop. Atau lagi jalan-jalan ke Jogjakarta.

Sampai di sini, saya masih menganggap itu status yang wajar. Ternyata, anggapan lain muncul. Tidak sama dengan apa yang saya pikirkan.

Kawan, saat saya bilang saya dapat rezeki dari arah yang tak di sangka-sangka, tidak berarti saya sedang banyak duit. Mungkin saja nominal rezeki yang saya dapat tidak lebih dari lima digit. Rezeki yang saya terima bisa saja berbentuk kesehatan, kesempatan, dst. Tidak selalu uang yang banyak. Saya adalah orang yang selalu berusaha mensyukuri hal-hal kecil, merayakan pencapaian-pencapaian kecil, dengan cara yang sederhana dan bahagia (versi saya sendiri).

Saat saya minum jus dan menikmati udara sore, bukan berarti saya banyak uang untuk jajan. Tak juga berarti saya sedang santai-santai tidak punya kerjaan, atau tidak punya masalah dan beban pikiran. Bukan berarti saya lupa diri.

Saat saya nonton bioskop, itu karena ada sahabat saya yang butuh teman nonton. Saya ditraktir buat nonton. Ini juga rejeki, masa saya tolak? Tidak semua hal yang saya alami, saya kerjakan, saya lakukan menunggu saya punya uang. Uang memang penting, tapi lebih penting bagaimana kita menjalani hidup sebaik-baiknya.

Maka, saya sering merasa heran (dan agak terkejut) jika saya sedang mengalami hal yang membahagiakan, tetiba ada yang menagih hutang. Nah lho! (perhatian banget gak sih?)

Saya selalu berusaha untuk menjalani hidup yang bahagia, bahkan tanpa uang. Saya menikmati hidup dengan cara saya sendiri, ukuran kebahagiaan saya sendiri. Dan kebetulan ukuran kebahagiaan saya bukanlah uang. Jadi kalau saya update status yang bernada BAHAGIA, plis jangan berfikir saya sedang BANYAK UANG. Karena, Anda akan kecewa. Apalagi yang merasa uangnya saya hutang.

Saya benar-benar tidak masalah jika ada yang menagih hutang. Toh itu hak mereka, uang yang ditagih uang mereka yang masih saya bawa. Tapi, haruskah 'merusak' suasana bahagia saya dengan cara menagih hutang pada saat itu juga? Sekali lagi saya tidak selalu bahagia ketika banyak uang. Karena kalau saya banyak uang, tentunya saya akan bayar hutang, uang habis, baru saya merasa bahagia karena lega sudah membayar hutang.

Saya sudah punya prinsip baru dalam menyikapi hutang. Dulu, saya selalu terjebak untuk menyelesaikan sesuatu dengan tergesa-gesa, termasuk saat membayar hutang. Saya terjebak hutang kembali, karena membayar hutang dengan hutang. Gali lubang tutup lubang, sudah jadi keseharian. Jadinya lubangnya makin banyak, bukannya berkurang.

Namun, saya sadar. Butuh tekad yang kuat untuk sesegera mungkin merdeka dari hutang. Masa Indonesia sudah merdeka 70 tahun, saya masih terbelenggu hutang? Okelah, saya putuskan untuk sesgera mungkin bebas hutang. Dalam kalender saya, tahun 2016 saya bebas hutang. Hutang saya 0 rupiah alias tidak ada hutang pada siapapun. Jangan sampai mati membawa hutang. Saya takut mati dalam keadaan masih berhutang. Saya sedang berjuang banget sekarang, membayar hutang dengan hasil jerih payah saya sendiri alias tidak lagi mengandalkan bantuan orang lain untuk membayar hutang.

Begitulah, curhatan singkat (atau panjang? haha) saya tentang bahagia dan ditagih hutang. Saat saya terlihat bahagia, bisa dilihat dari status fb saya, maka saat itu saya selalu menyiapkan diri untuk ditagih hutang. Ini nyata. Saya awalnya kaget, juga bercampur menggugat pada Tuhan, apa saya tidak pantas menjalani hidup yang bahagia, ketika masih punya hutang? Namun saya semakin bijak dalam menyikapinya. Saya tidak lagi marah, apalagi menggugat tuhan. Saya putuskan untuk lebih bersabar. Kemudian, mencari solusi terbaik untuk segera melunasi hutang. Bismillah, bi idznillah.

Pelajaran yang saya ambil, "Janganlah merusak kebahagiaan kecil seseorang. Bisa jadi ia bahagia bukan karena harta yang melimpah, namun sedikit bahagia karena sejenak melupakan beratnya kehidupan yang tengah dijalaninya."

Semoga Allah memberikan rezeki yang melimpah untuk orang-orang yang memberikan saya pinjaman. Semoga Allah juga memberikan rezeki yang cukup (kalau bisa cukup melimpah juga, haha) untuk saya dapat membayar hutang, segera terbebas hutang, dan hidup lebih mulia tanpa hutang. Allahuakbar!


Thursday, May 7, 2015

Hidup adalah Pencapaian, Good Job! ^^

Assalamualaikum!

Sudah lama tak berkunjung ke blog ini, jadi kangen juga ya? Hehe. Pengen banyak cerita tentang aktifitas sehari-hari yang saat ini saya jalani. Tapi, mulai dari mana?

Oke, daripada bingung saya mulai dengan kabar bahagia. Setelah beberapa waktu bertanya-tanya bagaimana kabar buku "Kata Sejuta Makna", akhirnya dapat kabar juga dari pihak Elexmedia. Yah, meski harus berjuang menerobos birokrasi dari kelompok Kompas Gramedia itu (via telepon, hehe) saya berhasil menghubungi bagian pengurusan royalti, Bu Erna.

Dan, secara singkat kata, inilah hasil penjualan buku saya per Juni-Desember 2014. Hasilnya?


Alhamdulillah, lumayan. Bisa buat beli es teller, haha...
531 dari 2500, sekitar 20% udah kejual. Alhamdulillah banget, bersyukur dan bersyukur...

Oke, dari situ saya seperti mendapatkan suntikan semangat untuk menulis buku lagi. InsyaAllah ada beberapa outline yang siap digarap untuk tahun ini bisa berjuang ke penerbit. Menulis buku menjadi teramat mengasyikkan. Karena menulis buku adalah sebuah pekerjaan sunyi, di mana kita hana berbekal mengolah kata, meluapkan ide, mengembangkan imajinasi dan menghasilkan karya.

Tulis saja. Tulis saja. Itu saja pesan saya. Apakah saya menulis karena motivasi uang? Hmm... terserah yang menilai sajalah. Yang jelas saya hepi bisa menulis, sekaligus menggendutkan rekening saya.

Alhamdulillah, setelah mundur teratur dari Fimadani, masih ada yang hire dari Sribulancer dan mulai megang FP Hijab Aisyah. Sembari menyelesaikan pekerjaan di Izwie. Semoga bisa lanjut terus. Lumayan, menulis artikel di web professional membuat saya merasa terus hidup dan bersemangat untuk menulis.

Apa lagi yang ingin saya sampaikan? Saya hanya ingin meluapkan kegembiraan saya di sini. Saya bahagia, meski dengan ukuran kebahagiaan yang saya buat sendiri. Hehehe...


Love you All,


Khalila Indriana, 7 Mei 2015.

Tuesday, February 17, 2015

Kerja Sebagai Ibadah

"Nak, bekerjalah dengan ikhlas, yang telaten."

Sepenggal kalimat yang menyentuh dari sosok ayah kepada anaknya. Aku biasa memanggilnya Babe. Babe jarang sekali menasehatiku ini itu. Seringnya sih tentang shalat shubuh tidak boleh telat, hati-hati bawa motor serta tekunlah dalam bekerja. Apapun pekerjaannya.

Kalimat di awal meluncur dari mulut beliau saat aku mulai diterima bekerja sebagai staf di P2B. Semacam Pusat Pengembangan Bisnis di kampusku dulu, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Ceritanya balik lagi ke kampus. Menelusur awal mula aku 'nyemplung' ke situ adalah saat saudari kembarku ditawari posisi tersebut. Namun, berhubung dia sudah menerima tawaran dari Fakultas Ekonomi (FE) terlebih dahuli untuk menjadi dosen, dia tidak dapat menerima tawaran tersebut.

Saat itu, aku tidak langsung mengambil untuk menempati posisi tersebut. Pemikiranku berawal dari niatku untuk mencari pekerjaan yang aku masih bisa pegang laptop dan internet. Mengingat pekerjaanku sebelumnya adalah sebagai pekerja paruh waktu menulis konten website dan portal berita online. Setelah menimbang-nimbang, bertanya pada sahabatku Mas Fery, akupun berniat kuat untuk mengambil kesempatan ini. Seperti kebanyakan nasehat, kesempatan tidak datang dua kali bukan?

Aku sharing dengan saudari kembarku suatu sore di taman alun-alun kota Ponorogo. Aku utarakan niatku untuk mengambil pekerjaan ini. Dengan pertimbangan, aku ingin mengumpulkan modal untuk membuka usaha tahun depan. Untuk ini aku skip ceritanya, aku sambung di tulisan lain. Intinya, diapun mendukungku. Toh, syaratku cuma satu: masih bisa mengemban tanggung jawabku sebagai penulis di portal Media Islam Online (MIO) dan menulis artikel web.

Segera aku menghubungi pak Abas, sebagai kepala P2B yang memberikan tawaran tersebut. Ternyata beliaupun menyambutku dan mempersilakan untuk diskusi tentang apa saja yang bisa aku kerjakan di sana. Pertemuan awal aku hanya bertemu dengan staf juga, namanya mas Aziz.

Singkat kata, hari senin aku bertemu dan sharing dengan mas Aziz, lalu mengisi formulir pendaftaran penerimaanku sebagai staf magang untuk mengurus program D1 Kelas Wirausaha. Sebagai manajer lah, karena sebelumnya belum ada staf yang benar-benar mengurus D1. Alhamdulillah, ini kejutan pertama. Karena sebelumnya aku kira akan menjadi mentor untuk KWU, tapi ternyata kebagian tugas mengurus ini itu dan aku kerja di ruangan saja. Cukup sesuai dengan apa yang menjadi pertimbanganku mengambil pekerjaan ini.

Namun, baru hari Kamis (12/2) aku benar-benar masuk kerja. Ngantor hari pertama. MasyaAllah... banyak hal baru yang aku dapatkan di sana. Lingkungan yang baik, orang-orang yang ramah dan bersemangat, ilmu-ilmu baru, pengalaman yang tidak akan aku dapatkan sebelum masuk ke sana.

Semuanya terasa menyenangkan, terbawa atmosfer pekerjaan yang dituntut rapi, bersih, cepat. Dan tentunya satu hal perubahan besar yang terjadi dalam hidupku selama kurang dari satu minggu ini: HIDUP LEBIH TERATUR. Inilah yang selama ini sangat sulit aku dapatkan. Terutama pasca tak lagi kuliah dan minim aktifitas di luar rumah. Aku kembali bersemangat dan hidupku berubah, ke arah yang lebih positif tentunya.

Tentunya perjalanan awalku di tempat baru tak semulus itu. Masih banyak hal yang perlu aku pelajari. Banyak hal yang belum aku kuasai. Belum lagi stress hebat yang beberapa waktu aku rasakan, mungkin akan menjadi kenangan manis untuk suatu saat aku kenang. Aku tidak akan menceritakan itu di sini. Cukup Allah yang mendengarku. Itulah, tidak ada yang sepenuhnya manis dalam hidup. Pasti ada getir yang dirasakan. Tak semua menyenangkan, namun harus ditelan.

Aku menikmatinya, apapun itu. Aku hanya berusaha menghadapinya dengan shalat dan sabar. Kadang menangis sendirian juga sudah cukup melegakan. Aku lebih menghargai senyuman babe dan mami yang merestui apa yang aku kerjakan sekarang. Meski di samping itu masih banyak permasalahan yang harus aku bereskan, semoga dapat terselesaikan satu-persatu.


Saatnya menikmati asam garam kehidupan. Bersikap dewasa dan bertanggungjawab terhadap apapun resiko atas keputusan yang diambil. Hidupmu, tidak akan pernah digantikan orang lain. Kamulah yang harus menghadapinya. Selama nyawa masih ada, saat itulah perhitungan amal tetap berjalan. Jangan buat hidupmu sia-sia dengan rasa benci, karena belum tentu orang yang kau benci memikirkanmu. Bahagiakan hidupmu dengan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.

Terakhir, terus terang aku sedang berada dalam usia kritis. Usaha menemukan jodoh yang tepat masih berjalan, ada secercah harapan di depan sana. Tak sepenuhnya berharap, namun tetap berusaha, berdoa, istikharah, memohon petunjuk dari Allah. Kalau benar jodoh, moga Allah bimbing kami untuk sampai pada pertemuan selanjutnya. Siapapun yang membaca tulisan ini, mohon doakan semoga dilancarkan... Saya doakan pula segala urusan kalian berjalan lancar. Aamiin.

 "Nak, bekerjalah dengan ikhlas, yang telaten. Kalau kerja jangan mikir 'bayaran' dulu, ada Allah yang mengatur rezekimu. Minta sama Allah..."(pesan ayahku)

Begitulah, maka niatkan selalu kerja sebagai ibadah agar semua yang kita lakukan bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin. Bisa jadi pemberat amal untuk meraih syurga yang Ia janjikan. InsyaAllah, Bismillah, biidznillah...

Tidak ada sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Bisa jadi itulah jawaban dari doa-doamu, maka saat Allah telah mengijinkan maka terjadilah. Tugasmu hanyalah berusaha menjalaninya dengan sebaik-baiknya, dengan kerja keras dan tetap rendah hati. Singkirkan hal negatif yang dapat membuatmu merasa down. Ingatlah, ada Allah yang Maha Mengatur Hidupmu.

Babe, Mami, doakan selalu anakmu ya. Aku ingin hidup bahagia, dan bisa membahagiakan kalian. Doakan perjodohanku berjalan lancar. Semoga awal tahun depan aku sudah menjadi istri untuk suami yang Allah pilihkan untukku serta calon ibu yang melahirkan cucu-cucu kalian... doakan.. doakan. :)

Ponorogo, 18 Februari 2015 00:26

Khalila Indriana

P.S. Pengalaman seru selama awal di P2B akan aku ceritakan di tulisan berikutnya...

Thursday, February 5, 2015

Inilah Alasan Saya Berhenti

Jenuh;
(adj) adalah keadaan di mana kamu harus move on tapi kamu kebanyakan ngeluh serta larut dalam kesengsaraan yang kamu bikin sendiri.

#bukankamus

Jika dihitung skala 1 hingga 10, berapa kali kamu merasa jenuh dalam satu hari atau dalam satu minggu? Menjalani rutinitas memang terkadang membuat kita merasa jenuh. Jenuh bikin kita gak konsen, malas, dan gampang bosan pada hal yang sedang kita jalani. Padahal banyak hal lain yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kejenuhan tsb. Menulis, misalnya. Lho, emang tulisan ini ditulis karena saya lagi jenuh? Enggak juga. hehehe.

*saya insomnia makanya betah nulis meski sampe larut malam, catet.

Tentang jenuh, jadi inget dengan banyaknya pertanyaan yang masuk pada saya akhir-akhir ini. Tentang bisnis craft yang selama lima tahun terakhir saya geluti. Apakah saya masih bertahan pada bisnis ini? Atau saya sudah jenuh?

FYI,  selama hampir 4 bulan terakhir, jujur saya sudah off dari dunia craft alias bikin pernak-pernik flanel yang dulu menjadi salah satu ladang mencari nafkah yang paling utama buat saya. Dibilang menghasilkan, pasti iya. Hellow.. Emang duit dari mana saya bisa kuliah sampe tamat sarjana ekonomi? Nah, itung-itung kalau punya gelar SE... minimal nih ya, saya ada pengalaman. Gini-gini saya dah pernah bergelut di dunia bisnis yang riil... (meski kenyataannya saya sudah menjalankan bisnis ini sebelum saya masuk kuliah, hehehe *tuing2*).

Intinya sih, saya cuma mau bilang.. saya tetap merasa beruntung dapat menjalankan bisnis saya di bidang craft ini selama bertahun-tahun dengan segala jatuh bangun dan pengalaman yang saya dapat. Obrolan singkat dengan ibu saya kemari sore menjelang maghrib, bikin saya mikir.

Saya: Bentar lagi, itu mau saya bersihkan (nunjuk tempat benda-benda craft, bahan dan peralatan yang mulai berdebu). Kalau bisnis craft itu, bisa saya jalankan nanti-nanti (lagi). Kan itu keterampilan, jadi kapan aja punya waktu bisa dipegang lagi...

Ibu: Iya, gak papa. Sekarang ya dijalani aja, mana yang bisa jadi jalan rezekimu lah... (beliau tau, sekarang saya memang fokus jadi penulis online). Pokoknya yang itu (craft, maksudnya) jangan sampai kamu lepas. 'Gitu-gitu' yang bisa menjadikan kamu seperti sekarang ini.. Dulu buk e jualan peyek, bisa ngidupin kamu, sekarang dah segede-gede ini... (tertawa lepas liat anak gadisnya dah pada gede-gede, cakep lagi *astaghfirullah *hehehe)

Saya: *nyengir* iya juga ya buk...

(iyalah, emang cuman 'gitu-gitu' doang bisnis saya. Bikin-bikin produk, jual, dapet duit. hehehe...)

Saya senang berbisnis. Banget malah. Saya berhenti sejenak dari bisnis craft telah yang saya tekuni selama ini, bukan karena saya jenuh. Saya hanya berfikir bahwa dalam hidup ini harus ada perubahan yang terjadi. Sekecil apapun perubahnnya. Dan terkadang untuk menjalani sesuatu yang baru, waktu kita benar-benar tersita untuk hal tersebut. Belajar hal-hal baru, belajar konsisten, belajar tekun, serta belajar menerima konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil. Pahit-manis harus dirasakan.

Temans, pilihan hidup itu harus diambil dan benar-benar harus serius kita jalankan. No galau, no setengah-setengah. Kalau pilihan kita bener, kenapa harus galau? Kalau pilihan kita gak bener, kenapa musti dipilih? Hehe. Ingat, setiap diri adalah pemimpin. Kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Saya hanya ingin belajar memilih jalan hidup saya sendiri. Entah orang lain setuju atau tidak, toh tetap diri kita yang menjalani.

Banyak yang menyayangkan, kenapa gak diterusin.. kan sayang bisnisnya.. kan sayang pelanggannya.. dan kan sayang.. kan sayang yang lain. Saya juga sayang kalian, tapi saya lebih sayang hidup saya. Hehehe... Saya terimakasih banyak buat yang sudah perhatian banget sama saya. Namun, tentunya saya punya pemikiran tersendiri dalam bertindak. Tidak semua yang baik dimata orang lain, baik untuk saya. Tidak semua yang saya anggap baik, baik di mata Allah.

Saya hanya ikuti jalan yang Allah berilkan. Ihdinash-shiraatha-l-mustaqiim. Setiap hari kita sama-sama berdoa agar ditunjuki jalan yang lurus. Tinggal ikhtiar kita untuk memilih dan menempuh jalanterbaik  yang Allah berikan. Allah lah yang membimbing hati kita untuk menuju ke jalan-Nya.

Saya justru lagi panas-panas nya, ngebul-ngebulnya untuk belajar hal-hal baru.Berusaha menekuni yang (saya anggap) menjadi passion saya selama ini. Saya akui, saya ini masih bodoh dan jauh tertingal. Tapi Alhamdulillah, sejauh ini Allah turunkan nikmat dan rezekinya lewat jalan yang saya pilih. Saya tetap enjoy dengan pekerjaan yang saya jalani, hidup saya juga gak risau lagi.

Mungkin, yang masih menjadi PR besar saya adalah menyelesaikan semua tanggungan yang belum saya selesaikan dan lunasi (mohon yang masih ada sangkutan sama saya bersabar. Saya sedang berusaha menyelesaikan satu-satu, tinggal tunggu giliran ya. Saya selalu ingat, kok. InsyaAllah saya menjaga kepercayaan yang kalian berikan. Doakan saya, ya...)

Dan tulisan ini sudah terlalu panjang, maka saya akhiri sekian.

Saya doakan, teman-teman yang akhir-akhir ini sering merasa jenuh dengan pekerjaannya, segera move on.
Yang sedang merintis bisnisnya, dilancarkan selalu oleh Allah.
Yang sedang skripsi, segera rampung dan wisuda.
Yang sedang puyeng cari kerja, semoga segera dapat pekerjaan yang baik.
Yang sedang galau jodoh... semoga Allah pertemukan dengan jodoh pilihan Allah. Aamiin..
Yang sedang usaha lunasin utang, semoga Allah beri jalan untuk membayar utangnya.. Aamiin...
Aamiin, aamiin ya rabbal 'alamin.

Ponorogo, 6 Februari 2014

Doakan saya ya, saya diberi ngantuk. Segera sembuh insomnianya. Hehehe... *abaikan*

Monday, February 2, 2015

Saat Allah (ingin) Mengajakmu Bicara

Pengalaman ini saya dapatkan saat mengikuti acara di Surabaya, beberapa waktu yang lalu. Acara yang menurut saya cukup penting karena di situ banyak sekali hal baru, ilmu, pelajaran, orang-orang hebat serta pengalaman yang belum tentu didapatkan oleh setiap orang. Saya tak hentinya bersyukur karena diizinkan untuk hadir di tengah-tengah mereka.

Saya pun mulai sadar, apa yang saya dapatkan saat itu adalah buah dari kesabaran, ketelatenan, serta konsistensi dari pilihan hidup yang saya jalani. Jujur, fokus hidup saya saat ini ada pada 3 hal saja: Islam, menulis dan bisnis. Tiga hal yang saya yakini suatu saat akan membawa saya pada titik kesuksesan.

Dan ternyata, merawat impian sederhana sekalipun harus tetap diperjuangkan. Mungkin, langkah untuk mencapainya adalah dengan cara yang tidak sederhana. Bahkan saya sendiri belum memahami cara kerja Allah yang sangat rumit sehingga dapat mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di luar sana yang satu pemikiran dan tujuan. Bertemu dengan orang-orang yang dapat mendukung saya untuk mencapai impian. Apa yang mungkin mustahil bagi orang lain, ternyata mudah saja jika Allah memang menghendaki.

Tentang Islam, menulis dan bisnis. Ada salah seorang jurnalis wanita (semoga Allah senantiasa merahmatinya dengan ilmu yang bermanfaat bagi umat), berpesan kepada saya. Hal ini beliau ungkapkan setelah perbincangan panjang malam itu di penginapan. Tentang siapa saya, apa latar belakang pendidikan saya, minat, motivasi, dan kegiatan yang selama ini saya jalani.

"Kamu sudah punya modal. Dengan latar belakang ilmu yang kamu miliki, gunakan cara pandang yang islami. Manfaatkan bekal kemampuan menulis serta pengalaman berbisnis yang pernah kamu jalani. Saya yakin, suatu saat kamu akan berhasil menuliskan hal paling sederhana tentang berbisnis yang mungkin terlupakan oleh orang lain. Tulislah mulai sekarang, buat jurnal, catatan-catatan kecil, dan semacamnya. Saya yakin, di masa depan kamu akan menuai hasilnya."

Saya pun mulai merenung. Seberapa banyak saya mendengar hal seperti ini dari orang-orang di sekitar saya? Jarang! Jurnalis wanita yang saya kenal selama dua hari ini mampu memberikan saya pencerahan dengan kalimat yang paling sederhana yang ia sampaikan. Saya tidak pernah mengenal beliau sebelumnya, dan dia juga tidak mengenal siapa saya. Saya melupakan hal yang paling dasar, tulislah apa yang paling dekat denganmu, apa yang paling kamu pahami, dan yang paling menarik minatmu. Di situ saya sadar, cara Allah membimbing hambanya dengan mempertemukan saya dengan orang yang bisa saya dengarkan saran darinya. Saya percaya wanita itu sudah digariskan pertemuannya dengan saya. Karena saya yakin, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Ada zat yang Mahamengatur. Ada hal yang terjadi diluar kendali kita sendiri. Sekali waktu, Allah ingin mengajak kita berbicara lewat seseorang. Maka, dengarkanlah.

Saya diingatkan kembali tentang apa yang harus saya lakukan. Saya harus tetap konsisten dengan pilihan hidup yang telah saya pilih. Saya tidak boleh gampang lelah, menyerah, dan kalah hanya karena impian saya belum terwujud saat ini. Saya harus tetap yakin, batas kesuksesan dan kegagalan adalah saat kita memutuskan untuk berhenti memperjuangkan impian kita. Itu saja.

Dari situ saya semakin mantap untuk lebih giat memperjuangkan semua impian yang saya miliki. Apakah saya akan berhasil? Saya tidak akan pernah tahu jika saya tidak mencobanya.

Terima kasih ya Allah, atas pengalaman berharga bertemu seorang yang masih mampu mengingatkan saya untuk tidak mudah melupakan impian besar yang saya miliki. Untuk tidak gampang menyerah jika lelah menghampiri. Tidak gampang berpaling jika bosan mulai menyelinap di relung hati.

Ada misi besar yang harus dituntaskan sebelum ajal menjemput. Ada senyum kebahagiaan yang harus diterbitkan dari wajah orang-orang tersayang. Ada masa depan yang harus saya raih, dan syurga yang dijanjikan. Semua harus diperjuangkan di sini, di dunia ini. Mulai sekarang, bukan nanti.

Ponorogo, 3 Februari 2015

Mungkin kamu tidak bodoh, tapi kamu tetap manusia. Dan manusia bisa saja lupa. Menulislah.