Khalila Butik Hijab Syar'i

Monday, April 22, 2013

Makna Satu Kata #17 SINYAL: Agar Kita Dapat Meresponnya dengan Baik

Hidup di wilayah perkampungan itu sungguh menyenangkan. Kebetulan, rumah saya tidak berada di pusat kota. Tetapi juga sbukan daerah pinggiran atau pelosok desa terpencil. Lebih tepatnya perkampungan semi perkotaan namun tidak bernaung pada komplek perumahan. Rumah saya berada tepat di pinggir jalan dekat pertigaan. Nyaris tidak punya halaman juga tiada berpagar. Bagi saya tidak terlalu menjadi masalah.


Berbicara tentang pagar, saya pernah dicurhati seorang teman yang sedang kebingungan mengenai rencananya memagar rumah. Ia masih ragu karena menurut pengakuannya, selama ini rumahnya tersebut sering didatangi banyak orang. Mulai dari yang sekedar mampir hingga yang sengaja datang untuk bemain. Maklum, pengusaha playstation. Ia takut jika ia memagari rumahnya, orang-orang jadi sungkan untuk datang kerumahnya. Ia memang lebih senang rumahnya ramai dikunjungi orang karena baginya itu adalah berkah. Iya juga ya, memangnya kalau punya rumah yang pagarnya tinggi sekali itu sudah jaminan hidup nyaman dan tenteram? Terkadang malah menjauhkan kita dari tetangga. Pagar yang tinggi menjulang malah kerap mengundang maling yang penasaran dengan isi rumah di baliknya. Eh, kenapa juga jadi bicara tentang pagar?

Hidup di perkampungan yang dinamis, memberi kenyamanan tersendiri. Banyaknya pedagang keliling yang lewat depan rumah, membuat kita merasa terfasilitasi dalam memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari. Kita tidak perlu repot-repot pergi kemanapun, para pedagang siap sedia menghadirkan dagangannya sampai kepada kita. Mereka yang menawarkan dagangannya sering membuat trik sederhana untuk memanggil pelanggannya. Ada yang memakai sistem waktu sehingga ia hanya akan lewat pada jam-jam tertentu. Mereka akan mengulanginya setiap hari pada jam itu. Maka, pembeli akan hafal dengan sendirinya.

Ada juga yang menggunakan bunyi-bunyian menggunakan alat maupun suara mereka sendiri. Contohnya, tik-tok-tik-tok adalah tanda pedagang bakso yang lewat. Beda pedagang bakso akan lain lagi bunyinya. Serius. Pedagang sayur akan teriak, ”Sayur..sayur!”. Tapi rupanya, sekarang pedagang sayur berbunyi klakson karena gerobaknya dibawa pakai motor. Kalau pagi ada pedagang ikan bandeng tulang lunak, iapun berteriak dengan lantang, “Bandeng preesstooooo.....” Kalau seperti pedagang eskrim yang punya brand dan menyetel kaset sesuai jigle produknya, memang sudah tidak asing bagi kita. Ada lagi yang spesial adalah pedagang ‘harum manis’ yang sangat langka dan unik. Langka sebab yang jual hanya ada dua orang yaitu seorang bapak-bapak dan anaknya. Merek berjualan produk yan sama tapi beda rute. Unik karena ia memakai alat musik mirip sasando rote membawakan lagu yang khas pula. Sering merindukan mereka lewat depan rumah karena sebulan sekalipun belum tentu mereka lewat lagi. Sepertinya pernah diliput acara “Orang Pinggiran” di salah satu stasiun TV swasta.

Selain makanan, penjual jasa juga tak kalah aktif menawarkan jasanya. Tukang sol sepatu, tukang jahit kasur, tukang tambal panci, tukang cap sendok-cap piring, dan tukang-tukang yang lain. Dalam perjalannya, pengumpul barang bekas alias rongsokan juga makin kreatif saja. Mereka berkeliling menggunakan mobil pick-up dan speker toa. Siap berteriak, “Rosok...rosok..rosok,” melenggang dengan santainya. Keren juga ya naik mobil, padahal yang dicari barang bekas lho.

Nah, intinya tiap pedagang keliling baik yang menjual barang kebutuhan maupun jasa masing-masing memiliki cara untuk meraih simpati calon pembelinya. Mereka secara kreatif memberikan semacam kode kepada kita agar menyadari kehadirannya. Kita dapat menangkap sinyal yang mereka pancarkan dan meresponnya. Akhirnya kita tertarik, kemudian membeli dagangannya. Pengulangan penawaran yang bersifat kontinyu dan konsisten akan membentuk pola hingga membuat kita rela menjadi pelanggan. Tapi, semua itu tidak terlepas dari kesadaran kita akan kebutuhan. Kalau kita tidak butuh, besar kemungkinan kita tidak akan merespon sinyal panggilan itu meskipun sudah berada tepat di hadapan kita.

Sekilas, saya menangkap makna yang berharga. Begitu pula kita sebagai seorang muslim, Allah memiliki panggilan sayang terbaik pada kita untuk bertemu dengan-Nya. Lewat suara adzan yang merdu, lewat lantunan ayat suci yang indah, lewat ajakan-ajakan ke majelis ilmu dan berbagai kebaikan lainnya. Selayaknya kita mendatangi suatu kebaikan dengan segera. Syaratnya, bukan hanya karena kewajiban namun juga karena kita butuh.

Ingat, ketika kita mendatangi Allah dengan berjalan maka Ia akan mendekati kita dengan berlari.

Khalila Indriana, 2013.
100 hari penuh inspirasi

No comments:

Post a Comment