Khalila Butik Hijab Syar'i

Tuesday, February 17, 2015

Kerja Sebagai Ibadah

"Nak, bekerjalah dengan ikhlas, yang telaten."

Sepenggal kalimat yang menyentuh dari sosok ayah kepada anaknya. Aku biasa memanggilnya Babe. Babe jarang sekali menasehatiku ini itu. Seringnya sih tentang shalat shubuh tidak boleh telat, hati-hati bawa motor serta tekunlah dalam bekerja. Apapun pekerjaannya.

Kalimat di awal meluncur dari mulut beliau saat aku mulai diterima bekerja sebagai staf di P2B. Semacam Pusat Pengembangan Bisnis di kampusku dulu, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Ceritanya balik lagi ke kampus. Menelusur awal mula aku 'nyemplung' ke situ adalah saat saudari kembarku ditawari posisi tersebut. Namun, berhubung dia sudah menerima tawaran dari Fakultas Ekonomi (FE) terlebih dahuli untuk menjadi dosen, dia tidak dapat menerima tawaran tersebut.

Saat itu, aku tidak langsung mengambil untuk menempati posisi tersebut. Pemikiranku berawal dari niatku untuk mencari pekerjaan yang aku masih bisa pegang laptop dan internet. Mengingat pekerjaanku sebelumnya adalah sebagai pekerja paruh waktu menulis konten website dan portal berita online. Setelah menimbang-nimbang, bertanya pada sahabatku Mas Fery, akupun berniat kuat untuk mengambil kesempatan ini. Seperti kebanyakan nasehat, kesempatan tidak datang dua kali bukan?

Aku sharing dengan saudari kembarku suatu sore di taman alun-alun kota Ponorogo. Aku utarakan niatku untuk mengambil pekerjaan ini. Dengan pertimbangan, aku ingin mengumpulkan modal untuk membuka usaha tahun depan. Untuk ini aku skip ceritanya, aku sambung di tulisan lain. Intinya, diapun mendukungku. Toh, syaratku cuma satu: masih bisa mengemban tanggung jawabku sebagai penulis di portal Media Islam Online (MIO) dan menulis artikel web.

Segera aku menghubungi pak Abas, sebagai kepala P2B yang memberikan tawaran tersebut. Ternyata beliaupun menyambutku dan mempersilakan untuk diskusi tentang apa saja yang bisa aku kerjakan di sana. Pertemuan awal aku hanya bertemu dengan staf juga, namanya mas Aziz.

Singkat kata, hari senin aku bertemu dan sharing dengan mas Aziz, lalu mengisi formulir pendaftaran penerimaanku sebagai staf magang untuk mengurus program D1 Kelas Wirausaha. Sebagai manajer lah, karena sebelumnya belum ada staf yang benar-benar mengurus D1. Alhamdulillah, ini kejutan pertama. Karena sebelumnya aku kira akan menjadi mentor untuk KWU, tapi ternyata kebagian tugas mengurus ini itu dan aku kerja di ruangan saja. Cukup sesuai dengan apa yang menjadi pertimbanganku mengambil pekerjaan ini.

Namun, baru hari Kamis (12/2) aku benar-benar masuk kerja. Ngantor hari pertama. MasyaAllah... banyak hal baru yang aku dapatkan di sana. Lingkungan yang baik, orang-orang yang ramah dan bersemangat, ilmu-ilmu baru, pengalaman yang tidak akan aku dapatkan sebelum masuk ke sana.

Semuanya terasa menyenangkan, terbawa atmosfer pekerjaan yang dituntut rapi, bersih, cepat. Dan tentunya satu hal perubahan besar yang terjadi dalam hidupku selama kurang dari satu minggu ini: HIDUP LEBIH TERATUR. Inilah yang selama ini sangat sulit aku dapatkan. Terutama pasca tak lagi kuliah dan minim aktifitas di luar rumah. Aku kembali bersemangat dan hidupku berubah, ke arah yang lebih positif tentunya.

Tentunya perjalanan awalku di tempat baru tak semulus itu. Masih banyak hal yang perlu aku pelajari. Banyak hal yang belum aku kuasai. Belum lagi stress hebat yang beberapa waktu aku rasakan, mungkin akan menjadi kenangan manis untuk suatu saat aku kenang. Aku tidak akan menceritakan itu di sini. Cukup Allah yang mendengarku. Itulah, tidak ada yang sepenuhnya manis dalam hidup. Pasti ada getir yang dirasakan. Tak semua menyenangkan, namun harus ditelan.

Aku menikmatinya, apapun itu. Aku hanya berusaha menghadapinya dengan shalat dan sabar. Kadang menangis sendirian juga sudah cukup melegakan. Aku lebih menghargai senyuman babe dan mami yang merestui apa yang aku kerjakan sekarang. Meski di samping itu masih banyak permasalahan yang harus aku bereskan, semoga dapat terselesaikan satu-persatu.


Saatnya menikmati asam garam kehidupan. Bersikap dewasa dan bertanggungjawab terhadap apapun resiko atas keputusan yang diambil. Hidupmu, tidak akan pernah digantikan orang lain. Kamulah yang harus menghadapinya. Selama nyawa masih ada, saat itulah perhitungan amal tetap berjalan. Jangan buat hidupmu sia-sia dengan rasa benci, karena belum tentu orang yang kau benci memikirkanmu. Bahagiakan hidupmu dengan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.

Terakhir, terus terang aku sedang berada dalam usia kritis. Usaha menemukan jodoh yang tepat masih berjalan, ada secercah harapan di depan sana. Tak sepenuhnya berharap, namun tetap berusaha, berdoa, istikharah, memohon petunjuk dari Allah. Kalau benar jodoh, moga Allah bimbing kami untuk sampai pada pertemuan selanjutnya. Siapapun yang membaca tulisan ini, mohon doakan semoga dilancarkan... Saya doakan pula segala urusan kalian berjalan lancar. Aamiin.

 "Nak, bekerjalah dengan ikhlas, yang telaten. Kalau kerja jangan mikir 'bayaran' dulu, ada Allah yang mengatur rezekimu. Minta sama Allah..."(pesan ayahku)

Begitulah, maka niatkan selalu kerja sebagai ibadah agar semua yang kita lakukan bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin. Bisa jadi pemberat amal untuk meraih syurga yang Ia janjikan. InsyaAllah, Bismillah, biidznillah...

Tidak ada sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Bisa jadi itulah jawaban dari doa-doamu, maka saat Allah telah mengijinkan maka terjadilah. Tugasmu hanyalah berusaha menjalaninya dengan sebaik-baiknya, dengan kerja keras dan tetap rendah hati. Singkirkan hal negatif yang dapat membuatmu merasa down. Ingatlah, ada Allah yang Maha Mengatur Hidupmu.

Babe, Mami, doakan selalu anakmu ya. Aku ingin hidup bahagia, dan bisa membahagiakan kalian. Doakan perjodohanku berjalan lancar. Semoga awal tahun depan aku sudah menjadi istri untuk suami yang Allah pilihkan untukku serta calon ibu yang melahirkan cucu-cucu kalian... doakan.. doakan. :)

Ponorogo, 18 Februari 2015 00:26

Khalila Indriana

P.S. Pengalaman seru selama awal di P2B akan aku ceritakan di tulisan berikutnya...

Thursday, February 5, 2015

Inilah Alasan Saya Berhenti

Jenuh;
(adj) adalah keadaan di mana kamu harus move on tapi kamu kebanyakan ngeluh serta larut dalam kesengsaraan yang kamu bikin sendiri.

#bukankamus

Jika dihitung skala 1 hingga 10, berapa kali kamu merasa jenuh dalam satu hari atau dalam satu minggu? Menjalani rutinitas memang terkadang membuat kita merasa jenuh. Jenuh bikin kita gak konsen, malas, dan gampang bosan pada hal yang sedang kita jalani. Padahal banyak hal lain yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kejenuhan tsb. Menulis, misalnya. Lho, emang tulisan ini ditulis karena saya lagi jenuh? Enggak juga. hehehe.

*saya insomnia makanya betah nulis meski sampe larut malam, catet.

Tentang jenuh, jadi inget dengan banyaknya pertanyaan yang masuk pada saya akhir-akhir ini. Tentang bisnis craft yang selama lima tahun terakhir saya geluti. Apakah saya masih bertahan pada bisnis ini? Atau saya sudah jenuh?

FYI,  selama hampir 4 bulan terakhir, jujur saya sudah off dari dunia craft alias bikin pernak-pernik flanel yang dulu menjadi salah satu ladang mencari nafkah yang paling utama buat saya. Dibilang menghasilkan, pasti iya. Hellow.. Emang duit dari mana saya bisa kuliah sampe tamat sarjana ekonomi? Nah, itung-itung kalau punya gelar SE... minimal nih ya, saya ada pengalaman. Gini-gini saya dah pernah bergelut di dunia bisnis yang riil... (meski kenyataannya saya sudah menjalankan bisnis ini sebelum saya masuk kuliah, hehehe *tuing2*).

Intinya sih, saya cuma mau bilang.. saya tetap merasa beruntung dapat menjalankan bisnis saya di bidang craft ini selama bertahun-tahun dengan segala jatuh bangun dan pengalaman yang saya dapat. Obrolan singkat dengan ibu saya kemari sore menjelang maghrib, bikin saya mikir.

Saya: Bentar lagi, itu mau saya bersihkan (nunjuk tempat benda-benda craft, bahan dan peralatan yang mulai berdebu). Kalau bisnis craft itu, bisa saya jalankan nanti-nanti (lagi). Kan itu keterampilan, jadi kapan aja punya waktu bisa dipegang lagi...

Ibu: Iya, gak papa. Sekarang ya dijalani aja, mana yang bisa jadi jalan rezekimu lah... (beliau tau, sekarang saya memang fokus jadi penulis online). Pokoknya yang itu (craft, maksudnya) jangan sampai kamu lepas. 'Gitu-gitu' yang bisa menjadikan kamu seperti sekarang ini.. Dulu buk e jualan peyek, bisa ngidupin kamu, sekarang dah segede-gede ini... (tertawa lepas liat anak gadisnya dah pada gede-gede, cakep lagi *astaghfirullah *hehehe)

Saya: *nyengir* iya juga ya buk...

(iyalah, emang cuman 'gitu-gitu' doang bisnis saya. Bikin-bikin produk, jual, dapet duit. hehehe...)

Saya senang berbisnis. Banget malah. Saya berhenti sejenak dari bisnis craft telah yang saya tekuni selama ini, bukan karena saya jenuh. Saya hanya berfikir bahwa dalam hidup ini harus ada perubahan yang terjadi. Sekecil apapun perubahnnya. Dan terkadang untuk menjalani sesuatu yang baru, waktu kita benar-benar tersita untuk hal tersebut. Belajar hal-hal baru, belajar konsisten, belajar tekun, serta belajar menerima konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil. Pahit-manis harus dirasakan.

Temans, pilihan hidup itu harus diambil dan benar-benar harus serius kita jalankan. No galau, no setengah-setengah. Kalau pilihan kita bener, kenapa harus galau? Kalau pilihan kita gak bener, kenapa musti dipilih? Hehe. Ingat, setiap diri adalah pemimpin. Kita adalah pemimpin bagi diri kita sendiri. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya. Saya hanya ingin belajar memilih jalan hidup saya sendiri. Entah orang lain setuju atau tidak, toh tetap diri kita yang menjalani.

Banyak yang menyayangkan, kenapa gak diterusin.. kan sayang bisnisnya.. kan sayang pelanggannya.. dan kan sayang.. kan sayang yang lain. Saya juga sayang kalian, tapi saya lebih sayang hidup saya. Hehehe... Saya terimakasih banyak buat yang sudah perhatian banget sama saya. Namun, tentunya saya punya pemikiran tersendiri dalam bertindak. Tidak semua yang baik dimata orang lain, baik untuk saya. Tidak semua yang saya anggap baik, baik di mata Allah.

Saya hanya ikuti jalan yang Allah berilkan. Ihdinash-shiraatha-l-mustaqiim. Setiap hari kita sama-sama berdoa agar ditunjuki jalan yang lurus. Tinggal ikhtiar kita untuk memilih dan menempuh jalanterbaik  yang Allah berikan. Allah lah yang membimbing hati kita untuk menuju ke jalan-Nya.

Saya justru lagi panas-panas nya, ngebul-ngebulnya untuk belajar hal-hal baru.Berusaha menekuni yang (saya anggap) menjadi passion saya selama ini. Saya akui, saya ini masih bodoh dan jauh tertingal. Tapi Alhamdulillah, sejauh ini Allah turunkan nikmat dan rezekinya lewat jalan yang saya pilih. Saya tetap enjoy dengan pekerjaan yang saya jalani, hidup saya juga gak risau lagi.

Mungkin, yang masih menjadi PR besar saya adalah menyelesaikan semua tanggungan yang belum saya selesaikan dan lunasi (mohon yang masih ada sangkutan sama saya bersabar. Saya sedang berusaha menyelesaikan satu-satu, tinggal tunggu giliran ya. Saya selalu ingat, kok. InsyaAllah saya menjaga kepercayaan yang kalian berikan. Doakan saya, ya...)

Dan tulisan ini sudah terlalu panjang, maka saya akhiri sekian.

Saya doakan, teman-teman yang akhir-akhir ini sering merasa jenuh dengan pekerjaannya, segera move on.
Yang sedang merintis bisnisnya, dilancarkan selalu oleh Allah.
Yang sedang skripsi, segera rampung dan wisuda.
Yang sedang puyeng cari kerja, semoga segera dapat pekerjaan yang baik.
Yang sedang galau jodoh... semoga Allah pertemukan dengan jodoh pilihan Allah. Aamiin..
Yang sedang usaha lunasin utang, semoga Allah beri jalan untuk membayar utangnya.. Aamiin...
Aamiin, aamiin ya rabbal 'alamin.

Ponorogo, 6 Februari 2014

Doakan saya ya, saya diberi ngantuk. Segera sembuh insomnianya. Hehehe... *abaikan*

Monday, February 2, 2015

Saat Allah (ingin) Mengajakmu Bicara

Pengalaman ini saya dapatkan saat mengikuti acara di Surabaya, beberapa waktu yang lalu. Acara yang menurut saya cukup penting karena di situ banyak sekali hal baru, ilmu, pelajaran, orang-orang hebat serta pengalaman yang belum tentu didapatkan oleh setiap orang. Saya tak hentinya bersyukur karena diizinkan untuk hadir di tengah-tengah mereka.

Saya pun mulai sadar, apa yang saya dapatkan saat itu adalah buah dari kesabaran, ketelatenan, serta konsistensi dari pilihan hidup yang saya jalani. Jujur, fokus hidup saya saat ini ada pada 3 hal saja: Islam, menulis dan bisnis. Tiga hal yang saya yakini suatu saat akan membawa saya pada titik kesuksesan.

Dan ternyata, merawat impian sederhana sekalipun harus tetap diperjuangkan. Mungkin, langkah untuk mencapainya adalah dengan cara yang tidak sederhana. Bahkan saya sendiri belum memahami cara kerja Allah yang sangat rumit sehingga dapat mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di luar sana yang satu pemikiran dan tujuan. Bertemu dengan orang-orang yang dapat mendukung saya untuk mencapai impian. Apa yang mungkin mustahil bagi orang lain, ternyata mudah saja jika Allah memang menghendaki.

Tentang Islam, menulis dan bisnis. Ada salah seorang jurnalis wanita (semoga Allah senantiasa merahmatinya dengan ilmu yang bermanfaat bagi umat), berpesan kepada saya. Hal ini beliau ungkapkan setelah perbincangan panjang malam itu di penginapan. Tentang siapa saya, apa latar belakang pendidikan saya, minat, motivasi, dan kegiatan yang selama ini saya jalani.

"Kamu sudah punya modal. Dengan latar belakang ilmu yang kamu miliki, gunakan cara pandang yang islami. Manfaatkan bekal kemampuan menulis serta pengalaman berbisnis yang pernah kamu jalani. Saya yakin, suatu saat kamu akan berhasil menuliskan hal paling sederhana tentang berbisnis yang mungkin terlupakan oleh orang lain. Tulislah mulai sekarang, buat jurnal, catatan-catatan kecil, dan semacamnya. Saya yakin, di masa depan kamu akan menuai hasilnya."

Saya pun mulai merenung. Seberapa banyak saya mendengar hal seperti ini dari orang-orang di sekitar saya? Jarang! Jurnalis wanita yang saya kenal selama dua hari ini mampu memberikan saya pencerahan dengan kalimat yang paling sederhana yang ia sampaikan. Saya tidak pernah mengenal beliau sebelumnya, dan dia juga tidak mengenal siapa saya. Saya melupakan hal yang paling dasar, tulislah apa yang paling dekat denganmu, apa yang paling kamu pahami, dan yang paling menarik minatmu. Di situ saya sadar, cara Allah membimbing hambanya dengan mempertemukan saya dengan orang yang bisa saya dengarkan saran darinya. Saya percaya wanita itu sudah digariskan pertemuannya dengan saya. Karena saya yakin, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Ada zat yang Mahamengatur. Ada hal yang terjadi diluar kendali kita sendiri. Sekali waktu, Allah ingin mengajak kita berbicara lewat seseorang. Maka, dengarkanlah.

Saya diingatkan kembali tentang apa yang harus saya lakukan. Saya harus tetap konsisten dengan pilihan hidup yang telah saya pilih. Saya tidak boleh gampang lelah, menyerah, dan kalah hanya karena impian saya belum terwujud saat ini. Saya harus tetap yakin, batas kesuksesan dan kegagalan adalah saat kita memutuskan untuk berhenti memperjuangkan impian kita. Itu saja.

Dari situ saya semakin mantap untuk lebih giat memperjuangkan semua impian yang saya miliki. Apakah saya akan berhasil? Saya tidak akan pernah tahu jika saya tidak mencobanya.

Terima kasih ya Allah, atas pengalaman berharga bertemu seorang yang masih mampu mengingatkan saya untuk tidak mudah melupakan impian besar yang saya miliki. Untuk tidak gampang menyerah jika lelah menghampiri. Tidak gampang berpaling jika bosan mulai menyelinap di relung hati.

Ada misi besar yang harus dituntaskan sebelum ajal menjemput. Ada senyum kebahagiaan yang harus diterbitkan dari wajah orang-orang tersayang. Ada masa depan yang harus saya raih, dan syurga yang dijanjikan. Semua harus diperjuangkan di sini, di dunia ini. Mulai sekarang, bukan nanti.

Ponorogo, 3 Februari 2015

Mungkin kamu tidak bodoh, tapi kamu tetap manusia. Dan manusia bisa saja lupa. Menulislah.