tag:blogger.com,1999:blog-53384835040834923232024-02-20T22:48:08.395-08:00Khalila Butik Hijab Syar'ikhalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.comBlogger94125tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-70816048610011426772016-05-01T23:40:00.003-07:002016-05-01T23:40:38.451-07:00Menepi Sejenak Di SiniSaat aku mengetik tulisan ini, aku sedang berada di salah satu tempat favoritku untuk Me Time: Foodcourt LGDS. Ditemani segelas tinggi Vanilla Latte dingin (yang sekarang sudah tandas menandakan sudah waktunya untuk beranjak, hehe) aku mulai terbiasa dengan kesendirianku. Lebih tepatnya menikmati masa-masa sendiriku di usia ke-25 ini.<br />
<br />
Entah sampai kapan ini akan terjadi, ku harap sebentar lagi. Iya, kuharap sebentar saja waktu ini masih bisa aku nikmati. Menunggu hadirnya sosok yang selalu berada di sampingku nanti. Siapa? Mungkin saja ia dekat.<br />
<br />
Semoga, semoga hari itu akan segera datang.<br />
<br />
Khalila Indriana, awal Mei 2016.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-20654213283068463312015-11-27T08:45:00.001-08:002015-11-27T08:45:34.238-08:00Ini adalah blog yang hanya diisi ketika si penulis ingat kalau punya blog. Jadi, harap maklum :D<br />
<br />
Dalam tiga minggu terakhir, setiap Jum'at sore ada aktivitas baru yang saya lakukan. Sebenarnya, bisa dibilang ini jenis kegiatan yang dulu rutin saya lakukan namun baru saya mulai lagi. Yaaapps! Saya ikut kajian lagi. Ikut kelompok kajian yang di bina oleh Ustadzah saya tercinta bernama Amah Hida. Sesuai dengan judul postingan ini, SLBK alias Sahabat Lama Bertemu Kembali. Wajah-wajah yang tak asing. Ada sekitar 9 orang termasuk saya yang tergabung dalam kelompok kajian ini. Ada yang sudah emak-emak, ada juga yang masih single. Sekali lagi, termasuk saya. Ehm. *perlu dibahas?<br />
<br />
Biar jadi dokumentasi, saya tulis di sini. Saya kajian bersama Amah Hida, Ustadzah Fina (dulu murobbi saya di SMA-lulus), Amah Leha, Mbak Nia (Amarta Mlilir), Mbak Anisatul, Mbak Shelvya, mbak Zulfa, dan Ukhti Firsty. Sahabat-sahabat yang InsyaAllah sudah dipilihkan Allah untuk saya. Di tengah kesendirian menanti Jodoh yang belum juga mendekat *ehm #kodekeras . Saya ingin belajar lagi, ingin ada orang-orang yang mengisi kehidupan saya lagi. Bersilaturahim, menambah relasi. Dan tentu saja tujuan utamanya adalah agar saya selalu dekat dengan kebaikan dan pembawa kebaikan dalam hidup. InsyaAllah, mereka hadir untuk membuat hidup saya lebih berwarna.<br />
<br />
Tiga minggu kajian, satu minggu sekali pertemuan, saya mulai nyaman dan mencoba beradaptasi agar lebih bisa berbaur. Semoga keikhlasan untuk menerima kehadiran saya, bisa saya hadapi dengan memberikan yang terbaik. Take and give. Give more. Semoga Allah selalu meridhoi agar saya selalu berada dalam jalan kebaikan. Aamiin.<br />
<br />
Keep Istiqomah... *dah lama gak bilang ini<br />
<br />
Saya selalu menghargai apapun yang terjadi dalam hidup saya. Dan saya menghargai setiap pengalaman yang saya dapatkan dengan orang-orang baru di sekitar saya. Jangan lupa bahagia!<br />
<br />
Khalila Indriana<br />
<br />khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-39823855782975654552015-09-23T21:54:00.001-07:002015-09-23T21:54:05.015-07:00Satu Lagi Sahabatku Menikah<div style="text-align: center;">
Hari ini bertepatan dengan perayaan hari raya Idul Adha 1436 H, satu lagi sahabat terdekatku waktu SMA melangsungkan pernikahan.</div>
<div style="text-align: center;">
Susi Nur Farida dan Toriq Alfian (kebetulan masih saudara dari Nikma).</div>
<div style="text-align: center;">
Rencananya hari ini resepsi sekitar pukul 13.00 akan diselenggarakan di desa Gundik, Slahung, Ponorogo.</div>
<div style="text-align: center;">
Perasaan bahagia menyelinap melihat satu-persatu dari kami akhirnya menuju gerbang pernikahan.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Juara satunya tentu saja Ukhti Binti, lalu Ukhti Ria, Khoni, kemudian Ukhti Susi. Selanjutnya mungkin Nikma yang akan menyusul awal bulan depan.</div>
<div style="text-align: center;">
Alhamdulillah, turut berbahagia atas pernikahan mereka.....</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Sebagaimana harapan semua orang yang belum menikah, semua ingin agar didekatkan jodohnya.</div>
<div style="text-align: center;">
Bisa segera menunaikan sunnah Rasulullah untuk menikah dan kelak memiliki keturunan.</div>
<div style="text-align: center;">
Akupun terus berdoa agar Allah tunjukkan jalan terbaik untukku dan untuk semua sahabatku.</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
Barakallahu fikum. Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan bagi keduanya.</div>
<div style="text-align: center;">
Hari ini rencananya aku berangkat bersama salah satu sahabat terbaikku,</div>
<div style="text-align: center;">
Firsty Innayati Sakina. Semoga selamat sampai tujuan. Aamiin... :)</div>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-78502790697793150022015-09-20T23:43:00.001-07:002015-09-20T23:43:35.415-07:00The Return of Crafter!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZtqMQEpKRAwp2_HchAxyPKJVdFV4UpuJvg6kp2fmpBzb9P1cjZzQkQjV69Db5VKHhvtTdm-d4XbUWCiaWB0kiem-1bdsDh6svSSZLZtQxzXjl95-Otf1IUBq4RYInaonLqdOlb0WIxZo/s1600/74d891b555e47bb5bf3c77c592022c21.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="480" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgZtqMQEpKRAwp2_HchAxyPKJVdFV4UpuJvg6kp2fmpBzb9P1cjZzQkQjV69Db5VKHhvtTdm-d4XbUWCiaWB0kiem-1bdsDh6svSSZLZtQxzXjl95-Otf1IUBq4RYInaonLqdOlb0WIxZo/s640/74d891b555e47bb5bf3c77c592022c21.jpg" width="640" /></a></div>
<br />
<i> I'm back!</i><br />
<br />
Setelah sekian lama tidak berkutat di dunia craft, lebih tepatnya saat aku bilang<a href="http://khalilaindriana.blogspot.co.id/2015/02/inilah-alasan-saya-berhenti.html" target="_blank"> alasan kenapa aku berhenti</a> <i>*jiahh dramatis banget pas nulis itu kemaren*</i> akhirnya aku memutuskan untuk kembali menekuninya. Kenapa?<br />
<br />
Yups. Alasan utamanya karena ingin punya bisnis sendiri. Lagipula, per tanggal 31 Agustus kemarin aku RESIGN dengan sukses dari kantor P2B Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Memang keputusan yang tidak mudah, di saat aku baru menjalani 6 bulan kerja di sana. Tapi, yah mau gimana lagi. Panggilan jiwa kali ya, rasanya tidak sreg aja untuk berlama-lama jadi orang kantoran (kecuali ntar bikin kantor sendiri, hehe). Lebih suka menimati kebebasan... dan bisnis jadi pilihanku untuk melanjutkan hidup.<br />
<br />
Meski tidak semua rencana berjalan sesuai prediksi, setidaknya aku telah membuat keputusan yang akan aku jalankan untuk melanjutkan hidupku kedepannya. Pilihan yang harus aku tanggung segala konsekuensinya. Berani kerja lebih keras untuk survive di bidang ini. Hari ke 21 semenjak resign, baru benar-benar mulai konsentrasi untuk membangkitkan bisnis yang sempat terhenti. Berat? Pasti. Namun langkah-langkah kecil yang aku lakukan hari ini akan menjadi awal dari kesuksesan di masa mendatang. Kita kan gak pernah tahu mana jalan sukses yang sebenarnya sebelum kita mencobanya.<br />
<br />
Saat memegang kain flanel, jarum, gunting... ahhh serasa semua benda-benda itu merindukanku. Kedekatanku dengan benda-benda tersebut memang terbilang lebih lama daripada saat aku meninggalkannya. Entah kenapa, tubuhku berkali lipat lebih berenergi saat bergelut dengan dunia craft. Sangat beda saat mengerjakan pekerjaan di kantor *ups! Ada banyak ide-ide yang ingin aku realisasikan.<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSxwO2M90GnVqWnFQMuM8u5TPFoFu2w29DTG8CiDRgL8M0PlAcxofbNT10mowP_8kqrHvTLj41JbB4vZiEqtGTvEJxkMtrq6ugOZV8ZexZ_RRt0WWRzbVoECrrVDakjOLrMxK0C0zNong/s1600/WIN_20150811_104400.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSxwO2M90GnVqWnFQMuM8u5TPFoFu2w29DTG8CiDRgL8M0PlAcxofbNT10mowP_8kqrHvTLj41JbB4vZiEqtGTvEJxkMtrq6ugOZV8ZexZ_RRt0WWRzbVoECrrVDakjOLrMxK0C0zNong/s640/WIN_20150811_104400.JPG" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><br /></td></tr>
</tbody></table>
<br />
Intinya, aku mulai menemukan kebahagiaanku kembali. Sembari mengerjakan craft, tetap bertahan untuk kerja menulis freelance. Dan terfikir untuk menulis blog lagi. Mungkin ini bisa jadi rekreasi sederhana buatku, mengingat mulai sekarang aku tinggal sendirian (eh sama mami dan babe sih) karena saudari-saudariku tinggal bersama suami dan mertuanya masing-masing. Entah kenapa semua orang khawatir tentangku yang sekarang tinggal sendiri.. padahal biasa aja. Just enjoying this momment... semua ada masanya. Hehe. Kalau rindu, tinggal calling mereka. Toh tinggalnya masih satu kota.<br />
<br />
Nah lho, malah cerita sampe kemana-mana...<br />
<br />
Oke, InsyaAllah berusaha lebih keras agar mencapai hasil yang maksimal. Semoga bisa mengatur waktu agar lebih efektif dan produktif kedepannya. Let's wait and see.. mari sukses dengan cara kita masing-masing.<br />
<br />
See you next post!<br />
<i><br /></i>
<blockquote class="tr_bq">
<i>"Ada banyak cara untuk sukses. Jika tidak segera memilih salah satu jalannya, bagaimana kamu bisa mencapai kesuksesan? Let's grow up with a vision."</i></blockquote>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-77130423135452677082015-09-20T05:36:00.000-07:002015-09-20T05:36:09.166-07:00My Twin Wedding's<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9PhUOX04tbppYI1etmecZmxz5LEmkcVQ0Zb__LAcCFnjnPeR6IIyv31JNJx5rJYEuA_Bu-dIE3zXQhm4Bt30PVGxNNR_pfapnZfk_oXL9jcF9a1BuystvQvT1Je80XDbN6TQuXaaK2q0/s1600/DSC_7869.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg9PhUOX04tbppYI1etmecZmxz5LEmkcVQ0Zb__LAcCFnjnPeR6IIyv31JNJx5rJYEuA_Bu-dIE3zXQhm4Bt30PVGxNNR_pfapnZfk_oXL9jcF9a1BuystvQvT1Je80XDbN6TQuXaaK2q0/s640/DSC_7869.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Selepas akad nikah di KUA Babadan, Ponorogo</td></tr>
</tbody></table>
<br />
<br />
<i>Barakallahulakuma wabaraka 'alaikuma wa jama'a baina kuma fil khair...</i><br />
<br />
Teriring doa untuk kembaranku yang telah melangsungkan akad nikah pada tanggal 16 September 2015 di KUA Kecamatan Babadan Ponorogo. Walimatul 'ursy nya sendiri dilaksanakan pada hari itu juga siangnya pukul 13.30 di kediaman keluarga kami di Jalan Parang Menang, Ponorogo Jawa Timur.<br />
<br />
Sungguh suatu kebahagiaan tersendiri melihat seseorang yang semenjak dalam kandungan hingga di usia kami yang ke-25 ini, menikah dengan pasangannya (semoga Allah memberikan keberkahan di antara keduanya).<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b>Khoni Indriani, SE.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Putri dari Bpk Sukadi dan Ibu Indarti</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Patihan Wetan, Babadan, Ponorogo</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b> </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>dengan</b></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Rendra Subianto, Amd. Kep.</b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Putra dari Bpk Muhadi Sugito dan Ibu </b></div>
<div style="text-align: center;">
<b>Trisono, Babadan, Ponorogo</b></div>
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaZ9yuApM8v2YlzS3vp0r-wsD3jUYL9RAhT3e2x6gIegYzt8Ffoa_hk6KKc0ojQkEkZ-KSGVSQLyP2K_shfCPUJpTHzWHfXYBeDVGM68Ft3nbLkEhFgGgR9oGuTit0pQj21A0jnZpc0sw/s1600/11216805_1625728274366703_3102468944268604335_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="426" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaZ9yuApM8v2YlzS3vp0r-wsD3jUYL9RAhT3e2x6gIegYzt8Ffoa_hk6KKc0ojQkEkZ-KSGVSQLyP2K_shfCPUJpTHzWHfXYBeDVGM68Ft3nbLkEhFgGgR9oGuTit0pQj21A0jnZpc0sw/s640/11216805_1625728274366703_3102468944268604335_n.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Indriani & Rendra</td></tr>
</tbody></table>
<br />
Tiada kata yang terus terucap kecuali kalimat kesyukuran dan doa untuk kedua mempelai. Semoga menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warohmah.. bahagia hingga ke syurga-Nya. Kelak diberi keturunan yang shalih-shalihah yang dapat menegakkan kalimat Allah dan mengikuti jejak Rasulullah SWT.<br />
<br />
Alhamdulillah, acara berjalan dengan lancar. Berkat bantuan dari tetangga di lingkungan sekitar, saudara, para sahabat.. dan seluruh undangan yang hadir. Terimakasih atas doa restunya. Semoga berkah untuk semua. Aamiin...<br />
<br />
Well, saudari kembarku.. akhirnya kini tanggungjawab telah bertambah. Semoga Allah menguatkanmu, bersama keluarga barumu... <i>still I love you as my beloved twin sista. ^^</i><br />
<br />
P.S. : Untuk menjawab semua pertanyaan yang datang padaku: Kapan nyusul? Semoga Allah segerakan pula jodoh untukku. Mohon doanya.. :)<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDdGoLyhQ_wKCgwBOjDhbI8IFJOUHabuja4unXIKDOlnmBmr60XWfiyEut7tpFKTtZkYHsxyF-kaQ23B5lSrBWJvGUnplSUlUrSqouhpoETNGmm1HIip91wHVALpAOeIpASXXlhvI9l0o/s1600/my+family+ed.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="424" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDdGoLyhQ_wKCgwBOjDhbI8IFJOUHabuja4unXIKDOlnmBmr60XWfiyEut7tpFKTtZkYHsxyF-kaQ23B5lSrBWJvGUnplSUlUrSqouhpoETNGmm1HIip91wHVALpAOeIpASXXlhvI9l0o/s640/my+family+ed.jpg" width="640" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">My Family</td></tr>
</tbody></table>
<br />khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-31085005344794390742015-08-19T10:29:00.000-07:002015-08-19T10:29:11.574-07:00Antara Bahagia dan Ditagih HutangMungkin, judul postingan kali ini cukup menimbulkan tanya. Apa hubungan antara bahagia dan ditagih hutang? Saya bukan sedang membahas bahagia karena bebas hutang ya. Tapi, ini pengalaman yang dapat saya ambil hikmahnya. Ya, antara bahagia dan ditagih hutang.<br />
<br />
Saya memiliki satu akun sosial media facebook, yang cukup banyak teman baik yang saya kenal lewat dunia maya atau mereka yang benar-benar saya kenal di dunia nyata. Keduanya ada yang benar-benar akrab, ada juga yang hanya kenal selintas saja. Saya sendiri cenderung mengikuti mana yang baik saja, jika pertemanan itu membuahkan kebaikan maka saya anggap ada sisi positif dari dunia facebook ini.<br />
<br />
Jujur saya tidak terlalu sering mengumbar apa-apa yang terjadi dalam hidup saya di medsos. Karena bagi saya, hidup harus dinikmati bukan hanya ditunjukkan lewat update status. Jika ada hal yang menarik, pengalaman yang unik, momen-momen tertentu dalam hidup atau hal-hal membuat saya sedih dan bahagia, saya cenderung menuliskannya sebagai hikmah agar dapat diambil pelajaran juga bagi orang lain. Jika ada unggahan orang lain yang saya rasa bermanfaat, saya suka membagikanya agar oang lain juga membacanya.<br />
<br />
Umumnya, orang tidak suka pada orang yang membagikan hal-hal yang negatif, termasuk keluhan, cerita sedih-sedih, umpatan, juga yang berbau sombong, pamer, riya dan teman-temannya. Orang lebih suka mendengar kabar gembira, sesuatu yang menyenangkan, hal yang membahagiakan, pengalaman seru dan menarik, hal-hal yang inspiratif dan berhikmah, dst. Saya sadar betul akan hal itu. Terkadang saya juga membuat status-status semacam itu.<br />
<br />
Lalu, apa menariknya?<br />
<br />
Ada satu kesimpulan yang saya tarik tentang ini. Entah itu hanya perasaan saya, atau memang iya? Hehe. Begini ceritanya.<br />
<br />
Saya termasuk orang yang berada dalam kategori belum beruntung dalam hal finansial, alias masih belum merdeka dari hutang. Saya punya hutang pada beberapa teman dekat saya. Meski nominalnya tak seberapa (gak sampe semilyar lah, kalau ditotal. hehe) namun cukup meresahkan hidup saya. Kapan? Tentu saja ketika jatuh tempo waktu pembayaran, juga saat ditagih. Gak papa kalau saya sudah siapkan uangnya untuk dibayarkan, tapi lain halnya jika saat itu sedang tidak ada uang karena habis untuk kebutuhan dan bayar utang yang lain.<br />
<br />
Tagihan datang silih berganti.<br />
<br />
Kembali ke judul awal, antara bahagia dan ditagih hutang. Saya sadar saya memiliki hutang yang harus saya bayar. Sayapun sedang berjuang untuk melunasinya, satu-persatu. Tanpa jeda, saat punya rezeki saya utamakan untuk membayar hutang meski dengan cara mencicil. Sebagian lain untuk biaya hidup, dan sedekah. Saya tetap hidup normal, seperti orang-orang.<br />
<br />
Hey, punya hutang bukan berarti kamu tidak hidup kan? Begitu pula dengan saya. Saya tidak pernah memungkiri bahwa saya masih punya hutang di sana-sini. Saya juga tidak akan lari jika masih punya hutang, saya akan berusaha membayar semampu saya.<br />
<br />
Namun, apakah saya tidak bisa (atau tidak boleh?) melakukan hal lain? Seperti menjalani hidup normal, membangun impian, mewujudkan cita-cita, membahagiakan orang-orang yang saya sayangi, dan hidup bahagia? Tentunya saya masih seperti manusia normal, ingin menjalani hidup yang bahagia. Meski dengan status masih punya hutang.<br />
<br />
Terkadang, saya mengekspresikan rasa bahagia saya dengan menulis status-status fesbuk semacam ini:<br />
<br />
"Alhamdulillah, rezeki emang gak kemana. Terimakasih ya Allah, atas rezeki yang kau limpahkan hari ini, dari arah yang tidak disangka-sangka..."<br />
<br />
"Bahagia itu sederhana. Seperti menikmati segelas jus dan suasana di sore hari dengan disirami hangatnya mentari."<br />
<br />
Atau update foto lagi nonton film di bioskop. Atau lagi jalan-jalan ke Jogjakarta.<br />
<br />
Sampai di sini, saya masih menganggap itu status yang wajar. Ternyata, anggapan lain muncul. Tidak sama dengan apa yang saya pikirkan.<br />
<br />
Kawan, saat saya bilang saya dapat rezeki dari arah yang tak di sangka-sangka, tidak berarti saya sedang banyak duit. Mungkin saja nominal rezeki yang saya dapat tidak lebih dari lima digit. Rezeki yang saya terima bisa saja berbentuk kesehatan, kesempatan, dst. Tidak selalu uang yang banyak. Saya adalah orang yang selalu berusaha mensyukuri hal-hal kecil, merayakan pencapaian-pencapaian kecil, dengan cara yang sederhana dan bahagia (versi saya sendiri).<br />
<br />
Saat saya minum jus dan menikmati udara sore, bukan berarti saya banyak uang untuk jajan. Tak juga berarti saya sedang santai-santai tidak punya kerjaan, atau tidak punya masalah dan beban pikiran. Bukan berarti saya lupa diri.<br />
<br />
Saat saya nonton bioskop, itu karena ada sahabat saya yang butuh teman nonton. Saya ditraktir buat nonton. Ini juga rejeki, masa saya tolak? Tidak semua hal yang saya alami, saya kerjakan, saya lakukan menunggu saya punya uang. Uang memang penting, tapi lebih penting bagaimana kita menjalani hidup sebaik-baiknya.<br />
<br />
Maka, saya sering merasa heran (dan agak terkejut) jika saya sedang mengalami hal yang membahagiakan, tetiba ada yang menagih hutang. Nah lho! (perhatian banget gak sih?)<br />
<br />
Saya selalu berusaha untuk menjalani hidup yang bahagia, bahkan tanpa uang. Saya menikmati hidup dengan cara saya sendiri, ukuran kebahagiaan saya sendiri. Dan kebetulan ukuran kebahagiaan saya bukanlah uang. Jadi kalau saya update status yang bernada BAHAGIA, plis jangan berfikir saya sedang BANYAK UANG. Karena, Anda akan kecewa. Apalagi yang merasa uangnya saya hutang.<br />
<br />
Saya benar-benar tidak masalah jika ada yang menagih hutang. Toh itu hak mereka, uang yang ditagih uang mereka yang masih saya bawa. Tapi, haruskah 'merusak' suasana bahagia saya dengan cara menagih hutang pada saat itu juga? Sekali lagi saya tidak selalu bahagia ketika banyak uang. Karena kalau saya banyak uang, tentunya saya akan bayar hutang, uang habis, baru saya merasa bahagia karena lega sudah membayar hutang.<br />
<br />
Saya sudah punya prinsip baru dalam menyikapi hutang. Dulu, saya selalu terjebak untuk menyelesaikan sesuatu dengan tergesa-gesa, termasuk saat membayar hutang. Saya terjebak hutang kembali, karena membayar hutang dengan hutang. Gali lubang tutup lubang, sudah jadi keseharian. Jadinya lubangnya makin banyak, bukannya berkurang.<br />
<br />
Namun, saya sadar. Butuh tekad yang kuat untuk sesegera mungkin merdeka dari hutang. Masa Indonesia sudah merdeka 70 tahun, saya masih terbelenggu hutang? Okelah, saya putuskan untuk sesgera mungkin bebas hutang. Dalam kalender saya, tahun 2016 saya bebas hutang. Hutang saya 0 rupiah alias tidak ada hutang pada siapapun. Jangan sampai mati membawa hutang. Saya takut mati dalam keadaan masih berhutang. Saya sedang berjuang banget sekarang, membayar hutang dengan hasil jerih payah saya sendiri alias tidak lagi mengandalkan bantuan orang lain untuk membayar hutang.<br />
<br />
Begitulah, curhatan singkat (atau panjang? haha) saya tentang bahagia dan ditagih hutang. Saat saya terlihat bahagia, bisa dilihat dari status fb saya, maka saat itu saya selalu menyiapkan diri untuk ditagih hutang. Ini nyata. Saya awalnya kaget, juga bercampur menggugat pada Tuhan, apa saya tidak pantas menjalani hidup yang bahagia, ketika masih punya hutang? Namun saya semakin bijak dalam menyikapinya. Saya tidak lagi marah, apalagi menggugat tuhan. Saya putuskan untuk lebih bersabar. Kemudian, mencari solusi terbaik untuk segera melunasi hutang. Bismillah, bi idznillah.<br />
<br />
Pelajaran yang saya ambil, <b>"Janganlah merusak kebahagiaan kecil seseorang. Bisa jadi ia bahagia bukan karena harta yang melimpah, namun sedikit bahagia karena sejenak melupakan beratnya kehidupan yang tengah dijalaninya."</b><br />
<br />
Semoga Allah memberikan rezeki yang melimpah untuk orang-orang yang memberikan saya pinjaman. Semoga Allah juga memberikan rezeki yang cukup (kalau bisa cukup melimpah juga, haha) untuk saya dapat membayar hutang, segera terbebas hutang, dan hidup lebih mulia tanpa hutang. Allahuakbar!<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUdJ-o4_FacojDumaa4OSwAECuFb6RkynVZ39GvlSh6uMxmBi-Ew0bYanLe8oSY2sCtcj1UkhvsDn9-POf601UyK11-TtcwWOUlCU0ZlMmVqPEGM3YB4ak7eODqO13zO_R-mGKXP4yE94/s1600/doa.20120101.121101.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="484" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUdJ-o4_FacojDumaa4OSwAECuFb6RkynVZ39GvlSh6uMxmBi-Ew0bYanLe8oSY2sCtcj1UkhvsDn9-POf601UyK11-TtcwWOUlCU0ZlMmVqPEGM3YB4ak7eODqO13zO_R-mGKXP4yE94/s640/doa.20120101.121101.jpg" width="640" /></a></div>
<br />khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-72023910769601386492015-05-07T07:34:00.003-07:002015-05-07T08:26:48.091-07:00Hidup adalah Pencapaian, Good Job! ^^<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Assalamualaikum!</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Sudah lama tak berkunjung ke blog ini, jadi kangen juga ya? Hehe. Pengen banyak cerita tentang aktifitas sehari-hari yang saat ini saya jalani. Tapi, mulai dari mana?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Oke, daripada bingung saya mulai dengan kabar bahagia. Setelah beberapa waktu bertanya-tanya bagaimana kabar buku "Kata Sejuta Makna", akhirnya dapat kabar juga dari pihak Elexmedia. Yah, meski harus berjuang menerobos birokrasi dari kelompok Kompas Gramedia itu (via telepon, hehe) saya berhasil menghubungi bagian pengurusan royalti, Bu Erna.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Dan, secara singkat kata, inilah hasil penjualan buku saya per Juni-Desember 2014. Hasilnya?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8bKGZX3GXpITZlpjEH-b4js20DaujnlHIvVQm1TbJdbHNZXHHg-RaLAiPT_heALJLOcQXtkQzIgJBkXbhSypiOjvs-_X4cWy8Y6gXDexFx8hU-PMjcy0TvfmffuGLdcuC-ZZLUwfjBGA/s1600/Perincian+Royaltix.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="410" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8bKGZX3GXpITZlpjEH-b4js20DaujnlHIvVQm1TbJdbHNZXHHg-RaLAiPT_heALJLOcQXtkQzIgJBkXbhSypiOjvs-_X4cWy8Y6gXDexFx8hU-PMjcy0TvfmffuGLdcuC-ZZLUwfjBGA/s640/Perincian+Royaltix.jpg" width="640" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Alhamdulillah, lumayan. Bisa buat beli es teller, haha...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
531 dari 2500, sekitar 20% udah kejual. Alhamdulillah banget, bersyukur dan bersyukur...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Oke, dari situ saya seperti mendapatkan suntikan semangat untuk menulis buku lagi. InsyaAllah ada beberapa outline yang siap digarap untuk tahun ini bisa berjuang ke penerbit. Menulis buku menjadi teramat mengasyikkan. Karena menulis buku adalah sebuah pekerjaan sunyi, di mana kita hana berbekal mengolah kata, meluapkan ide, mengembangkan imajinasi dan menghasilkan karya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Tulis saja. Tulis saja. Itu saja pesan saya. Apakah saya menulis karena motivasi uang? Hmm... terserah yang menilai sajalah. Yang jelas saya hepi bisa menulis, sekaligus menggendutkan rekening saya.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Alhamdulillah, setelah mundur teratur dari Fimadani, masih ada yang hire dari Sribulancer dan mulai megang FP Hijab Aisyah. Sembari menyelesaikan pekerjaan di Izwie. Semoga bisa lanjut terus. Lumayan, menulis artikel di web professional membuat saya merasa terus hidup dan bersemangat untuk menulis.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Apa lagi yang ingin saya sampaikan? Saya hanya ingin meluapkan kegembiraan saya di sini. Saya bahagia, meski dengan ukuran kebahagiaan yang saya buat sendiri. Hehehe...</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Love you All,</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi86BgvbqeG_X7IKmrMSCHVds_sk7thBgzL_Nqx4tLM3zJ4TteOEIcWG_5ETjsO9WDYHNUJULFe_PnX1chMzbdUs2ezjUeZUZ44UHWX2xe-2fVA40OZQSKP0_km8EJ0III4csamUDU4htI/s1600/khalila+new.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi86BgvbqeG_X7IKmrMSCHVds_sk7thBgzL_Nqx4tLM3zJ4TteOEIcWG_5ETjsO9WDYHNUJULFe_PnX1chMzbdUs2ezjUeZUZ44UHWX2xe-2fVA40OZQSKP0_km8EJ0III4csamUDU4htI/s320/khalila+new.jpg" width="240" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
Khalila Indriana, 7 Mei 2015.</div>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-159542387045697222015-02-17T09:28:00.004-08:002015-02-17T09:39:13.257-08:00Kerja Sebagai Ibadah<i>"Nak, bekerjalah dengan ikhlas, yang telaten."</i><br />
<br />
Sepenggal kalimat yang menyentuh dari sosok ayah kepada anaknya. Aku biasa memanggilnya Babe. Babe jarang sekali menasehatiku ini itu. Seringnya sih tentang shalat shubuh tidak boleh telat, hati-hati bawa motor serta tekunlah dalam bekerja. Apapun pekerjaannya.<br />
<br />
Kalimat di awal meluncur dari mulut beliau saat aku mulai diterima bekerja sebagai staf di P2B. Semacam Pusat Pengembangan Bisnis di kampusku dulu, Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Ceritanya balik lagi ke kampus. Menelusur awal mula aku 'nyemplung' ke situ adalah saat saudari kembarku ditawari posisi tersebut. Namun, berhubung dia sudah menerima tawaran dari Fakultas Ekonomi (FE) terlebih dahuli untuk menjadi dosen, dia tidak dapat menerima tawaran tersebut.<br />
<br />
Saat itu, aku tidak langsung mengambil untuk menempati posisi tersebut. Pemikiranku berawal dari niatku untuk mencari pekerjaan yang aku masih bisa pegang laptop dan internet. Mengingat pekerjaanku sebelumnya adalah sebagai pekerja paruh waktu menulis konten website dan portal berita online. Setelah menimbang-nimbang, bertanya pada sahabatku Mas Fery, akupun berniat kuat untuk mengambil kesempatan ini. Seperti kebanyakan nasehat, kesempatan tidak datang dua kali bukan?<br />
<br />
Aku sharing dengan saudari kembarku suatu sore di taman alun-alun kota Ponorogo. Aku utarakan niatku untuk mengambil pekerjaan ini. Dengan pertimbangan, aku ingin mengumpulkan modal untuk membuka usaha tahun depan. Untuk ini aku skip ceritanya, aku sambung di tulisan lain. Intinya, diapun mendukungku. Toh, syaratku cuma satu: masih bisa mengemban tanggung jawabku sebagai penulis di portal Media Islam Online (MIO) dan menulis artikel web.<br />
<br />
Segera aku menghubungi pak Abas, sebagai kepala P2B yang memberikan tawaran tersebut. Ternyata beliaupun menyambutku dan mempersilakan untuk diskusi tentang apa saja yang bisa aku kerjakan di sana. Pertemuan awal aku hanya bertemu dengan staf juga, namanya mas Aziz.<br />
<br />
Singkat kata, hari senin aku bertemu dan <i>sharing</i> dengan mas Aziz, lalu mengisi formulir pendaftaran penerimaanku sebagai staf magang untuk mengurus program D1 Kelas Wirausaha. Sebagai manajer lah, karena sebelumnya belum ada staf yang benar-benar mengurus D1. Alhamdulillah, ini kejutan pertama. Karena sebelumnya aku kira akan menjadi mentor untuk KWU, tapi ternyata kebagian tugas mengurus ini itu dan aku kerja di ruangan saja. Cukup sesuai dengan apa yang menjadi pertimbanganku mengambil pekerjaan ini.<br />
<br />
Namun, baru hari Kamis (12/2) aku benar-benar masuk kerja. Ngantor hari pertama. MasyaAllah... banyak hal baru yang aku dapatkan di sana. Lingkungan yang baik, orang-orang yang ramah dan bersemangat, ilmu-ilmu baru, pengalaman yang tidak akan aku dapatkan sebelum masuk ke sana.<br />
<br />
Semuanya terasa menyenangkan, terbawa atmosfer pekerjaan yang dituntut rapi, bersih, cepat. Dan tentunya satu hal perubahan besar yang terjadi dalam hidupku selama kurang dari satu minggu ini: HIDUP LEBIH TERATUR. Inilah yang selama ini sangat sulit aku dapatkan. Terutama pasca tak lagi kuliah dan minim aktifitas di luar rumah. Aku kembali bersemangat dan hidupku berubah, ke arah yang lebih positif tentunya.<br />
<br />
Tentunya perjalanan awalku di tempat baru tak semulus itu. Masih banyak hal yang perlu aku pelajari. Banyak hal yang belum aku kuasai. Belum lagi stress hebat yang beberapa waktu aku rasakan, mungkin akan menjadi kenangan manis untuk suatu saat aku kenang. Aku tidak akan menceritakan itu di sini. Cukup Allah yang mendengarku. Itulah, tidak ada yang sepenuhnya manis dalam hidup. Pasti ada getir yang dirasakan. Tak semua menyenangkan, namun harus ditelan.<br />
<br />
Aku menikmatinya, apapun itu. Aku hanya berusaha menghadapinya dengan shalat dan sabar. Kadang menangis sendirian juga sudah cukup melegakan. Aku lebih menghargai senyuman babe dan mami yang merestui apa yang aku kerjakan sekarang. Meski di samping itu masih banyak permasalahan yang harus aku bereskan, semoga dapat terselesaikan satu-persatu.<br />
<br />
<br />
Saatnya menikmati asam garam kehidupan. Bersikap dewasa dan bertanggungjawab terhadap apapun resiko atas keputusan yang diambil. Hidupmu, tidak akan pernah digantikan orang lain. Kamulah yang harus menghadapinya. Selama nyawa masih ada, saat itulah perhitungan amal tetap berjalan. Jangan buat hidupmu sia-sia dengan rasa benci, karena belum tentu orang yang kau benci memikirkanmu. Bahagiakan hidupmu dengan berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya.<br />
<br />
Terakhir, terus terang aku sedang berada dalam usia kritis. Usaha menemukan jodoh yang tepat masih berjalan, ada secercah harapan di depan sana. Tak sepenuhnya berharap, namun tetap berusaha, berdoa, istikharah, memohon petunjuk dari Allah. Kalau benar jodoh, moga Allah bimbing kami untuk sampai pada pertemuan selanjutnya. Siapapun yang membaca tulisan ini, mohon doakan semoga dilancarkan... Saya doakan pula segala urusan kalian berjalan lancar. Aamiin.<br />
<br />
<i>"Nak, bekerjalah dengan ikhlas, yang telaten. Kalau kerja jangan mikir 'bayaran' dulu, ada Allah yang mengatur rezekimu. Minta sama Allah..."(pesan ayahku)</i><br />
<i><br /></i>
Begitulah, maka niatkan selalu kerja sebagai ibadah agar semua yang kita lakukan bernilai ibadah di sisi-Nya. Aamiin. Bisa jadi pemberat amal untuk meraih syurga yang Ia janjikan. I<i>nsyaAllah, Bismillah, biidznillah...</i><br />
<br />
Tidak ada sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Bisa jadi itulah jawaban dari doa-doamu, maka saat Allah telah mengijinkan maka terjadilah. Tugasmu hanyalah berusaha menjalaninya dengan sebaik-baiknya, dengan kerja keras dan tetap rendah hati. Singkirkan hal negatif yang dapat membuatmu merasa <i>down.</i> Ingatlah, ada Allah yang Maha Mengatur Hidupmu.<br />
<br />
Babe, Mami, doakan selalu anakmu ya. Aku ingin hidup bahagia, dan bisa membahagiakan kalian. Doakan perjodohanku berjalan lancar. Semoga awal tahun depan aku sudah menjadi istri untuk suami yang Allah pilihkan untukku serta calon ibu yang melahirkan cucu-cucu kalian... doakan.. doakan. :)<br />
<br />
Ponorogo, 18 Februari 2015 00:26<br />
<br />
Khalila Indriana<br />
<br />
<b>P.S. Pengalaman seru selama awal di P2B akan aku ceritakan di tulisan berikutnya...</b>khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-13834196302353912262015-02-05T10:27:00.003-08:002015-02-05T10:27:59.693-08:00Inilah Alasan Saya BerhentiJenuh;<br />(adj) adalah keadaan di mana kamu harus <i>move on</i> tapi kamu kebanyakan ngeluh serta larut dalam kesengsaraan yang kamu bikin sendiri.<br /><br />#bukankamus<br /><br />Jika
dihitung skala 1 hingga 10, berapa kali kamu merasa jenuh dalam satu
hari atau dalam satu minggu? Menjalani rutinitas memang terkadang
membuat kita merasa jenuh. Jenuh bikin kita gak konsen, malas, dan
gampang bosan pada hal yang sedang kita jalani. Padahal banyak hal lain
yang dapat kita lakukan untuk mengatasi kejenuhan tsb. Menulis,
misalnya. Lho, emang tulisan ini ditulis karena saya lagi jenuh? Enggak
juga. hehehe.<br /><br />*saya insomnia makanya betah nulis meski sampe larut malam, catet.<br /><br />Tentang
jenuh, jadi inget dengan banyaknya pertanyaan yang masuk pada saya
akhir-akhir ini. Tentang bisnis craft yang selama lima tahun terakhir
saya geluti. Apakah saya masih bertahan pada bisnis ini? Atau saya sudah
jenuh?<br /><br />FYI, selama hampir 4 bulan terakhir, jujur saya sudah <i>off </i>dari
dunia craft alias bikin pernak-pernik flanel yang dulu menjadi salah
satu ladang mencari nafkah yang paling utama buat saya. Dibilang
menghasilkan, pasti iya. Hellow.. Emang duit dari mana saya bisa kuliah
sampe tamat sarjana ekonomi? Nah, itung-itung kalau punya gelar SE...
minimal nih ya, saya ada pengalaman. Gini-gini saya dah pernah bergelut
di dunia bisnis yang riil... (meski kenyataannya saya sudah menjalankan
bisnis ini sebelum saya masuk kuliah, hehehe *tuing2*).<br /><br />Intinya
sih, saya cuma mau bilang.. saya tetap merasa beruntung dapat
menjalankan bisnis saya di bidang craft ini selama bertahun-tahun dengan
segala jatuh bangun dan pengalaman yang saya dapat. Obrolan singkat
dengan ibu saya kemari sore menjelang maghrib, bikin saya mikir.<br /><br />
<blockquote>
Saya:
Bentar lagi, itu mau saya bersihkan (nunjuk tempat benda-benda craft,
bahan dan peralatan yang mulai berdebu). Kalau bisnis craft itu, bisa
saya jalankan nanti-nanti (lagi). Kan itu keterampilan, jadi kapan aja
punya waktu bisa dipegang lagi...<br /><br />Ibu: Iya, gak papa. Sekarang ya
dijalani aja, mana yang bisa jadi jalan rezekimu lah... (beliau tau,
sekarang saya memang fokus jadi penulis online). Pokoknya yang itu
(craft, maksudnya) jangan sampai kamu lepas. 'Gitu-gitu' yang bisa
menjadikan kamu seperti sekarang ini.. Dulu buk e jualan peyek, bisa
ngidupin kamu, sekarang dah segede-gede ini... (tertawa lepas liat anak
gadisnya dah pada gede-gede, cakep lagi *astaghfirullah *hehehe)<br /><br />Saya: *nyengir* iya juga ya buk...</blockquote>
<br />(iyalah, emang cuman 'gitu-gitu' doang bisnis saya. Bikin-bikin produk, jual, dapet duit. hehehe...)<br /><br />Saya
senang berbisnis. Banget malah. Saya berhenti sejenak dari bisnis craft
telah yang saya tekuni selama ini, bukan karena saya jenuh. Saya hanya
berfikir bahwa dalam hidup ini harus ada perubahan yang terjadi. Sekecil
apapun perubahnnya. Dan terkadang untuk menjalani sesuatu yang baru,
waktu kita benar-benar tersita untuk hal tersebut. Belajar hal-hal baru,
belajar konsisten, belajar tekun, serta belajar menerima konsekuensi
dari setiap pilihan yang diambil. Pahit-manis harus dirasakan.<br /><br />Temans,
pilihan hidup itu harus diambil dan benar-benar harus serius kita
jalankan. No galau, no setengah-setengah. Kalau pilihan kita bener,
kenapa harus galau? Kalau pilihan kita gak bener, kenapa musti dipilih?
Hehe. Ingat, setiap diri adalah pemimpin. Kita adalah pemimpin bagi diri
kita sendiri. Dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya.
Saya hanya ingin belajar memilih jalan hidup saya sendiri. Entah orang
lain setuju atau tidak, toh tetap diri kita yang menjalani.<br /><br />Banyak
yang menyayangkan, kenapa gak diterusin.. kan sayang bisnisnya.. kan
sayang pelanggannya.. dan kan sayang.. kan sayang yang lain. Saya juga
sayang kalian, tapi saya lebih sayang hidup saya. Hehehe... Saya
terimakasih banyak buat yang sudah perhatian banget sama saya. Namun,
tentunya saya punya pemikiran tersendiri dalam bertindak. Tidak semua
yang baik dimata orang lain, baik untuk saya. Tidak semua yang saya
anggap baik, baik di mata Allah.<br /><br />Saya hanya ikuti jalan yang Allah berilkan.<i> Ihdinash-shiraatha-l-mustaqiim</i>.
Setiap hari kita sama-sama berdoa agar ditunjuki jalan yang lurus.
Tinggal ikhtiar kita untuk memilih dan menempuh jalanterbaik yang Allah
berikan. Allah lah yang membimbing hati kita untuk menuju ke jalan-Nya.<br /><br />Saya
justru lagi panas-panas nya, ngebul-ngebulnya untuk belajar hal-hal
baru.Berusaha menekuni yang (saya anggap) menjadi passion saya selama
ini. Saya akui, saya ini masih bodoh dan jauh tertingal. Tapi
Alhamdulillah, sejauh ini Allah turunkan nikmat dan rezekinya lewat
jalan yang saya pilih. Saya tetap enjoy dengan pekerjaan yang saya
jalani, hidup saya juga gak risau lagi.<br /><br />Mungkin, yang masih
menjadi PR besar saya adalah menyelesaikan semua tanggungan yang belum
saya selesaikan dan lunasi (mohon yang masih ada sangkutan sama saya
bersabar. Saya sedang berusaha menyelesaikan satu-satu, tinggal tunggu
giliran ya. Saya selalu ingat, kok. InsyaAllah saya menjaga kepercayaan
yang kalian berikan. Doakan saya, ya...)<br /><br />Dan tulisan ini sudah terlalu panjang, maka saya akhiri sekian.<br /><br />Saya doakan, teman-teman yang akhir-akhir ini sering merasa jenuh dengan pekerjaannya, segera <i>move on.</i><br />Yang sedang merintis bisnisnya, dilancarkan selalu oleh Allah.<br />Yang sedang skripsi, segera rampung dan wisuda.<br />Yang sedang puyeng cari kerja, semoga segera dapat pekerjaan yang baik.<br />Yang sedang galau jodoh... semoga Allah pertemukan dengan jodoh pilihan Allah. Aamiin..<br />Yang sedang usaha lunasin utang, semoga Allah beri jalan untuk membayar utangnya.. Aamiin...<br />Aamiin, aamiin ya rabbal 'alamin.<br /><br />Ponorogo, 6 Februari 2014<br /><br />Doakan saya ya, saya diberi ngantuk. Segera sembuh insomnianya. Hehehe... *abaikan*<br />khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-2166326369983641402015-02-02T10:01:00.000-08:002015-02-02T10:01:32.855-08:00Saat Allah (ingin) Mengajakmu BicaraPengalaman ini saya dapatkan saat mengikuti acara di Surabaya,
beberapa waktu yang lalu. Acara yang menurut saya cukup penting karena
di situ banyak sekali hal baru, ilmu, pelajaran, orang-orang hebat serta
pengalaman yang belum tentu didapatkan oleh setiap orang. Saya tak
hentinya bersyukur karena diizinkan untuk hadir di tengah-tengah mereka.<br />
<br />
Saya
pun mulai sadar, apa yang saya dapatkan saat itu adalah buah dari
kesabaran, ketelatenan, serta konsistensi dari pilihan hidup yang saya
jalani. Jujur, fokus hidup saya saat ini ada pada 3 hal saja: Islam,
menulis dan bisnis. Tiga hal yang saya yakini suatu saat akan membawa
saya pada titik kesuksesan.<br />
<br />
Dan ternyata, merawat
impian sederhana sekalipun harus tetap diperjuangkan. Mungkin, langkah
untuk mencapainya adalah dengan cara yang tidak sederhana. Bahkan saya
sendiri belum memahami cara kerja Allah yang sangat rumit sehingga dapat
mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di luar sana yang satu
pemikiran dan tujuan. Bertemu dengan orang-orang yang dapat mendukung
saya untuk mencapai impian. Apa yang mungkin mustahil bagi orang lain,
ternyata mudah saja jika Allah memang menghendaki.<br />
<br />
Tentang
Islam, menulis dan bisnis. Ada salah seorang jurnalis wanita (semoga
Allah senantiasa merahmatinya dengan ilmu yang bermanfaat bagi umat),
berpesan kepada saya. Hal ini beliau ungkapkan setelah perbincangan
panjang malam itu di penginapan. Tentang siapa saya, apa latar belakang pendidikan saya, minat, motivasi, dan kegiatan yang selama ini saya jalani.<br />
<br />
"Kamu
sudah punya modal. Dengan latar belakang ilmu yang kamu miliki, gunakan
cara pandang yang islami. Manfaatkan bekal kemampuan menulis serta
pengalaman berbisnis yang pernah kamu jalani. Saya yakin, suatu saat
kamu akan berhasil menuliskan hal paling sederhana tentang berbisnis
yang mungkin terlupakan oleh orang lain. Tulislah mulai sekarang, buat
jurnal, catatan-catatan kecil, dan semacamnya. Saya yakin, di masa depan
kamu akan menuai hasilnya."<br />
<br />
Saya pun mulai merenung.
Seberapa banyak saya mendengar hal seperti ini dari orang-orang di
sekitar saya? Jarang! Jurnalis wanita yang saya kenal selama dua hari
ini mampu memberikan saya pencerahan dengan kalimat yang paling
sederhana yang ia sampaikan. Saya tidak pernah mengenal beliau
sebelumnya, dan dia juga tidak mengenal siapa saya. Saya melupakan hal
yang paling dasar, tulislah apa yang paling dekat denganmu, apa yang
paling kamu pahami, dan yang paling menarik minatmu. Di situ saya sadar,
cara Allah membimbing hambanya dengan mempertemukan saya dengan orang
yang bisa saya dengarkan saran darinya. Saya percaya wanita itu sudah
digariskan pertemuannya dengan saya. Karena saya yakin, di dunia ini
tidak ada yang kebetulan. Ada zat yang Mahamengatur. Ada hal yang
terjadi diluar kendali kita sendiri. Sekali waktu, Allah ingin mengajak kita berbicara lewat seseorang. Maka, dengarkanlah.<br />
<br />
Saya
diingatkan kembali tentang apa yang harus saya lakukan. Saya harus
tetap konsisten dengan pilihan hidup yang telah saya pilih. Saya tidak
boleh gampang lelah, menyerah, dan kalah hanya karena impian saya belum
terwujud saat ini. Saya harus tetap yakin, batas kesuksesan dan
kegagalan adalah saat kita memutuskan untuk berhenti memperjuangkan
impian kita. Itu saja.<br />
<br />
Dari situ saya semakin mantap
untuk lebih giat memperjuangkan semua impian yang saya miliki. Apakah
saya akan berhasil? Saya tidak akan pernah tahu jika saya tidak
mencobanya.<br />
<br />
Terima kasih ya Allah, atas pengalaman
berharga bertemu seorang yang masih mampu mengingatkan saya untuk tidak
mudah melupakan impian besar yang saya miliki. Untuk tidak gampang
menyerah jika lelah menghampiri. Tidak gampang berpaling jika bosan
mulai menyelinap di relung hati.<br />
<br />
Ada misi besar yang
harus dituntaskan sebelum ajal menjemput. Ada senyum kebahagiaan yang
harus diterbitkan dari wajah orang-orang tersayang. Ada masa depan yang
harus saya raih, dan syurga yang dijanjikan. Semua harus diperjuangkan
di sini, di dunia ini. Mulai sekarang, bukan nanti.<br />
<br />
Ponorogo, 3 Februari 2015<br />
<br />
Mungkin kamu tidak bodoh, tapi kamu tetap manusia. Dan manusia bisa saja lupa. Menulislah.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-54797670613599401362014-12-10T10:06:00.001-08:002014-12-10T10:06:11.948-08:00Mencuci Kenangan dengan Benar<blockquote class="tr_bq">
"Saya yakin, setiap orang punya hak untuk mengerti cara mencuci kenangan dengan benar..."<br />
-bukan iklan unilever</blockquote>
<br />
Hehehe. Kata-kata di atas cukup ngetren akhir2 ini, baca aja kayak di iklan cuci-tangannya unilever. Cuman diplesetin dikit.<br />
<br />
Banyak kenangan yang ingin saya 'cuci' dari otak saya, entah itu kenangan buruk, mimpi yang tak tercapai (karena momennya dah terlewat), rasa kecewa yang mendalam, dan sebagainya. Saya ingin menghilangan hal-hal negatif yang ada di pikiran saya. Termasuk kenangan masa lalu yang menyakitkan. Saya pernah bilang ke sosial media, saya mungkin sudah memaafkan orang-orang yang pernah membully saya sewaktu kelas empat SD, namun saya mungkin tidak akan bisa melupakannya.<br />
<br />
Bagaimana? Padahal itu kenangan yang buruk, lebih buruk dari masa sulit saya yang kelaparan saat masih kecil. Lebih buruk dari kenangan bentakan-bentakan yang terucap di rumah saat saya masih belia. Semua kenangan buruk yang pernah terjadi dalam hidup saya, jujur saya ingin berdamai dengan itu semua.<br />
<br />
Saya hanya ingin menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya. Masa-masa yang mungkin takkan terulang lagi di masa depan, karena saya yakin akan janji Allah. Saya percaya segala harapan, impian dan doa saya suatu saat akan terwujud. Menjalani kehidupan impian saya. Saya hanya ingin fokus dengan segala hal baik yang dapat saya lakukan. Untuk meraih impian masa depan yang saya inginkan. Namun, saya selalu kembalikan semuanya pada Allah Yang Mahamenggenggam Segala Urusan. Saya lebih banyak berpasrah diri dan yakin akan takdir terbaik darinya.<br />
<br />
Hidup, Jodoh, Rezeki, Mati, semua Allah yang atur. Tinggal kita ikhtiar, ikhtiar, bersyukur dan berdoa untuk meraih predikat terbaik di sisiNya.<br />
<br />
Mungkin, beberapa saat yang lalu, saya masih menjadi manusia egois. Manusia yang hanya ingin enaknya aja, tanpa mau berusaha melaksanakan segala yang diperintahkanNya. Namun beruntung, saya segera sadar, <b>tidak ada pencapaian tanpa perjuangan.</b> Termasuk perjuangan untuk melupakan kenangan buruk dalam memori saya. Penerimaan, memaafkan, menatap masa depan.<br />
<br />
Allah, bantu aku menjadi pribadi yang lebih baik. Jadikanlah segala langkahku sebagai catatan amal baik di sisiMu. Allah, hanya padaMu kuserahkan hidup dan matiku. Engkau yang Mahamendengar segala doa hambamu....<br />
<br />
Dini hari, 11 Desember 2014<br />
Menjadi pribadi yang lebih berkualitas, pasti bisa.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-91868257955384912272014-12-07T17:59:00.000-08:002014-12-07T18:01:32.978-08:00Menabung Karya, Menabung Pahala<i>"Impian terdekat saya 2 tahun kedepan adalah menulis 10 judul buku, baik
diterbitkan penerbit major, indie, maupun selfpublishing. Lalu bergerak
menjadi writerpreneur. Doakan ya!"</i><br />
-khalila indriana<br />
<br />
Sebentar, saya gak lagi mau nyombong atau apa ya. Kayaknya songong banget mau nulis buku sebanyak itu dalam waktu dua tahun!<br />
<br />
Ini bukan perkara sombong bin pongah bin sok, tapi pengen aja punya impian di akhir 2014 ini. Saya gak tahu ini bakal terealisasi atau enggak. Itu hanya sekedar reminder buat diri sendiri. Setidaknya ada impian yang ingin saya kejar.<br />
<br />
Menulis buku bukan perkara nantinya bikin saya tenar atau enggak, tapi lebih pada tanggung jawab saya sebagai pembelajar yang harusnya tidak pelit berbagi ilmu sesedikit apapun yang saya miliki. Saya tidak boleh jadi orang yang egois, yang hanya memndam ilmu dan berhenti manfaatnya hanya pada diri saya sendiri.<br />
<br />
Suatu sore saya berjalan-jalan di toko buku bersama saudari kembar saya. Tercetuslah ide untuk menjadikan buku sebagai investasi di masa depan, bahkan investasi di akhirat. Menabung karya (buku) dan menabung pahala, istilahnya. Setelah menulis dua buku (satu buku motivasi dan satu buku antologi), saya memiliki keyakinan inilah jalan yang Allah berikan kepada saya untuk berkarya.<br />
<br />
Saya bertemu dengan dua sahabat saya, mbak Indar (owner Unique Boutique) dan mas Imam (owner Diamond). Keduanya mengatakan hal yang intinya sama, "Tekuni saja jika itu memang yang kamu bisa. Pasti suatu saat akan menghasilkan". Intinya seperti itu. Harus memanfaatkan kemampuan yang ada untuk meraih kesuksesan. Tidak usah lagi mencari-cari yang tidak ada, itu namanya mengada-ada!<br />
<br />
Saya semakin yakin dan mantap memilih jalan ini. Menulis, selain jalan untuk berbagi ilmu, insyaAllah sebagai ladang penghasilan (passive income) bagi saya di masa mendatang. Semoga nantinya akan ada hasil yang bisa saya raih di jalan ini. Doakan ya!<br />
<br />
P.S.: Per tanggal 1 Desember 2014 saya resmi menjadi freelancer, penulis konten jurnalistik di Fimadani (<a href="http://newa.fimadani.com/">news.fimadani.com</a>). Alhamdulillah, doa saya tentang 'bekerja bisa di mana saja termasuk di rumah sekalipun tetap dapat menghasilkan' akhirnya terjawab. Doakan (lagi) ya, bisa konsisten di media ini. Gak jauh-jauh dari menulis, bedanya sekarang dituntut lebih professional lagi.<br />
<br />
Penasaran gimana ceritanya bisa gabung dengan Fimadani? Sengkapnya akan saya ceritakan di postingan selanjutnya.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-82782255328073106822014-11-16T05:48:00.000-08:002014-11-16T05:48:12.303-08:00Learning by DoingFlashback.<br />
Tau gak sih, dulu saya itu pendiam sekali. Pendiam, kalau bicara suaranya kecil, sampai-sampai ada yang pernah bilang harus majuin telinganya dulu baru bisa dengerin suara saya. Ya, begitulah saya. Pendiam dalam arti sebenarnya, bukan cuma pendiam saat tidur seperti pendapat kebanyakan orang. Jangankan bicara di depan umum, bicara pada diri sendiri saja aku sulit #eh.<br />
<br />
Tak pernah membayangkan jika suatu hari saya harus berdiri di hadapan audience yang lumayan banyak (ehm). Paling banter harus presentasi tugas saat sekolah atau kuliah di depan teman-teman sekelas yang cuman 6 gelintir plus dosen itu. Apalagi dulu lumayan aktif di kegiatan OSIS dan ROHIS, tapi pemain belakang panggung alias gak tampil-tampil. Bahkan pernah ditegur secara langsung sama ketua osisnya saat itu (yang kebetulan juga cewek), "Mbok ya kalau ngomong itu suaranya dikerasin dikit." Ah, ya sudahlah. Saya memang pendiam kala itu, saya akui.<br />
<br />
Tapi, belakangan keterampilan public speaking ini, menjadi keterampilan yang gak bisa saya tawar lagi untuk saya kuasai. Saya sempet mikir, bisa gak yaa... berani gak ya... Jawabannya: Harus bisa, harus berani!<br />
<br />
Cerita dikit ya,<br />
Sabtu, dapat undangan dari adik-adik ROHIS SMADA, almamater saya dulu. Diminta buat mengisi acara bedah buku (walau pada akhirnya saya lebih enjoy menyebutnya sharing kepenulisan) bareng Indriani Taslim dan Amah Hida Cakep.<br />
<br />
Ahad, dapat undangan dari teman-teman KSEI SCORE U untuk mengisi materi Pengenalan FoSSEI dan KSEI SCORE U pada Diklat Ekonomi Islam (DEI). Masih bareng Indriani Taslim dan Fery Setiawan.<br />
<br />
Bener kata Mbak Hida, penguasaan keterampilan public speaking hanya masalah jam terbang. Semakin banyak kita melakukan, semakin banyak pengalaman. Setiap kali kita melakukan, ada hal yang bisa kita pelajari, kita jadikan bahan evaluasi. Learning by doing. Belajar sambil melakukan, karena apa? Pengalaman adalah guru yang terbaik bukan? Seperti menulis gitu deh, butuh 1000 kata perhari kalau mau tulisan kita makin baik dari hari ke hari. Sama seperti menulis, public speaking is a skill.<br />
<br />
Siapa sangka, anak yang dulu selalu malu kalau harus tampil di depan umum. Anak yang selalu grogi kalau diajak ngomong orang yang dianggapnya lebih keren, lebih pinter, lebih oke. Anak yang selalu meminta mulut orang lain sebagai perpanjangan mulut untuk menyuarakan pendapatnya. Anak yang suka tidak pede karena bicaranya tidak jelas di telinga orang lain. Anak yang tidak punya taji/keberanian karena merasa kurang dalam segala hal alias kelebihan.<br />
<br />
Kini, anak itu harus memberanikan diri untuk memegang mic, menatap ke depan dengan dagu terangkat, menyapukan pandangan ke puluhan bahkan ratusan audience yang ada di depannya. Mengerahkan segala kemampuannya, ilmu yang dikuasainya, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang di luar perkiraannya. Anak yang suaranya nyaris didengarkan semua orang yang hadir. Mendengarkan. Menyimak. Ingin tahu.<br />
<br />
Sungguh, ini tak terbayangkan oleh anak itu. Saya, saya yang dulunya bukan siapa-siapa. Bukan orang yang perlu diperhatikan ataupun kata-katanya didengar. Saya yang sedang belajar dengan cara saya sendiri. Saya yang tidak tahu sampai kapan Allah mengijinkan saya berkesempatan belajar dengan cara melakukan seperti saat ini. Saya bukan siapa-siapa, saya hanya orang yang sedang belajar berbagi dengan orang lain dengan cara saya sendiri.<br />
<br />
Selama kesempatan itu masih ada, saya akan berusaha. Teringat pesan Ustad Felix dalam ceramahnya,<br />
<blockquote class="tr_bq">
"Umar bin Khattab ra. pernah menyampaikan pesan untuk kita:<br />
Maksiat itu, mudah dan tidak lelah ketika melakukan. Tapi, nikmatnya
sementara dan dosanya tetap. Berbuat baik itu, memang melelahkan. Tapi,
lelahnya hanya sementara dan pahalanya tetap. Paling lelahnya cuman
sampai kematian datang.<br />
Jadi, jangan gadaikan kenikmatan yang
sementara itu dengan sesuatu keburukan yang kekal. Namun, tukarlah lelah
yang sementara untuk berbuat kebaikan di dunia dengan suatu kenikmatan
yang kekal di akhirat yaitu syurga."</blockquote>
<br />
Terimakasih ya Alloh atas segala kesempatan ini. Seperti menemukan oase, dalam kegersangan mencari jati diri. Mungkin benar, waktu tak menunggu kita sempurna untuk berbuat kebaikan, sekecil apapun. Waktu memberi kita kesempatan untuk berbuat baik yang suatu saat membuat kita mendekati kesempurnaan. Menggapai cita-cita tertinggi kita di dunia, khusnul khatimah.<br />
<br />
Semoga, semoga, semoga Allah kabulkan segala cita-cita. Terimakasih kepercayaannya.<br />
<br />
P.S. : Makasih... browniesnya manis, semanis kenanganku tentang pengalaman ini. :)khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-19784497009014841772014-11-14T10:52:00.000-08:002014-11-14T10:52:18.071-08:00Menjalani HidupAda salah seorang temanku mengupdate statusnya, pasca kelulusan.<br />
<br />
<i>Pertanyaan 'menyebalkan' setelah "kapan wisuda?" adalah apalagi kalau bukan masalah itu.</i><br />
<br />
Maksudnya, apalagi kalau bukan pertanyaan kapan nikah? Haha, ada terbersit kegetiran ketika mendengar kata-kata temanku tersebut. Mungkin saja benar, bukan hanya dia yang mendapat pertanyaan itu. Aku contohnya. Kalau boleh dibilang, pertanyaan itu bisa saja bermaksud mendoakan yang ditanya. Iya, boleh jadi maksud hatinya begitu. Kita sih amin-amin aja ya kalau ada yang doain, siapa tahu memang besok jodoh kita nongol. Yah, siapa tahu bukan tempe.:D<br />
<br />
Daripada kita bahas itu, aku mau cerita ah... kegiatanku pasca diwisuda bulan oktober lalu.<br />
<br />
<i>Seru!</i><br />
<br />
Mungkin itu satu kata yang bisa menggambarkan hari-hariku saat ini. Meski itu penilaianku dari kacamata positifnya saja. Kalau aku pake buat ngeluh, satu halaman folio juga ayok-ayok aja aku nulisnya. Tapi, aku gak pengen membebani kalian yang kebetulan nyasar di blog-ku ini untuk mendengarkan curhatan sampah, omong kosong, tulisan galau dan keluhanku yang gak jelas... aku pengen share yang positif-positif aja deh. Apa aja sih kegiatanku saat ini? kalau mau tau, lanjutin aja bacanya sampe akhir..<br />
<br />
<br />
<br />
<h3>
Menulis</h3>
Menulis apa? Aku banyak nulis status, tweet, dan artikel blog. Nulis status fesbuk buat enjoy2an aja. Kadang curhat, kadang juga posting yang berat. Kadang sharing dari newsfeed yang oke aja. Suka-suka gue lah.. yang penting sekarang frekuensi OOT di statusku mulai berkurang. Ih, malu juga kali kalo keseringan ngelantur di status. Bukannya pencitraan, tapi kesadaran diri. Pengendalian diri. Begitulah. Lagian, mulai berpikir... kata-kata adalah doa. Ada benarnya juga itu, suer. Penting-gak penting sih.. buat ngilangin jenuh aja mainan fesbuk.<br />
<br />
Kalau soal nulis tweet itu lain lagi ceritanya. Ceritanya tweet2ku itu berbayar. Jadi salah satu admin dari produsen Hijab Syar'i punya teman. Awalnya sih pengen bantuin aja. Murni itu lah... tapi karena sana pengennya juga dikelola secara professional, akhirnya ada fee untuk tiap bulannya yang masuk rekening.<br />
<br />
Curcol dikit nih, tapi aku kok jadi berasa kurang sreg ya lama kelamaan. Bukan,,, bukan karena malas ngetwit atau gak cocok kerjaannya. Tapi kenapa ya, ketika dibayar dengan duit kontan itu justru membuatku jadi beban. Beban mental. Psikologis-ku rada terganggu. Aku jadi ngerjain itu dengan berat hati, gak enjoy karena ngerasa punya tanggungan/tanggung jawab karena dibayar. Masalah ini pengen aku diskusikan dengan temanku itu. Tapi, aku pikir-pikir dulu lah... apa benar karena itu aku jadi kehilangan spirit dan inspirasi buat menghandle akun itu? Aku akan coba beberapa waktu lagi. Semoga bisa kembali merasakan enjoy itu. Atau mungkin temenku itu baca ini? Jadi setidaknya tau kendalaku. Eh, jadi curcol kepanjangan. Balik lagi ke pembahasan.<br />
<br />
Ketiga nulis artikel blog nih. Seru sih, aku sama temen2ku di shadowriter sering dapat orderan nulis artikel buat konten web. Harapannya sih kedepan bisa jadi penyedia jasa penggarapan artikel rewrite professional. Lumayan deh hasilnya, buat jajan bakso sama es teller. Kerjanya juga nyantai (dikeplak). kadang juga lembur kayak gini ngerjainnya. Namanya ja freelance, kalo ada order kita kerja, kalo enggak paling nulis aja di blog shadowriters.<br />
<br />
Sama... apa lagi ya.. aku mau nulis naskah kedua untuk bukuku. Juga ngerjain buku sejarah universitas pesanan rektorku. Doain ya semua... biar lancar segala urusan. Jujur nih, lagi butuh support gadget baru biar makin produktif. Soalnya laptop di rumah cuman satu dan ini laptop umat. Mbak mulai dapat orderan edit foto dikerjain di rumah, kembaran juga kerjaannya sama kayak aku, nulis. Kan mulai repot bagi waktunya. Yah, semua ada waktunya. Waktunya butuh, masa sih Alloh bakal ngebiarin hambanya susah terus. Makanya bantu doa dong, yang baca ini... bantu modalin juga ayok. Hehehe...<br />
<br />
<h3>
Membaca</h3>
Membaca perlu aku jadiin sub bahasan sendiri nih. Why oh why... karena aku lagi demen banget baca buku, pinjam buku dan beli buku. Pemangsa buku. Pelahap buku. Book Eaters! Haha... Kayaknya selama kuliah juga pengen banget dapet momen-momen kayak gini. Setiap hari dikelilingin buku-buku, di mana-mana ada buku, baca kapanpun di manapun ada buku dalam genggaman. Asik banget deh. Aku juga pengen kegiatan ini bakal menunjang pekerjaanku: menulis. Nanti pastilah ada saatnya bakal bersyukur bisa baca banyak hal. Pengen juga segera punya rak buku di rumah. Buku-buku berkeliaran, butuh ruang. Oh ya, aku juga lagi rajin baca artikelnya Jamil Azzaini. Artikel yang singkat, tapi menggugah.<br />
<br />
<h3>
Jadi Penyiar Radio Streaming</h3>
Hellowwww..... pernah bayangin gak sih, aku yang pendiem dan gak pinter-pinter amat ngomong bisa gabung di Team Radio GoPesantren, on air siaran seminggu dua kali, di rumah aja, cuman modal laptop, internet sama headset doang? Alhamdulillah, diijinkan Allah untuk berbagi ilmu dengan cara apa saja. Aku bawain program yang gak jauh-jauh amat dari passionku, menulis. Nama programnya Menulis Dengan Hati (MDH). Jadwalnya setiap Selasa dan Kamis jam 15.00-17.00 WIB.<br />
<br />
Alhamdulillah deh, sambutan di team besutan kak Elvan Syaputra ini lumayan ramah & asik. Semoga istiqomah, itu aja sih doanya...<br />
<br />
<h3>
Ikut Komunitas</h3>
Pas ada acara Festival Ponorogo Sejuta Buku 2014 kemarin di Gd. Appolo itu, ada launching Komunitas Literasi Indonesia Ponorogo (KLIP) yang aku gagas bareng ichon, mbak Hida dan Mbak Ruwi. Alhamdulillah, lumayan jalan aktivitas komunitas baru ini, offline maupun online. Mungkin lain waktu aku tulis detailnya... (soalnya panjang ceritanya, hehehe).<br />
<br />
Kedua, masih sama mbak Hida... kayaknya bakal aktif juga di CAKEP (Citarasa Kebaikan Pelajar) bareng Cakepers Ponorogo, komunitasnya anak-anak muda SMP dan SMA. Ih, berasa muda kembali deh... hehehe.. Kemarin, ada acara bareng pas memperingati hari pahlawan. Berbagi manisnya kebaikan dengan bagi-bagi lolipop sebagai simbolis manisnya kebaikan itu. Seru deh!<br />
<br />
Yang jelas aku seneng, meski dah gak status mahasiswa lagi. masih bisa aktif di kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Bahagianya tuh di sini (nunjuk dada).<br />
<br />
<h3>
Jalan-Jalan</h3>
Ngomongin jalan-jalan, aku lebih sering jalan-jalan ke toko buku kayaknya. Kadang beli buku, kadang enggak. Hehehe... gak masalah. Bagiku dan ichon, toko buku itu syurga dunia kawan! Kalaupun mau jalan-jalan ke mal atau tempat makan, ehm.. duitnya gak ada bo'! Paling pol kuat bayarin parkir sama bensin doang. hehehe...<br />
<br />
Akhirnya...<br />
Itu dia secuplik kisahku pasca kelulusan. Belum ada pandangan mau kerja apa setelah ini.. aku harap sih, ada lowongan kerja yang cocok dan bisa aku apply. Aamiin.. Semoga...<br />
<br />
Btw, rumahku direnov bagian depannya.. pintu dan jendela kaca udah berubah. Pintu dipasang di tengah dengan jendela kecil di kanan kirinya. Okelah, oke banget malah, untuk sebuah perubahan kecil setelah 18 tahun rumah ini berdiri. Alhamdulillah ya Allah... :)<br />
<br />
Besok siang jam 13.30 WIB ngisi bedah buku di SMADA. Aku prefer nyebutnya sharing kepenulisan deh. Diundang adek-adek dari ROHIS SMADA... Alhamdulillah, cita-citaku kesampaian. Balik ke SMADA dengan karya, kira-kira begitu nazarku kemarin. Alhamdulillah ada peluang berbagi ilmu lewat bukuku yang bakal diulas besok. Doanya, semoga acara lancar.<br />
<br />
Oh ya, Ahad jam 13.00 WIB, lanjut ke kampus ngisi acara diklat KSEI SCORE U. Pengenalan FOSSEI dan KSEI ke temen2 pejuang ekis di UMP. Sama ichon dan moderatornya mas Fery. Semoga lancar juga.. harus persiapin materi nih. Bismillah ya Allah..<br />
<br />
Udah ya, tanganku capek. Masih harus nulis artikel biologi buat dikirim sama nulis notulensi rapat team GoPesantren tadi malam. Hwaaaa,,,,,, Bismillah deh, moga masih kuat. Tapi, gak berasa terlalu ngantuk setelah nulis sepanjang ini. Kata empuz, 1000 words is the key! Aku sih sebenernya ngikutin saran postingan FLP Mesir kemaren. Nulis, meskipun itu nge-crap alias nyampah di blog, yang penting nulis. Btw, udah berapa kata ya postingan ku ini? Wow, dah seribu kata lebih! <br />
<br />
Udah ya, bye!<br />
<br />
Khalila Indriana, yang kadang ngerasa bersyukur punya insomnia. Selamat menjalani hidup!khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-49099681663488110102014-11-13T09:02:00.001-08:002014-11-13T09:02:14.572-08:00Writers BlockMalem ini, iseng-iseng buka chat yang udah lama banget... sama
seorang temen yang sekarang kuliah di luar negeri. Awal cerita, dulu
sebelum dia ke kuliah di LN, saya pernah dikasih sebuah majalah kampus
yang di situ ada tulisan dia. Setelah aku baca-baca lagi isi chat ini...
kayaknya permasalahan writers block masih menjadi topik yang hangat di
kalangan penulis. Hehehe.. Kebanyakan penulis bukannya gak bisa nulis,
tapi ada saja kendala yang menjadikannya tidak menulis.<br />
<br />
Ternyata,
di chat ini saya lebih banyak mematahkan pendapat teman saya yang
mengeluh kalau tulisannya bla bla bla. Kalau menulis ya menulis saja.
Ini jadi semacam tamparan keras buat saya sendiri saat saya terkena
writers block, baca ini bikin saya keki. Soalnya kadang-kadang suka gak
pede juga sama tulisan saya sendiri. Haha.<br />
<br />
Buat sharing
dan nambah ilmu aja ya,, sory kalo banyak typo, banyak salah
english-nya. Seingat saya chat ini jg pas malem2, no grammar no tenses.
Tapi inshaAllah masih bisa diikuti obrolannya...<br />
<br />
<blockquote>
K: Do you remember the magazine which published your article, that u ever gave to me?<br />
F: ohh, that’s was a long time ago<br />
hahaha<br />
K: haha, but I still remember ur expression<br />
when u gave it for me<br />
haha<br />
F: how was my face that time?<br />
K: it was so enthusiasm... and u really need a comment from me<br />
haha<br />
F: yeah,i remember that, and when i start to read that article again i fell so silly to write that article, ....<br />
K: it mean you may be will success to write your next articles.. cause.. you can laugh now when u read your written<br />
F:
and now i have so many ideas to write, but i just don't get any mood to
write those ideas, i mean i lost those spirit to write.<br />
K: we need passion<br />
it is important than spirit may be you lost it now<br />
F:
i write every night on my diary, that's for my personal, but for people
i don't think that's a good idea for now, i mean i don't see that's
writing article and being published for my age is necessary for now.<br />
K:
umm,, not bad. I think that's not a problem. put your ideas on a
journal is better than you not write anything. but, I have different
opinion may be<br />
writing is not about how genius you are<br />
F:
you right.its not about how jenious we are. but a big question for me,
why we write?being famous? being known as a writer? or enjoying our
hobby?<br />
K: no, of course as a writer we have a reason why. everyone
life with their opinion.but, we must share your thinking about. So, we
will know, how stupid we're..and the reader is the best teacher, editor,
and they will tell us our mistake...<br />
F: good point.<br />
K: so,could you tell me why you still reading books, a novel or articles right now?<br />
F:
honestly,im not that guy who brings book everywhere and read one book
in a week, i read book for my personal thirsty, i mean when i depressed i
need an enlightenment,when i feel sorrow i browse internet and i read
an article, i read because when i read i got something that i need,<br />
K: you get what you need?<br />
and how about you can give?<br />
F:
not for now, i just looked to my self, and i don't get see anything in
my self, when i read about sincerit and im trying to write it down, i
feel shame, because should i tell people to do this and me my self so
far far away from that idea.<br />
K: owh,better you look around. just a few people get chance to learn atone of the best place like you....<br />
I believe no one can give something if they have nothing<br />
And you have it<br />
F: you right. i live in many differences people and culture, that's really means something for me.<br />
K: we will waiting for your contribution<br />
F: just wait and watch.<br />
<br /></blockquote>
<br />
Pesan
saya buat yang baca ini, apapun yang menjadi kendalamu saat ingin
menulis... yakinlah akan ada manfaat yang bisa kamu dapatkan dari
menulis. Juga manfaat yang dapat kamu berikan bagi pembaca tulisanmu.
Nice lesson.<br /><br />Terimakasih yang dah pernah sharing sama saya
tentang ini. Pelajaran berharga terkadang datang dari orang yang justru
memiliki pemikiran berseberangan dengan kita. Dia akan memancing
pemikiran-pemikiran kita yang terpendam di dasar fikiran.<br /><br />P.S.: Just for share. Semoga ada manfaat yang dapat diambil. :)khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-13405555748199962502014-10-26T12:10:00.000-07:002014-10-26T12:10:01.086-07:00ImpiankuAda rahasia Ilahi yang tak dapat kita jabarkan, apa-mengapa dan bagaimana segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan kita ini. Berjalan begitu kompleks dan terkadang tak kita mengerti. Berjalan begitu saja.<br />
<br />
Suatu hari aku pernah mengalami, berhari-hari memimpikan hal yang sama. Aku tak mengerti, sungguh tak mengerti mengapa mimpi itu terlalu sering muncul dalam malam-malamku. Aku terus memikirkannya, bahkan aku hampir gila memikirkannya. Aku tak tahu mimpi macam apa yang membuatku perlahan meyakini satu hal. Masa itu akan datang, di mana mimpiku perlahan berubah menjadi kenyataan.<br />
<br />
Dan kini kusadari, aku bahkan mulai menyemai impian itu tak hanya sekedar bunga tidur. Aku benar-benar memimpikannya saat aku terjaga. Dan perlahan mimpi itu mendekat, semakin nyata. Aku terus memikirkannya, kali ini aku tidak merasa diriku menggila. Tapi aku hanya butuh kesabaran ekstra untuk meraih impianku itu.<br />
<br />
Aku semakin yakin itu bukan mimpi biasa, ini benar-benar sebuah impian yang menjelma nyata. Karena aku telah menyemainya dalam hati, fikiran bahkan di setiap doaku.<br />
Akankah aku benar meraihnya? Semoga.<br />
<br />
Impianku, semoga menjadi mimpimu juga.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-31501146129102896232014-10-24T07:08:00.000-07:002014-10-24T07:10:47.737-07:00Resolusi 1436 HBarusan ada yang ngucapin selamat tahun baru 1436 Hijriyah, sekaligus ngingetin buat bikin resolusi setahun ke depan... ah, mengingat resolusiku tahun 2014 ini, sudah terlaksana 2 dari 3. Nulis buku sebelum lulus kuliah sudah, wisuda bulan oktober juga sudah. Cuman satu aja yang belum, yaitu nikah. Haha, kayaknya menikah belum bisa juga terlakasana tahun 2014 ini. Yah, meski usia sudah matang untuk ukuran seorang akhwat, urusan jodoh... siapa sih yang bisa nebak? Berdoa sajalah yang terbaik.<br />
<br />
Oke, kembali ke judul di atas. Resolusi tahun 1436 H. Kira-kira, bakal aku tulis apa aja yaa.. resolusiku setahun ke depan? Meski gak terlalu ada bayangan, bismillah deh.. aku coba tulis beberapa. Ya namanya kata-kata kan juga bagian dari doa. Siapa tahu setelah nulis ini jadi punya semangat buat mewujudkannya, dan Allah pun Ridho atasnya. Sambil terus ikhtiar dan kencengin doanya. Yuk, daripada kebanyakan basa ntar jadi basi, lansung aja nulis 100 resolusi buat tahun 1436 Hijriyah ini. Tapi ini random ya, jadi no 1-100 bukan skala prioritas mana dulu yang bisa terealisasi, ya gak masalah. Bismillah:<br />
<br />
1. Benahin Sholat 5 waktu. Sholat di awal waktu, dan salah satunya wajib berjamaah, minimal pas shalat maghrib. Ya Rabb.. semoga sholat wajibku tak lagi sekedar kewajiban, namun menjadi kebutuhan.<br />
2. Mulai merutinkan Sholat sunnah Rowatib, Dhuha, dan Tahajjud. Kalau bisa sholat Hajat dan Tobat juga. Umur hampir seperempat abad loh, inget jatah umur makin berkurang. Banyakin ibadah sunnahnya.<br />
3. Tilawah One day one juz.<br />
4. Hafalan juz 30.<br />
5. Berhijab Syar'i <br />
6. Sedekah selepas shubuh. <br />
7. Tidur lebih awal maksimal jam 22.00, bangun lebih awal juga jam 02.30.<br />
8. Menulis minimal 30 menit sehari, selain untuk setor tulisan.<br />
9. Membaca minimal 3 buku per minggu, 100 artikel web, di antaranya 10 artikel berbahasa Inggris.<br />
10. Menulis 3 buah buku, 1 diterbitkan penerbit mayor, 1 minor, 1 selfpublishing.<br />
11. Nulis buku harian :D<br />
12. Belajar menulis cerpen.<br />
13. Belajar (lagi) menulis novel.<br />
14. Ikut seminar kepenulisan di luar kota.<br />
15. Mengelola blog pribadi, tentang hijab syar'i.<br />
16. Belajar tentang SEO.<br />
17. Belajar dasar-dasar ilmu komputer yang belum dibisa.<br />
18. Membiasakan punya wudhu.<br />
19. Punya laptop pribadi.<br />
20. Punya modem dan tiap bulan bisa ngisi :D<br />
21. Merintis dan menekuni bisnis hijab syar'i.<br />
22. Punya toko/butik hijab syari.<br />
23. Beli buku minimal 2 buku tiap bulan.<br />
24. Punya rak buku yang bagus.<br />
25. Punya meja komputer/meja kerja yang nyaman buat nulis.<br />
26. Belajar jadi penyiar radio GoPesantren dan istiqomah megang jadwal Menulis Dengan Hati.<br />
27. Lebih istiqomah lagi jadi admin Hijab Aisyah.<br />
28. Menulis buku sejarah unmuh dan menyelesaikan proyek ini dengan baik.<br />
29. Mengerjakan proyek dari bu choirul dan mbak nourma.<br />
30. Melunasi hutang-hutang (cek di list hutang).<br />
31. Mengerjakan proyek majalah sekolah SD Qurrotaa'yun bersama Mbak Hida.<br />
32. Mengelola dan ikut aktif di Komunitas Literasi Indonesia Ponorogo.<br />
33. Melaksanakan program bee foundation.<br />
34. Melunasi hutang puasa.<br />
35. Bikin paspor.<br />
36. Buka tabungan umroh.<br />
37. Buka tabungan nikah.<br />
38. Mengembangkan bisnis shopie paris.<br />
39. Menulis buku tentang motivasi remaja muslim.<br />
40. Menulis buku tentang ekonomi syariah.<br />
41. Menulis novel islami.<br />
42. Membuat souvenir pernikahan untuk sendiri.<br />
43. Belajar memasak menu sehari-hari (lauk pauk dan sayuran)<br />
44. Mengenal min. 20 orang baru setiap minggu.<br />
45. Menjadi fasilitator di kelas Inspirasi.<br />
46. Membina adik-adik ROHIS Smada minimal 1 kali pertemuan setiap minggu.<br />
47. Belajar membuat cake/bolu kukus yang enak.<br />
48. Belajar cara-cara merawat bayi (baca, baca, tanya! hehehe)<br />
49. Belajar menulis dengan tulisan tangan.<br />
50. Menjaga kebersihan badan, rumah, dan lingkungan sekitar.<br />
51. Banyak tersenyum.<br />
52. Ke toko buku minimal seminggu sekali.<br />
53. Bisa menulis artikel berbahasa inggris.<br />
54. Belajar nyetir :D<br />
55. Aqiqah. kalo bisa sebelum Idul Adha, Idul Adha bisa Qurban :D<br />
56. Menyambung silaturahim dengan teman-teman lama.<br />
57. Rajin merawat anggota tubuh.<br />
58. Rutin mendengarkan Murattal.<br />
59. Bisa berbagi rezeki untuk bapak dan ibuk.<br />
60. Membantu kelancaran acara adek.<br />
61. Tetap menjalankan bisnis ichonochan craft, dan merintis bisnis souvenir.<br />
62. Belajar bersikap lebih lemah lembut dan ramah.<br />
63. Belajar sabar dan tak mudah marah.<br />
64. Lebih mencintai keluarga, bapak, ibuk, kakak, adek dan seluruh keluarga besar.<br />
65. Lebih banyak berdzikir kepada Allah SWT.<br />
66. Bisa mengelola bisnis online lebih maksimal lagi.<br />
67. Hidup sehat, hidup produktif.<br />
68. Boleh, menonton drama korea untuk hiburan, tapi di jadwal :D<br />
69. Punya waktu untuk menyiapkan diri sebelum beraktifitas.<br />
70. Olahraga!<br />
71. Bertemu dengan penulis-penulis/ menghadiri seminar dan bedah buku yang diadakan sepanjang tahun.<br />
72. Mengikuti event perbukuan, ikut terlibat mengisi acara atau yg lainnya.<br />
73. Belajar tentang mendirikan sebuah toko/butik.<br />
74. Menyayangi teman-teman dan orang-orang yang sering bertemu sehari-hari.<br />
75. Srawung dengan tetangga :D<br />
76. Menulis buku tips.<br />
77. Belajar ngaji/tahsin sama ustadzah fina.<br />
78. Belajar hemat :D<br />
79. Hidup lebih bahagia, menikmati hidup dengan melakukan hal yang bermanfaat.<br />
80. Punya album foto-foto kenangan saat wisuda/ momen yang lainnya versi cetak.<br />
81. Menulis naskah buku, selesai, terbitkan, dst.<br />
82. Menjelajah tempat-tempat baru di Ponorogo :D<br />
83. Mengikuti kegiatan-kegiatan positif yang di adakan sepanjang tahun.<br />
84. Puasa Senin-Kamis :D<br />
85. Membiasakan berbicara yang sopan dan santun :D<br />
86. Belajar public speaking.<br />
87. Nonton TV dengan tayangan yang mencerahkan.<br />
88. Merapikan berkas-berkas yang tidak terpakai dan yang masih dibutuhkan.<br />
89. Belajar tidak mencampuri urusan orang lain, kepo, dst. Just focus on your life!<br />
90. Memperpanjang SIM C :D <br />
91. Mendapat pekerjaan yang baik, ilmu S1 nya bermanfaat, dan masih dapat menjalankan 90 resolusi di atas tanpa alasan sibuk oleh pekerjaan.<br />
92. Dapat mengemban amanah pekerjaan dengan baik dan professional.<br />
93. Sukses dengan cara sendiri, dan bisa meraih apa yang dicita-citakan oleh bapak dan ibu.<br />
94. Bisa Umroh dan mengumrohkan bapak dan ibu.<br />
95. Menjadi penulis produktif.<br />
96. Bisa menjelajahi kota-kota lain di Indonesia dengan karya dan silaturahim yang baik.<br />
97. Mandiri dalam segala hal.<br />
98. Istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam, bertambah iman, baik akhlaknya dan semakin baik nasibnya.<br />
99. Selalu membuat bapak dan ibu tersenyum.<br />
100. Menikah.<br />
<br />
Wah wah wah... 100 resolusi, bagiku relatif banget. Sedikit banyaknya. Yah, ini bukan sekedar impian dan harapan. Juga resolusi yang bertabur doa. Aku sendiri gak tau, nasib yang seperti apa yang Allah telah tuliskan untukku. Dalam merancang apa yang ingin kulakukan dalam hidup pun, aku masih banyak dilanda kebingungan. Tapi, bagiku... menjalani kehidupan itu sendiri dengan sebaik-baiknya adalah hal yang msih bisa aku usahakan dan lakukan. Dengan sikap penerimaan yang legowo, aku ingin Allah ridho dengan apa yang aku lakukan. Manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Semoga ini menjadi salah satu pengingatku jika kelak aku mulai kehilangan arah dan tak tau lagi apa yang harus aku lakukan.<br />
<br />
Aku sih, nulisnya insidental banget hari ini.. yah, kalau di perjalanan setahun kedepan ada banyak perubahan, atau pencapaian lain yang ingin kuraih, pasti aku catat. Nanti aku posting menjelang akhir tahun, apa saja pencapaian yang bisa aku raih dari 100 resolusi ini, dan pencapaian lain yang bisa kuraih. Bismillah saja. Jika belum tercapai semua, semoga tak kecewa.. hehe. Yang penting sudah berusaha.<br />
<br />
Salam sukses, selamat tahun baru hijriyah 1436 H ya...<br />
<br />
Khalila Indriana.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-352330979829025352014-09-25T09:07:00.001-07:002014-09-25T09:45:49.116-07:00Ide Bertemu Kesempatan = Action!<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijyrEJWqNLqBipvp-LXzfeSfrkn0ZirjKlt8Uhsh0bbVF_v40IEiiHrNPdWRtN4fxTi6hucMyz3LYcX8_f6JHrxf1WHcUL8T_3SPu7uhARC5_TaBBTcksohYtS5fKZHL0NdndajwPLKVk/s1600/IMG_5482597107943.jpeg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijyrEJWqNLqBipvp-LXzfeSfrkn0ZirjKlt8Uhsh0bbVF_v40IEiiHrNPdWRtN4fxTi6hucMyz3LYcX8_f6JHrxf1WHcUL8T_3SPu7uhARC5_TaBBTcksohYtS5fKZHL0NdndajwPLKVk/s1600/IMG_5482597107943.jpeg" height="320" width="320" /></a></div>
</div>
<div style="text-align: justify;">
Siang yang beranjak terik, menggiring tiga bidadari bertemu di depan masjid dhuwur Al-Hikmah tepatnya di jalan Soekarno-Hatta, Ponorogo. Aku, Indriani Taslim dan Ammah Hida Cakep punya misi khusus hari ini untuk ketemuan dengan salah satu penulis senior yang kebetulan tinggal tak jauh dari masjid dhuwur. Namanya mbak Ruwi Meita. Beliau penulis produktif yang menekuni bidang fiksi novel bergenre Thriller. Horor-horor gimana.. gitu deh yang beliau tulis. Sudah ada lebih dari 10 buku adaptasi; dari skenario ke buku, dan beberapa buku sendiri yang kebanyakan emanya horor. Beliau juga banyak menulis ke majalah dan koran, dan sekarang mermbah ke cernak. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Sebenarnya sudah lama ichon diundang main ke tempat mbak Ruwi untuk ke rumah beliau. </div>
<div style="text-align: justify;">
Sekedar sharing tentang kepenulisan atau mengunjungi rumah baca yang beliau dirikan di beranda rumahnya. Setelah janjian, akhirnya Kamis, 25 September 2014 kami bisa bertemu beliau di kediamannya. Jl. Seram no. 10b. Padahal dulu sebelum ustadzah Fina pindah, aku dan ichon sering pakai banget ke masjid dhuwur. Eh, ternyata dekat sekali.. dunia hanya selebar daun kelor. Hmm, bener juga kali ya. Dan akhirnya kami menemukan setitik kehidupan di sebuah rumah bercat warna hijau muda, dengan halaman yang cukup luas dan pagar yang agak jauh dari rumahnya sendiri.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dan, kami disambut hangat oleh mbak Ruwi Meita juga ibu mertuanya. Btw, ibu mertuanya ini juga ibu dari guru seniku di Smada, bapak Sugeng Hariyadi. Jadi, mbak ruwi ini adalah adik iparnya dari pak Sugeng. Lagi-lagi dunia terasa sempit, ya? Begitulah. Mbak Ruwi sendiri asli Yogya, dan sering bolak-balik Ponorogo-Jogja. Enam tahun beliau menetap di Ponorogo.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Usut punya usut, beliau ini juga sedang mencari-cari orang-orang yang bergerak di dunia literasi di Ponorogo. Nah, setelah ngobrol panjang dengan mbak Hida kemarin, dan bercerita tentang mbak Ruwi, ternyata mbak Hida menyambut dengan tak kalah antusiasnya. Karena beliau sendiri selalu excited dengan dunia kepenulisan. Aku dan ichon berfikir, inilah momen yang pas untuk mempertemukan beliau-beliau ini dalam satu wadah yang 'nyambung'. Well, ternyata keputusan mempersatukan ide-ide ini membuahkan hasil. Harus ada sesuatu yang dapat kita kerjakan bersama-sama.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami mengobrol banyak tentang dunia literasi, mbak Hida yang vokal lebih mendominasi untuk menyampaikan ide-ide briliannya dalam rangka project menggagas "Ponorogo Membaca", membumikan Rumah Baca di Ponorogo sampai roadshow keliling ke sekolah-sekolah untuk memberikan pelatihan kepenulisan dan pengenalan budaya membaca. Klik sekali dan asik pembahasan kami siang itu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Kami lebih membahas ke konsep-konsep dan rencana ke depan, bagaimana komunitas literasi di Ponorogo ini dapat terbentuk dan berjalan dalam cakupan yang lebih luas lagi. Lintas generasi dan dapat di terima oleh seluruh lapisan masyarakat. Terutama di kota Ponorogo sendiri. Dengan Agenda terdekat kami adalah mengisi spot acara di Pesta Sejuta Buku yang tiap tahun memang diadakan di gedung Apollo. Bersama anak-anak dari komunitas CAKEP binaan mbak Hida yang rencananya akan memfokuskan penampila ke acara musik, dan kami juga akan membuat acara bedah buku dan workshop kepenulisan dengan narasumber mbak Ruwi dan mbak Yoana Dianika yang sudah malang melintang di dunia kepenulisan. Juga ada wisata buku yang pesertanya anak-anak </div>
<div style="text-align: justify;">
SD yang akan diajak berkeliling ke area pesta buku tersebut.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Banyak sekali pembahasan kami tentang buku, yang dapat membuat banyak perubahan besar bagi diri seseorang maupun dalam komunitas. Buku menjadi sarana yang ampuh, bahwa seharusnya memang ada efek bagi yang sudah membaca buku. Pun dengan penulisnya. Curahan gagasan sang penulis dalam sebuah karya sangatlah bermakna. Baik utuk kehidupannya sendiri maupun bagi pembaca. Kalau kata mbak Ruwi, menariknya dari seorang penulis itu adalah dapat berubah-ubah pola pikirnya sesuai dengan apa yang ia tulis. Sampai kadang si penulis lupa, saya ini umur berapa ya?? hehehe. Kami pun tertawa. Kalau kata mbak hida, dunia kepenulisan/penulis itu bukanlah dunia yang sepi. Dan mbak Ruwi pun setuju. Justru dengan masuk ke dunia kepenulisan, di sanalah kita menemukan kehidupan yang riuh, dan banyak sekali hal yang dapat kita pelajari. Dunia yang dapat membawa kita merambah banyak aspek kehidupan, tak terbatas ruang dan waktu.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ah, rasanya tak cukup ruang untuk menceritakan detail pertemuan kami yang tak kurang dari satu jam lebih itu. banyak sekali yang di bahas, terutama keprihatinan akan dunia literasi di kota tercinta kami ini yang belum tergarap secara sempurna. Semoga ide-ide kami bertemu kesempatan yang tepat sehingga ada aksi nyata untuk mewujudkan ide tersebut menjadi suatu gerakan yang masiv kedepannya. Senang sekali bertemu orang-orang hebat hari ini. Semoga lain waktu dapat berlanjut pertemuan ini, tak hanya sekali dua kali namun secara intens dan bersinergi.<br />
<br />
Kesan dari mbak Ruwi, enam tahun tinggal di Ponorogo, baru ketemu orang! Hehe, maksudnya yang dapat diajak untuk sharing tentang kepenulisan dan nyambung dengan mimpi mbak Ruwi untuk menghidupkan dunia literasi di kota Ponorogo ini. Semoga semuanya dimudahkan olehNya. :)</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Salam Buku!</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
P.S.: Thanks mbak Ruwi, atas kenang-kenangan bukunya yang cantik. Semoga bisa ikut meramaikan rumah bacanya lain waktu :)</div>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-52303435601127782092014-09-24T10:24:00.002-07:002014-09-24T10:25:11.629-07:00Saat Luka Tersiram Air GaramDan kudapati luka lama yang kembali terkuak. Semua itu aku pikir sudah selesai, sirna seiring waktu. Namun aku salah, luka menancap yang telah tercabut itu benar-benar menimbulkan luka yang dalam. Meski ia hampir kering, masih saja luka itu perih kembali setelah tersiram air garam.<br />
<br />
Aku, tak ingin mengutuk malam yang terlalu pekat. Aku juga tak ingin merengek pada siang yang terlalu benderang hingga menyilaukan. Aku hanya ingin bertegur sapa dengan pagi yang menghangat, dan angin sore yang semilir menyejukkan. Yang tak pernah berdusta seperti rangkaian kata-katamu yang menjemukan.<br />
<br />
Akhir dari semua ini, aku tak pernah lagi bisa membayangkannya. Tetap saja begitu.<br />
<br />
Untukmu yang tak pernah kumengerti, mengapa dunia cepat sekali berubah namun nyatanya engkau tidak. Aku tak sepenuhnya membencimu. Aku hanya meragukan diriku, bisakah aku menjadi seorang pemaaf yang tak perlu engkau mengucap padaku. Aku ingin sekali itu, biarlah tetap seperti itu.<br />
<br />
Memaafkan, akan membuat perasaanku baik-baik saja. khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-34782306734721752972014-09-24T10:03:00.000-07:002014-09-24T10:03:41.494-07:00Rumah Berjendela Kaca ItuRumah berjendela kaca itu selalu memancarkan aura semangat para
penghuninya. Dari sanalah, lahir karya-karya terbaik dari tangan-tangan
mungil pemiliknya. Setiap hari, senyum tesungging tuk sekedar saling
bertegur sapa. Hebatnya, tak ada kata 'tolong maafkan aku'. Karena
sedetik kita bertengkar karena memperdebatkan sesuatu, detik selanjutnya
senyum kembali tersungging tanpa syarat. Begitulah cinta, tak pernah
ada kata maaf namun ribuan maaf tak terhitung lagi jumlahnya.<br />
<br />
Rumah berjendela kaca itu selalu melahirkan cerita baru para penghuninya. Ia seolah menjadi akuarium raksasa, yang menampilkan <i>live show</i>
setiap harinya. Tanpa ada kebohongan, tanpa rahasia. Semua jujur,
mengalir apa adanya. Terlebih bukan karena rahasia, karena hidup yang
singkat ini takkan lagi kami isi dengan hal negatif yang dapat merusak
suasana kebersamaan. Kami saling menjaga, menjaga perasaan agar semua
baik-baik saja.<br />
<br />
Rumah berjendela kaca itu sejatinya tak
pernah memandang rumput di halaman tetangga. Entah rumput mereka lebih
hijau atau lebih apa. Kami habiskan banyak waktu di sini untuk menyirami
rumput kami agar lebih hijau. Agar kami tak mudah menerbitkan rasa iri
dan dengki. Kami terlalu lelah untuk menjalani hidup seperti itu, hidup
yang selalu merasa tak cukup. Kami memilih menyiram rumput kami sendiri.<br />
<br />
Rumah berjendela kaca itu, seperti tak pernah tidur.<br />
Rumah berjendela kaca itu, menjadi saksi sejarah kami menggelar cerita hidup.<br />
Rumah berjendela kaca itu, biarlah tetap seperti itu.<br />
<br />
Kelak kami akan membangun rumah berjendela kaca yang lain, dengan cerita yang baru.<br />
<br />
Dari sudut rumah berjendela kaca itu, aku tuliskan kisahku. Semampuku.<br />
<br />
<br />
khalila indriana, September 2014.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-56079679293359597462014-01-26T09:51:00.001-08:002014-09-24T09:53:32.381-07:00Menulis Untuk KebaikanMenulislah untuk kebaikan.<br />
<br />
Aku menulis bukan karena
merasa pandai. Aku menulis karena aku masih terlalu bodoh. Sementara tak
banyak yang aku miliki sejauh ini, selain kemauan keras untuk terus
belajar dan usaha memperbaiki diri yang masih semerawut. Tak banyak pula
yang telah kuperbuat untuk menggoreskan catatan amal kebaikan yang
kelak 'diperiksa' sebagai bukti. Apakah kelak aku layak berjalan
beriringan menuju kehidupan akhirat yang kekal, berdampingan dengan
Rasululllah dan orang-orang shalih lainnya. Bersama-sama berkumpul di
Jannah-Nya?<br />
<br />
Inilah yang akhir-akhir ini mulai
menggelayuti pikiranku. Mengenai catatan amal, memikirkan tugas malaikat
yang setia berada di sebelah kiri dan kananku. Tak luput sekejap pun
mencatat segala kelakuanku. Apa yang bisa kulakukan agar malaikat
sebelah kananku nampak sibuk, dan membujuk malaikat di sebelah kiriku
agar 'duduk manis' saja? Rasanya, setelah sekian tahun hidup di dunia,
aku ingin benar-benar mulai memikirkannya. Dengan cara apa aku menabung
pahala, bagaimana memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, apa saja
yang dapat kuperbuat untuk menanam modal sebagai investasi akhiratku
kelak?<br />
<br />
Nyatanya kemampuanku masih sebatas merangkai
kata-kata. Dengan bekal sedikit ilmu yang kupunya, aku masih tertatih
menyampaikan ilmu itu pada sesama. Bukan, sekali lagi bukan karena aku
merasa 'kebanyakan ilmu'. Justru karena belum banyak yang bisa
kubagikan. Aku makin takut jika ilmu-ilmu ini tak kunjung dapat
kuamalkan, apalagi belum sempat kubagikan. Dan sekali lagi kuulangi,
yang mampu kulakukan masih sebatas menuangkannya ke dalam kata-kata.
Semoga Allah memberiku cukup waktu untuk beramal baik sebanyak-banyaknya
di dunia.<br />
<br />
Ya, aku memilih menulis sebagai salah
satu ladang investasi terbesarku, untuk meraih cita-cita tertinggi:
meninggal dalam keadaan khusnul khatimah, dijauhkan dari siksa kubur, di
akhirat berkumpul bersama Rasulullah SAW. di Surga-Nya. Bertemu dengan
Allah SWT tanpa hijab. Allahumma Aamiin...<br />
<br />
Karena
dengan menulis, sedikit demi sedikit pemikiranku mulai tertata. Hari ini
aku mendengar sebuah nasehat berharga, suntikan semangat yang luar
biasa dari Ahmad Rifai Rifan. Beliau menuturkan alasan yang sangat
sederhana dan masuk akal. Alasan mengapa aku harus meniatkan menulis
sebagai jalan kebaikan.<br />
<br />
Yakni ketika nanti di Mahsyar
aku terbelalak melihat catatan amalku. "Ya Allah, bukankah timbangan
amal baik ku tidak seberat ini? Kemudian betapa indahnya ketika aku
mendapat jawaban dari-Nya. "Ya, kau benar. Tapi ribuan orang telah
tergerak beramal kebaikan setelah membaca tulisanmu! Berantai amalan
sunnah telah terkerjakan setelah ribuan orang membaca karya yang lahir
dari jemarimu..."<br />
<br />
Merinding aku saat membacanya.<br />
<br />
Maka,
mengapa aku menulis? Inilah jawabanku. Aku tak pernah menganggap
kegiatan menulis sebagai kegiatan yang sia-sia. Bukan sebagai ajang
sok-sok'an atau sekedar menguji intelektualitas. Buat apa? Selama niat
menulis untuk kebaikan ini tetap terjaga, semoga Allah beri jalan. Agar
senantiasa menapaki jalan yang lurus, jalan yang diridhoi-Nya. Semoga.<br />
<br />
Tulisan
ini utamanya sebagai pengingat bagiku. Kubagikan agar kelak ada yang
mau mengingatkan jika aku mengingkarinya. Karena manusia tempat salah
dan lupa. Betul? Mohon diingatkan jika suatu saat aku khilaf dalam
berkata-kata.<br />
<br />
Hari ini aku juga sedang bahagia. Naskah
buku yang sedang ku perjuangkan, hampir selesai. Sekali lagi mohon
doanya, agar dapat segera terbit. Niat berbagi sedikit ilmu ini, semoga
dimudahkan jalannya oleh Allah. Agar karya sederhanaku bisa sampai ke
tangan kalian beberapa bulan kedepan. Bismillah, bi idznillah. Doakan
selalu.<br />
<br />
Teruntuk saudariku yang tak bosan
menyemangatiku untuk segera menyelesaikan naskahku sebelum mengemban
amanah lainnya bulan depan, aku sangat berterimakasih atas segala bentuk
dukungan darimu. <i>Love you so, </i>semoga Allah memudahkan langkahmu
juga. Terimakasih juga untuk kakak ku yang selalu menyayangiku dengan
caramu, di sini akulah yang belum mampu membahagiakanmu. Suatu saat
nanti, pasti.<br />
<br />
Selama darah masih mengalir, aku tak
akan bosan merangkai kata. Sebagaimana Tuhan tak pernah bosan memberi
hal-hal terbaik dalam hidupku. Jika meniatkannya sebagai bentuk ibadah,
Ia akan mencatatnya sebagai ibadah. <br />
<br />
Allah Maha
Melihat apa yang kau kerjakan. Allah Maha Mendengar apa yang engkau
pinta. Allah Maha Tahu apa yang kau butuhkan. Selamat beristirahat.<br />
<br />
Akhir Januari bertabur kebaikan, 27 2014.<br />
<br />
Regards,<br />
<br />
Khalila Indriana<br />
@khalilaindrianakhalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-20225447304268479482014-01-18T06:12:00.001-08:002014-01-18T06:12:35.092-08:00Meski Bukan Power Ranger<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>IN</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:EnableOpenTypeKerning/>
<w:DontFlipMirrorIndents/>
<w:OverrideTableStyleHps/>
</w:Compatibility>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-ansi-language:IN;
mso-fareast-language:EN-US;}
</style>
<![endif]-->
<br />
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span lang="IN"></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Saat memasuki dunia
kepenulisan, saya belum terfikir untuk menjadi seorang penulis yang andal,
terkenal maupun diakui keberadaan saya sebagai seorang penulis. Niat awal yang
hadir dalam diri saya ketika memutuskan untuk mulai menulis adalah mematahkan
sebuah ‘predikat’ seorang plagiat yang pernah saya dapatkan dari seorang guru
Bahasa Indonesia saya. Waktu itu, saya masih duduk di kelas sepuluh sebuah
sekolah menengah atas negeri yang cukup ternama di kota saya. Entah mengapa, kejadian
tersebut masih terekam dengan jelas dalam benak saya hingga saat ini. Kejadian
yang begitu memukul saya hingga jatuh dalam lubang krisis kepercayaan diri.
Apalagi saat itu masih galau-galaunya masa remaja, transisi dari bangku SMP
menjadi bangku SMA. Semacam ada luka yang menganga saat saya harus memilih
jalan, ingin ‘menjadi orang yang seperti apa’.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Singkat cerita,
saat itu saya sedang sibuk-sibuknya dengan aktifitas belajar. Hampir seluruh
mata pelajaran umum di SMA saya pelajari, karena memang belum ada penjurusan.
Ilmu alam, sosial, teknologi, bahasa sampai agama semua ada. Campur bak
gado-gado, lebih mantap lagi didampingi es campur. Ah, jadi lapar saya. Setiap
hari pekerjaan rumah, tugas, praktikum, kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi
datang silih berganti tiada habisnya. Saya bukan termasuk ke dalam jajaran
siswa yang pandai mengatur waktu, menepati jadwal, apalagi menyelesaikan tugas
dengan baik dan tepat waktu. Saya adalah seorang siswi acakadut yang sok kebanyakan
acara. Mana yang bisa saya kerjakan dahulu, ya saat itu pula saya kerjakan. Sampai
suatu saat beberapa tugas mulai menumpuk, sampai-sampai membuat saya bingung
bagaimana dapat menyelesaikan itu semua.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Sebagai kelengkapan
tugas materi Bahasa Indonesia, sang guru bijak menyuruh semua muridnya membuat
sebuah resensi buku yang pernah dibaca. Apakah saya pernah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>membaca buku? Tentu saja pernah! Masalahnya,
dari sekian banyak buku saya tidak punya banyak koleksi. Saya hanya kerap
membaca di perpustakaan dan beberapa buku pinjaman dari teman. Jadi, saya cukup
kesulitan ketika harus menulis sebuah resensi yang notabene ada hal-hal yang
harus saya cantumkan terkait penulisan sebuah resensi. Saat itulah saya
berfikir untuk meminjam salah satu buku di perpustakaan. Tapi parahnya, hingga menjelang
tugas dikumpulkan, saya tak kunjung meminjamnya! Alamak, saya panik bukan
kepalang. Entahlah, ini memang cerita yang memilukan kalau tidak ingin disebut
memalukan. Saya menulis sebuah resensi di majalah yang bukunya ‘hanya pernah’
saya baca sekilas. Lengkap! Mengutip sejadi-jadinya, hanya bedanya dibumbui
kata-kata tidak penting yang saya karang sendiri. Cukup pede saya mengumpulkannya
tanpa berpikir panjang. Pastinya inosen sekali tampang saya saat itu. Sebelum
saya terkena getahnya, akibat perbuatan ceroboh saya ini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">H</span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">a</span><span lang="IN">ri pengumpulan
tugas tiba. Guru Bahasa Indonesia saya mulai mengumumkan satu demi satu tugas
resensi karangan murid-muridnya yang tercinta. Dengan sedikit penjelasan dan
mengajukan beberapa pertanyaan yang ditujukan pada pemilik tugas. Bodohnya,
saya tak kunjung menyadari hal tersebut. Masih tetap berwajah tak berdosa.
Tibalah giliran tugas saya, sang guru dengan seksama mengamati pekerjaan saya
yang (tentu saja) rapi tanpa noda. Tanpa ada kesalahan yang berarti. Lha iya,
wong itu resensi yang sudah jadi nyomot dari majalah. Sejurus kemudian Pak guru
nyengir dan mengembangkan senyum penuh arti. Pelan tapi pasti beliau mulai mengorek
keterangan tentang buku yang saya resensi. Beliau mengajukan beberapa
pertanyaan serius pada saya. Matilah saya, tergagap saya menjawabnya. Ya iyalah,
mana ngerti saya soal buku itu. Menyadari apa yang terjadi, mendadak saya pucat
dan merasa mual.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Guru saya secara
halus menegur saya, menanyakan baik-baik apakah tugas itu benar-benar saya
tulis sendiri. Dan saya masih berkilah. Satu kebohongan menutupi kebohongan
yang lain. Begitulah yang terjadi. Teguran halus yang terdengar seperti
halilintar di siang bolong di musim kemarau. Pak guru menegaskan, tulisan itu
sudah ‘kelihatan’ bukan karangan siswi seperti saya. Tutur bahasanya terlalu
rapi untuk seorang pelajar yang baru belajar menulis resensi. Saya menunduk,
sangat malu. Malu pada pak guru, pada teman sekelas, terlebih malu pada diri
sendiri. Malu pada Tuhan. Saya mengaku saya bersalah, dan meminta maaf atas
kejadian tersebut. Insiden paling memalukan sekaligus memberikan saya banyak
pelajaran. Satu yang saya ingat pesan mendalam dari guru bahasa Indonesia saya
tersebut, begini. “Jadi, intinya kamu itu sebenarnya tidak cukup pandai untuk
berbohong. Ini, bohong sedikit saja sudah ketahuan. Tidak bakat. Jadilah anak
yang jujur, bapak yakin kamu akan lebih sukses dalam hidup jika mau untuk jujur
di setiap tindakanmu.” Yah, bgitulah. Petuah dari guru Bahasa Indonesia saya
yang terus terngiang di telinga saya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Sejak saat itu,
saya menancapkan dalam-dalam pesan guru saya tersebut. Sembari memendam dalam
hati dan ber-azzam, suatu saat saya akan menulis. Tulisan hasil karya saya
sendiri. Saya akan buktikan bahwa saya sebenarnya mampu, jika saya mau. Janji
kepada diri sendiri tersebut saya simpan dalam relung hati yang paling dalam
dan tak pernah saya lupakan hingga sekarang. Selama hampir tiga tahun saya
tidak menulis apa-apa. Hingga suatu hari masa-masa hampir kelulusan SMA, saya
teringat kembali janji itu. Kemudian mencoba belajar menulis. Saat itu saya
mulai belajar menulis di blog. Menuangkan ide-ide saya yang masih liar.
Membangun kembali yang sempat runtuh dalam diri saya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Menulis dengan modal
ketekadan dan mau untuk belajar. Berlatih, berlatih dan berlatih. Tidak seperti
penulis kebanyakan yang memulai karir menulisnya dengan bakat, hobi, dan terus
menerus belajar menulis. Saya tidak begitu. Saya hanya berfikir saya bisa
melakukannya. Saat saya siap, saat itu saya mulai menulis. Pertama, hanya untuk
mendobrak mental blok saya tentang hal yang tidak bisa saya lakukan, yaitu
menulis. Belum ada motivasi lainnya. Kemudian saya mulai menulis apa saja yang
saya mampu, saya ketahui, dan apa saja yang sanggup saya bagi. Karena saya juga
berfikir bahwa saya adalah bukanlah salah satu anggota power ranger yang hendak
menyelamatkan dan bisa mengubah dunia dengan kekuatan super. Belum, belum
sejauh itu. Yang saya miliki adalah tekad dalam menulis, mungkin saja dengan
itu suatu saat saya bisa mengubah dunia.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN">Semakin saya menulis,
saya semakin yakin bahwa inilah pilihan hidup saya. Menjadikan menulis sebagai
salah satu visi terbesar dalam hidup saya. Menulis untuk kebaikan, sebagai
bekal investasi akhirat kelak. Menjadikannya hal yang patut untuk saya
perjuangkan.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
Saya yang sekarang ini adalah seseorang yang justru banyak belajar dari
kesalahan di masa lalu. Dan masih terus belajar untuk masa depan.<span lang="IN"> </span></div>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-18941417356583719412013-10-26T19:01:00.000-07:002013-10-26T19:01:14.371-07:00Balada Harga Teman<i>"Pesen satu ya, modelnya gini trus warnanya gitu. Dibikin paling
spesial, kalo bisa jadinya sebelum tanggal sekian, bisa? Oh ya, harganya
masih sama khan? Buat temen ada diskon dong, ya? Pastinya, tengkyu
yaa.... Hehehe..."</i><br />
<br />
See?<br />
<br />
Memberikan
pelayanan terbaik bagi pelanggan merupakan prinsip dasar seorang
pengusaha, apalagi mereka yang membuat produknya sendiri seperti saya
ini. Service excellent istilahnya. Pelanggan adalah raja dan ratu.
Seringkali kita dihadapkan dengan pilihan yang sulit terutama ketika
menghadapi pelanggan yang 'rewel'. Ingin yang terbaik, tapi jatuhnya
terkesan mendikte. Pada dasarnya kita yang menerima order, sangat
memikirkan soal kualitas dan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Tidak
menjadi masalah jika pelanggan kita adalah murni pelanggan yang tidak
terlalu dekat dengan kehidupan kita alias pembeli umum secara
keseluruhan. Yang sulit justru menghadapi pelanggan yang terhitung masih
kerabat atau sahabat. Masih ada rasa 'pakewuh' ketika menghubungkan
bisnis dengan hubungan kedekatan emosional kita.<br />
<br />
Misalnya,
bicara tentang harga. Harga standar produk kita tentu sudah dipatok
berdasarkan perhitungan harga bahan baku, biaya produksi dan keuntungan
yang akan kita ambil. Tidak mungkin kita lantas menetapkan harga seenak
jidat agar untung kita berkali lipat, tapi seringkali pembeli tidak mau
tahu. Dikiranya harga sepuluh ribu untung kita delapan ribu. Ini tentu
menjadi pemikiran yang tidak rasional. Terjadilah aksi tawar menawar.
Selama itu wajar, sah-sah saja demi mendapat harga terbaik dan kerelaan
dari kedua belah pihak. Membeli satu tentu berbeda dengan membeli secara
grosir, jika bicara masih terkait harga. Memberi potongan harga barang
grosir menjadi petimbangan tersendiri, karena ada kemungkinan itu akan
dijual kembali.<br />
<br />
Namun, jika yang membeli kebetulan
adalah kerabat atau teman biasanya pula mereka hanya akan membeli untuk
dipakai sendiri. Sebut saja saya ingin membeli produk si A yang
kebetulan adalah teman saya SMA. Lantas saya merasa berhak menawar
harga, meminta diskon, minta bonus ini-itu apalagi hingga meminta
gratis. Yah, karena saya merasa dia 'pasti' mau dengan kerelaan hati
memberikannya untuk saya. Ya, karena kita teman. Tapi, pernahkah saya
memikirkan perasaan teman saya tersebut? Pernahkah saya memikirkan
bagaimana kondisi bisnis dan keuangan teman saya yang mencari rezeki
memang dari jalan bisnisnya itu? Pernahkan saya memikirkan bahwa aksi
minta harga lebih murah itu akan mengurangi setidaknya sepersekian
persen keuntungan bahkan modal yang sudah ia keluarkan untuk membuat
produk yang saya beli? Ah, rasanya ini yang perlu menjadi bahan
pemikiran.<br />
<br />
Sebagai sahabat yang baik, kita tentu ingin
mengapresiasi apa saja yang sahabat kita lakukan. Misal, ia memiliki
bisnis (produk jualan) kita setidaknya akan rela membantunya. Meski
hanya sekedar membeli produk tersebut dengan alasan kalau teman saja ada
yang punya, ngapain cari ke yang lain. Prinsipnya saling bantu, agar
bisnisnya juga bertambah besar dan sukses. Tidak hanya sebatas saling
mendoakan ia sukses, tapi ada satu gerakan yang nyata untuk
mendukungnya. Mendoakan tentu hal yang baik, tapi mendorongnya agar
lebih bersemangat menjalankan usahanya tentu lebih baik lagi.<br />
<br />
<i>Ah, begitu saja itung-itungan. Wong sama teman sendiri saja pelit.</i><br />
<br />
Mungkin begitu reaksi kita jika teman bersikukuh dengan harga
jualannya. Tanpa diskon, tanpa bonus. Padahal, mungkin memang saat itu
tidak bisa menurunkan harga karena alasan tertentu. Orang banderol
swalayan saja kita patuh, tidak menawar. Bisakah kita memaklumi, dalam
dunia bisnis seratus dua ratus rupiah itu tetap diperhitungkan. Entah
itu saudara, teman dekat, atau bukan. Jika tetap egois berpendapat bahwa
harga untuk teman harusnya lebih murah, entah apa yang terjadi lima
tahun ke depan pada bisnis teman kita tersebut. Bayangkan, satu teman
minta diskon. Tidak jadi soal. Namun, jika ada seratus orang teman yang
minta diskon, bisa jadi ia benar-benar gulung tikar.<br />
<br />
Jika
saya dalam posisi sebagai penjual, saya tentu tidak merasa keberatan
memberikan harga teman. dengan catatan, itu hanya terjadi sekali-kali
dengan niat tulus saling bantu dan melihat kondisi yang sesungguhnya
dari teman saya tersebut. Kalau sudah berkali-kali, tentu bukan lagi
menjadi hal yang wajar. Apalagi kita sudah nawaitu menjadian bisnis
sebagai ladang untuk meraih rezeki dari-Nya. Pasti sedikit banyak kita
berpikir tentang keuntungan dan bagaimana caranya agar bisnis tetap
jalan. Meniatkan harga teman sebagai ladang amal pasti lebih baik lagi.
Bahkan, kita bisa saja berinisiatif beramal dengan apa yang kita miliki.
Misalnya memberi hadiah produk kita secara gratis pada orang terdekat
tanpa ada yang meminta. Ikhlas lillahi ta'ala. <br />
<br />
Bukan
lagi saatnya mengeluarkan dalil, "itulah gunanya memiliki teman, enak
kalo kita beli ke dia dapat diskon dan harga termurah." Pernahkah kita
diajarkan untuk meminta diskon? Agaknya membaca kembali awal surat
al-muthaffifin perlu kita resapi lagi maknanya. Apakah kita masih
termasuk orang yang curang? Yang apabila menerima takaran minta
dilebihkan, apabila menakar ia mengurangi. Sudah siapkah kita
mengamalkannya?<br />
<br />
Harga teman. Seharusnya jika kita sudah
mengaku teman, tidak pantas minta dilebihkan hanya karena kita teman.
Jika mengaku kita teman, harusnya malah berusaha membuat teman kita
merasa terbantu hanya dengan kita mau berpartisipai untuk ikut membeli.
Membeli, berarti ia bisa mendapatkan keuntungan. Apalagi kita belinya
banyak, senanglah ia bisnisnya lancar. Lagipula, beli ke teman bisa
sekalian mempererat silaturahim.<br />
<br />
Harga teman. Jika
kita mengaku teman pastinya kita akan memberikan harga terbaik untuk
teman, tanpa teman kita harus meminta dan merengek. Tentu kita paham.
Sesekali, tunjukkan harga asli dan beritahu padanya ada potongan
untuknya pasti ia akan senang menerimanya. Menjadi teristimewa karena
tidak seperti pembeli yang lain. Bisnis ya bisnis, teman ya teman.
Menggabungkan keduanya pada porsi yang tepat, akan membuatnya lebih
bermakna.<br />
<br />
Harga teman. Tinggal kita belajar memposisikan diri kita di mana.<br />
Suka sama suka, hanya keberkahan yang kita harapkan dari ini semua.khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-2518634799116212842013-10-03T07:56:00.002-07:002013-10-03T07:56:46.774-07:00Kata Kunci Memantik Ide Belajar Hal Baru<blockquote>
<span>“Je bent nooit te oud om te leren”<br /><br /> Anda tidak pernah terlalu tua untuk belajar.<br /> (Pepatah Belanda)</span></blockquote>
<br />Ketika
ingin berhenti belajar karena alasan usia, saya akan selalu mengingat
ini. Rasulullah juga menganjurkan kita sebagai umat muslim untuk selalu
belajar, belajar, dan belajar hingga akhir hayat. Setiap hari adalah
kesempatan bagi kita untuk belajar. Memiliki pemikiran dan inisiatif
untuk belajar hal-hal baru tentu sebuah keterampilan tersendiri. Ada
ide, cari tahu, lalu pelajari dengan sungguh-sungguh. Kapan itu
bermanfaat bagi kita? Suatu saat, pasti. Tidak ada yang sia-sia dalam
belajar, kecuali kita memang belajar tentang hal yang negatif. Semua
yang kita pelajari, itulah diri kita. Penggambaran siapa diri kita
sesungguhnya. Jika minimal kita berfikir tentang sebuah ide, belajarlah
untuk lebih kreatif. Bikin sesuatu yang berbeda dari hal yang kita
pelajari, dengan cara memodifikasinya menjadi hal yang lebih segar.
Kemudian coba jalankan ide tersebut, mulai dari hal yang paling
sederhana yang dapat kita lakukan. Itu namanya inovasi.<br /><br />Coba kita
ingat-ingat dan hitung kembali, apa saja minat yang kita miliki. Jangan
bilang, tidak ada? Milikilah ketertarikan terhadap sesuatu, agar ada
gairah untuk kita belajar lebih banyak tentang hal tersebut. Saya selalu
tertarik pada orang-orang yang sukses dan berhasil mantap menekuni
bidang yang ia sukai menjadi pilihan karirnya. Masih terus bertanya dan
mencari tahu, bagaimana mereka menemukan kepercayaan diri untuk yakin
seyakin-yakinnya dan memantapkan diri untuk menjalaninya. Saya masih
belajar dan akan selalu mencari tahu tentang itu. Lalu, bagaimana saya
memulai?<br /><br />Awalnya saya iseng, selalu begitu. Saya sering menulis
kata kunci yang random berputar-putar di kepala saya. Saya buka
informasinya, dan ternyata banyak hal menarik yang saya temukan di sana.
Sesuatu yang sebelumya telah saya ketahui maupun hal yang benar-benar
baru! Ini salah satu hal yang menyenangkan bagi saya. Biasanya saya <i>search</i> seputar <i>craft</i>, kreatif, menulis, info kesehatan, tokoh, dan seterusnya. Semakin menelusur, saya semakin haus dengan rasa ingin tahu. <i>Who knows, I have much question and I need the answer</i>. Bukan jawaban yang biasa dan sekedarnya. Pasti ada jawaban yang menarik dari pertanyaan yang muncul.<br /><br />Belajarlah,
buat apa punya gadget mewah di tangan kalau miskin ide? Kita terlahir
bukan untuk menjai generasi latah yang suka gonta-ganti gadget,
mengikuti fitur terbaru, atau ber haha hihi di akun obrolan dan jejaring
sosial. Setiap diri kita bertanggung jawab terhadap apa yang kita
perbuat, apalagi masa muda adalah salah satu yang harus kita
pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Masa muda, bukan masa kecil atau
masa tua. Selagi muda, banyak-banyaklah berbuat kebaikan. Bukan untuk
berbangga-bangga, apalagi masih minta orang tua. Jelas saja mereka rela
hartnya untuk diberikan pada kita, orang tua tiada pernah minta balasan
harta kok pada kita. Mereka butuh kita menjadi anak yang shalih-shalihah
yang kelak mendoakan mereka. Buah dari masa muda kita, panen raya kita
nikmati saat kita mulai beranjak menua. Tapi tetaplah belajar selagi
nafas masih menyertai kita.<br /><br />So, sediakan waktu untuk memulai.
Belajar hal yang baru, bahkan bukan pada bidang mu. Belajar keluar dari
zona nyaman, itulah cara menikmati hidup dengan cara yang baru. Dunia
ini terlalu singkat, untuk melakukan hal yang sia-sia. Hanya saj, butuh
kata kunci yang tepat untuk memunculkan ide dan mulailah belajar hal
yang lebih banyak lagi. Selamat belajar! :)<br /><photo id="1" /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgToie249hKa7LXkMQ4aqAKHNIiMYi5CbjiPKKKIffjqHNejmMya2O77EnKMrUCtAx4w7dAI-qVLQFVPnyF2etv3ub8anmLbVTTyJXvrnnJ8Ggv5XaRJgmmL-k9yWnGiIzUE4n71KK0uK4/s1600/keyword-research.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="157" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgToie249hKa7LXkMQ4aqAKHNIiMYi5CbjiPKKKIffjqHNejmMya2O77EnKMrUCtAx4w7dAI-qVLQFVPnyF2etv3ub8anmLbVTTyJXvrnnJ8Ggv5XaRJgmmL-k9yWnGiIzUE4n71KK0uK4/s320/keyword-research.png" width="320" /></a></div>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5338483504083492323.post-11923695603452946392013-10-02T09:10:00.000-07:002013-10-02T09:18:50.080-07:00#2 Menyoal TemaJeng..jeng.. <i>*back sound song title MAMA (EXO)</i><br />
<br />
<i>Careless careless, shoot anonymous anonymous. Heartless mindless. No
one, who care about me?<br /><br />***</i><br />
Meratap dikit,
boleh ya? udah berapa bulan ya hidup tanpa hape? sebulan? dua bulan?
ah, lupa. Lama-lama mikir juga. nanti takutnya ada yang penting dan ada
yang nyari (ada gitu?? ya, ada ternyata!), soalnya juga itu nomer hape
ane dah disebarin dan bertebaran di muka bumi. Di kampus, hapenya
temen-temen seluruh indonesia (cieh), blog, page, nomer bisnis sampe di <i>hangtag</i> ane juga ane nomer itu.<i> Pff, *sigh. </i>Belom tau sih it hapenya yang rusak apa cuman <i>chager</i>nya. Ntar deh ane pikirin lagi.<i><br /></i><br />
<i>Jadi, ada hubungannya gak sih sama backsound lagu diatas, hhehehe...</i><br />
<br />
<i>***</i><br />
Catatan ber<i>hashtag</i>
ini sejujurnya adalah catatan yang berisi perjalanan saya saat menulis
skripsi. Niat awal sih kemarin bgitu, semoga istiqomah ya.. doakan.
Catatan suka-suka aja, namanya juga suka-suka. suka-suka judulnya juga
isinya, suka-suka ngepostnya kapan, suka-suka penulisnya lah pokoknya.
Kebetulan lagi sok sibuk sih dia, katanya pengen skripsinya cepet kelar.
Semoga, ini lagi giat terus berdoa dan mohon doa. Jadi, bakalan
ngebahas gak jauh-jauh seputar cerita skripsinya dan kejadian yang
mengiringinya. Alah, bahasanya kecakepan. Aslinya saya itu gak bisa
ngadepin skripsi dan bertatap muka terlalu lama dengannya. Asli, saya
nulisnya sempoyongan kalo lebih dari tiga jam. Sehari nulis, dua hari
gak pegang. Lupakan. Ini tidak baik. Jadi saya ubah strategi untuk
mengerjakan sebentar, istirahat, ngerjakan lagi nanti, istirahat
sebentar, dan hasilnya sebentar-sebentar istirahat. <i>Pffiuh...</i>
saya berusaha tekun dan istiqomah, karena konon katanya sodara2, Allah
lebih seneng amalan kita yang sedikit tapi konsisten. Oke, ini prinsip.<br />
<br />
Untuk tema skripsi yang saya garap, adalah tentang <b>"</b>bank syariah". Iya, ekonomi Islam... <i>gak sesuai jurusan ya?</i> emang. <i>susah dong</i>? enggak juga. <i>kenapa nekat amat ambil tema itu?</i> asik aja, minat saya dai dulu emang ekonomi Islam. Cuman nyasar aja di jurusan ekonomi pembangunan. <i>salah jurusan?</i>
bisa iya, bisa tidak. Bisa jadi tidak lah... saya selalu bersyukur kok,
belajar di mana aja. Nah, karena agak-agak nyeleneh dari jurusan asli
saya, saya otomatis harus punya pendirian. Dosen-dosen saya, agaknya
juga asik-asik aja. jadi mari kita lanjutkan. Hidup dengan <i>passion</i>,
mari kita ikuti aturan mainnya. Putuskan, hadapi dan kerjakan
sebaik-baiknya. InsyaAllah sudah mantap ambil tema ini, bahkan dulu
awalnya saya ambil jurusan D3 perbankan Syariah kok. Jadi, gak ada yang
perlu kita ributin dan digalaukan soal tema ini. Pasti lebih banyak
tantangannya dong, secara saya hanya punya bekal yang sedikit tentang
ekonomi syariah. Tapi apa daya, saya sudah mengetuk palu sebelum sidang
(sidang skripsi maksudnya).<br />
<br />
Oke, mari kita berdamai dengan
keadaan. Ekonomi syariah, ekonomi Islam, perbankan syariah, oke saya
akan berdamai dengan kalian. <br />
<br />
Semoga dukungan selalu bersama orang-orang yang yakin. Semoga.<br />
<br />
<br />
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhinBQvvLIjWORwye8mNFq5N2ITNugOQ3JxA-6uPb-ZLe-Nr_FN4cfNviihHvO0vhQX6J_HqlRDYmqmHnt5gBHuFM5tBjBcSFLF6wje9yQRzVKHV7R9sMAKbChwvt0nXACuRBE0Smfe01w/s1600/Islamic-bankingAustralia.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhinBQvvLIjWORwye8mNFq5N2ITNugOQ3JxA-6uPb-ZLe-Nr_FN4cfNviihHvO0vhQX6J_HqlRDYmqmHnt5gBHuFM5tBjBcSFLF6wje9yQRzVKHV7R9sMAKbChwvt0nXACuRBE0Smfe01w/s320/Islamic-bankingAustralia.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">ini tema skripsi saya</td></tr>
</tbody></table>
khalilaindrianahttp://www.blogger.com/profile/01993135737071040046noreply@blogger.com0