Artikel berikut adalah repost artikel kedua saya yang di muat di Koran PONOROGO POS di rubrik Berita Opini.
Alhamdulillah, semoga makin manfaat untuk pembaca sekalian.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
source photos by google
source photos by google
Oleh: Khona Indriana
Mahasiswi Semester 4 Fakultas Ekonomi EP 2010 Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
Kelap-kelip lampu
di kota, terbayang oleh kita suasana kota besar yang penuh gemerlap oleh cahaya
lampu yang menawan. Tak ubahnya kota metropolitan seperti Jakarta atau
Surabaya, kota Ponorogo masa kini mulai semarak dengan hiasan lampu di
sana-sini. Namun, nampak sesuatu yang berbeda. Pasalnya, bukannya dari
gedung-gedung maupun pertokoan lampu-lampu tersebut terpancar. Tapi taukah
anda,ternyata lampu hias dari sebuah becak! Masyarakat mengenalnya sebagai “Becak Cinta”. Ya, inilah salah satu
fenomena yang kini tengah hangat menjadi tranding
topic diperbincangkan masyarakat Ponorogo. Becak unik dengan hiasan lampu
warna-warni ini, dapat kita jumpai berseliweran di seputaran alon-alon kota
sebagai lokasi operasinya.
Becak merupakan
salah satu alat transportasi yang...
cukup populer di kota Ponorogo. Kendaraan
beroda tiga ini dikenal ramah lingkungan karena prinsipnya sama, yakni dikayuh
seperti sepeda. Para tukang becak biasa mangkal
di tempat-tempat yang strategis menanti calon penumpang, seperti di seputaran pasar, area terminal, maupun di dekat sekolah. Tetapi,
ada pula yang sudah memiliki langganan tetap. Tarifnya pun relatif masih
terjangkau berkisar 5-10 ribu rupiah saja, tergantung jauh dekatnya jarak
tempuh ke tempat tujuan.
Meskipun pada
kenyataannya, dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, becak mulai turun
pamornya sebagai sarana transportasi andalan. Salah satu faktor pemicunya
mungkin karena maraknya kredit motor dengan cicilan yang relatif murah,
masyarakat cenderung beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi pilihan.
Selain faktor-faktor lain seperti kecepatan dan fleksibelitas. Namun, becak tetap
memiliki daya tarik tersendiri di hati pelanggannya. Ada suatu kenikmatan atau
kenyamanan yang dirasakan ketika menaikinya.
Dalam
perkembangannya, becak mengalami beberapa inovasi seperti halnya becak motor.
Dengan penambahan mesin atau motor pada becak, tukang becak tak lagi terlalu
kepayahan untuk mengayuh becak sehingga lebih hemat tenaga, tapi tidak berlaku
bagi pemakaian bahan bakar dan polusi yang ditimbulkan. Inovasi yang terus
menerus ikut menggelitik para pelaku kreatif kota Ponorogo. Becak yang semula
hanya berfungsi sebagai alat transportasi kini berubah menjadi ladang bisnis yang
menjanjikan di tangan mereka.
Berangkat dari
ide yang kreatif tersebut, becak dimodifikasi sedemikian rupa yakni dihias
dengan lampu kecil-kecil yang berwarna-warni di sekujur body becak. Agar lebih menarik di bagian depan sebelah atas, lampu
tersebut dililitkan meliuk-liuk membentuk
tulisan “CINTA”, “BECAK”, dan
sebagainya. Sungguh menjadi pemandangan yang sangat cantik dan indah apalagi
ketika becak tersebut berseliweran di jalan-jalan sekitar alon-alon kota.
Keistimewaan
lain, becak cinta memiliki pedal yang
dapat dikayuh oleh dua orang, sedangkan dalam satu unit becak dapat diisi
sekitar 4-5 orang penumpang! Pelanggan bebas mengayuh sendiri becak yang disewakan
oleh si empunya untuk berkeliling bersama keluarga, pasangan, atau dikayuh oleh
si tukang becak. Tergantung selera
anda. Harga yang ditawarkan rata-rata Rp 10.000 untuk per satu putaran mengelilingi
alon-alon, sedangkan untuk rute memutari hingga kawasan pasar Songgolangit akan
di kenakan tarif hingga Rp 30.000.
Menurut pandangan
saya, ditinjau dari sudut pandang ekonomi, fenomena becak cinta merupakan salah
satu wujud dari para pelaku creativepreneur
yaitu pengusaha yang menggabungkan unsur kreatifitas dan ide usaha, untuk
menjadi sebuah bisnis yang mendatangkan keuntungan berlipat. Bagaimana sentuhan
kreatifitas mengubah sesuatu yang biasa menjadi luar biasa dan bernilai tambah.
Di awal pemaparan dijelaskan becak yang secara fungsional adalah sebagai sarana
transportasi, kini mulai berubah fungsi menjadi sarana hiburan, dikendarai berkeliling
menikmati suasana kota, atau sekedar untuk memanjakan diri bersama keluarga dan
teman-teman. Menilik tarif yang ditawarkan, becak cinta bernilai jual lebih tinggi
(dengan perhitungan modal dan tenaga yang dikeluarkan) dibandingkan dengan
tarif becak biasa.
Becak cinta saat
ini tengah menjadi primadona, sebagai alternatif hiburan rakyat menyusul
pendahulunya yaitu dokar dan kereta mini. Hadirnya becak cinta, semakin membuka
mata kita bahwa ide-ide kreatif masyarakat Ponorogo didukung insting bisnis yang kuat, dapat mendorong
perekonomian rakyat selangkah lebih meningkat. Tinggal menyesuaikan dengan
penerapan prinsip ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Tidak jadi soal seberapa modal
yang dimiliki, yang penting adalah pelaku ekonomi harus jeli membaca trend yang
sedang digandrungi masyarakat. Jadikan hal tersebut sebagai potensi, untuk
kemudian digarap menjadi usaha yang terus dapat dikembangkan. Jadi, sampai
disini sudahkah mulai muncul ide bisnis kreatif lainnya dalam benak anda?
“Becak Cinta”, namanya saja becak cinta. Yang berkesempatan
menjajal keunikan becak cinta, sudah pasti ingin merasakan kenyamanan bersama
orang-orang tercinta. Kalau biasanya, cinta itu dari mata turun ke hati. Ternyata,
kini cinta dari hati bisa jadi turun ke becak. Ada-ada saja, ya... Jika ada
kesempatan, boleh lah meluangkan waktu sejenak, ke alon-alon kota untuk mencoba
pengalaman naik becak cinta. Saat weekend
atau selagi liburan, mengajak pasangan,kawan-kawan atau keluarga. Selamat
mencoba!
No comments:
Post a Comment