Khalila Butik Hijab Syar'i

Friday, July 13, 2012

Ketika si Jahil Menyapa Seorang Muslimah (Part-2)


image by google

Bismillahirrahmanirrahiim...

Jika ingin membaca tulisan ini lebih lanjut, ada baiknya anda baca baik-baik Part 1 terlebih dahulu, ya. Biar nyambung, biar tidak salah pemahaman. Okey, kita lanjut pembahasannya...

Jika seorang muslimah dapat bersikap dengan baik dalam menanggapi perlakuan si jahil, tentunya akan sesuai dengan sikap seharusnya seorang muslimah yang shalihah. Namun tak jarang malah ironi yang terjadi. Sebenarnya, siapa sih yang ingin diperlakukan tak sopan oleh orang lain? Jika begitu, coba koreksi ulang. Jangan serta merta menyalahkan si ‘penggoda’ tadi. Mungkin ada yang salah dalam langkah gerak para muslimah ini, niat yang kurang lurus misalnya. Atau benih-benih ujub yang bersemi dalam hati. “Wah, kalau aku lewat depan mereka, gimana ya?” atau “Jilbabku sudah matching sama warna bajuku belum, ya?” Nah lo, padahal belum tentu ada yang memandang. Hehehe.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman 31:18)

Siapkah kita menampilkan sikap yang baik setiap saat dalam kehidupan kita? Adakah senyum itu senantiasa menghiasi wajah kita? Akhlak adalah sesuatu yang tidak hanya terjadi secara alamiah. Akhlak yang baik itu perlu pembiasaan yang dilakukan secara kontinyu. Menjadi muslim-muslimah yang kaffah, harus melalui proses yang panjang. Jika kita berfikir untuk langsung menjadi sosok yang menawan, tapi mengapa seringkali lupa pada prosesnya. Kadang langkah terhenti karena ragu, bisakah saya menjadi orang baik? Mampukah saya menjadi hamba Allah yang taat? Dan seterusnya. Ketahuilah, sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Namun, kita hidup untuk berproses menuju kaffah.


“Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai” (QS. Luqman 31:19)

Lewat depan siapapun tak peduli itu orang penting atau bukan, kewajibannya adalah bersikap sopan, santun dan sederhana. Tidak akan membuat kita merasa lebih penting atau merasa terhina dari sebelumnya. Kalau mau berlenggak-lenggok, bukankah  itu sudah ada tempatnyaIngat, dunia ini diciptakan bukn hanya sebagai catwalk bagi manusia yang punya setitik kesombongan dalam hatinya. Jalan yang kita lewati bukanlah red carpet yang setiap gerak kita akan disorot dan dikomentari. Meski terkadang fakta di dunia, manusia itu hobinya saling melempar komentar. Yang benar jadi ghibah, yang salah jadilah fitnah.

Seorang muslimah itu, seluruh tubuhnya adalah aurat kecuali wajah dan telapak tangan. Ada yang berpendapat bahwa suara juga menjadi salah satunya. Itulah mengapa dalam ayat di atas kita dianjurkan untuk melunakkan suara. Tak pantas lah, seorang wanita mengumbar suaranya yang aduhai merdunya. Dibuat mendayu-dayu agar terdengar menggoda. Apalagi untuk berteriak-teriak, bisa kiamat dunia. Kecuali mempertegas suara untuk menebar salam/ilmu atau disimak bacaan al-Qur’an-nya.

Nah, kalau sudah begitu maka kewajiban kita tinggal menyelaraskan sikap dan perilaku kita masing-masing. Tiap akhlak satu orang muslim/muslimah adalah cerminan akhlak saudara sesama muslim lainnya. Bahkan, jika ingin mengetahui akhlak seseorang, lihatlah/tanyakan pada orang yang ada di dekatnya. Maka berhati-hati dalam bertindak untuk selalu dalam kebaikan maka akan ikut menjaga kehormatan identitas muslim yang kita sandang.

Janganlah berlaku egois, “Biarin aja gue masih kayak gini, apa urusannya lo ama gue. Gak ngaruh kali...”. Eits, bisa jadi kita adalah biang persepsi miring yang sering kita dengar tentang image seorang muslim. Huhu, padahal satu sisi banyak juga yang mati-matian mempertahankan dirinya untuk senantiasa berlaku yang baik dalam setiap langkah geraknya. Cerminan atau gambaran sosok seorang muslim, yang pertama dilihat adalah penampilannya (penampilan akan menunjukkan perhatiannya pada apa-apa yang ia kenakan), lalu tutur kata, kemudian sikapnya. Keseluruhan dari itu semua akan menunjukkan akhlak dan hatinya.

“Laa tahqiranna minal ma’rufi syaian-wa lau an-talqa akhaaka bi wajhin thalqin...”
Dari abu Dzar ia berkata, Nabi bersabda kepadaku: “Janganlah engkau meremehkan suatu kebaikan apapun, walaupun engkau bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” (HR.  Muslim)
Lalu, apa susahnya menjadi pribadi yang lebih ramah? Apalagi itu merupakan hal yang bernilai kebaikan. Adakah kita masih berat untuk ‘sekedar’ berucap salam dan melemparkan senyuman terbaik kita pada saudara kita yang muslim? Sungguh tak terbayang, keberkahan doa yang di-ijabah ketika sesama muslim saling mendoakan. Maka, masukan khususnya bagi para muslimah, menjadi muslimah yang disenangi oleh banyak orang atau tidak adalah sebuah pilihan.
Banyak yang berkata dirimu shalihah, maka buktikanlah bahwa mereka benar. Kalau di sapa agakbeda saja sudah salah tingkah, disapa jahil malah berbalas sumpah serapah takkan ada lagi ketenangan yang harusnya kita tunjukkan. Satu kali keburukan yang engkau semai, image seorang muslimah yang tak baik bukan hanya akan ditujukan padamu. Tapi akan tersemat di tiap dahi setiap muslimah di manapun berada. Right?

“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tesesat di jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi, jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang bersabar.” (QS. An-Nahl 16: 125-126)
Selama ada cara yang terbaik untuk menghadapi hal yang tak baik, maka tempuhlah jalan itu. Membalasnya? Bolehkah demikian? Boleh saja... Tapi, coba deh difikir-fikir lagi klo mau balas kejahatan dengan kejahatan. Kata Muhammad Assad, dalam bukunya Notes From Qatar 2, hal itu cuma bakal jadi dendam berkepanjangan. Maka, selalu berbuat baiklah kepada siapapun. Bahkan kepada orang yang telah berbuat jahat kepada kita. Jika kita mau mengamalkan ayat di atas, maka kita akan menjadi insan yang luar biasa. Meski orang lain berbuat aniaya pada kita, dengan segera kita berlapang hati untuk memaafkannya. Tetaplah berbuat baik kepadanya. Lalu kita bersabar atasnya. Toh, kita balas atau tidak... ada Allah yang akan membalas mereka setara dengan perbuatannya. Siapkah kita menjadi pribadi yang demikian?

Sedikit pesan-pesan nih. Buat yang suka jahil atau temennya yang hobi jahil seperti dalam cerita, masihkah punya alasan untuk menjahili para muslimah? Tolong segera berbenah diri ya, soalnya kadang muslimah-muslimah itu sebenarnya tak punya banyak waktu untuk kalian. Beneran deh. Oh ya, jangan lupa baca notes ini, mulai part 1 lalu lanjut part 2. Hehehe. Bagi para muslimah, mari belajar menjadi cerminan sosok muslimah yang sebenarnya. Amalkan tiap-tiap ilmu yang kita dapat, yang nantinya menjadi ciri/identitas muslimah yang rahmatan lil ‘alamin. Bukan yang sembarangan bisa digodain. Okey!

Terakhir, sebenarnya masih banyak yang dapat kita uraikan mengenai hal ini. Apalagi pembahasan ini kaitannya terjadi dalam keseharian kita. Sungguh, ini hanya lintasan pemikiran saya yang mungkin baru dapat saya uraikan secara dangkal. Mungkin ada sisi ego saya sebagai seorang muslimah. Namun saya berusaha memandang dari sisi objektifitas, berdasarkan fakta dan menyelaraskannya dengan al-Qur’an dan Sunnah. Memandang dari banyak sisi, selalu membuat saya belajar. Apa yang saya anggap benar,tentunya masih ada yang Maha Benar.

Wallahua’lam bi ash-shawab.

Pejuang pena, berjihad dengan ilmu lewat goresan tintanya.

No comments:

Post a Comment