“Batu-batu besar itu harus segera dipecahkan. Menjadi kerikil yang lebih kecil ukurannya. Agar dapat segera disusun di jalanan berlubang, kemudian di aspal, agar menjadi jalanan yang mulus.”
Seperti halnya sebuah masalah. Terkadang jalan hidup kita di dunia tak selalu mulus. Banyaknya problematika yang harus dihadapi, baik itu dari masalah yang kecil hingga masalah yang besar. Jika masalah ibarat batu yang besar, maka masalah tersebut harus segera di pilah-pilah agar lebih sederhana dan semakin mudah menghadapinya.
Terkadang kita sibuk mengeluh beratnya hidup dengan berbagai masalah. Dalam al-Qur’an Allah berfirman yang artinya, ”Allah tidak akan membebani seseorang dengan ujian melainkan sekadar dengan kesanggupannya.” Allah tidak hendak menyulitkan hidup manusia. Bahkan tujuan manusia di ciptakan oleh Allah adalah untuk dimuliakan. Seringkali, kita berfokus pada masalah itu sendiri, padahal hal tersebut akan semakin memperparah keadaan. Maka, apa yang sebenarnya harus kita lakukan?
Pertama, mengingat Allah. Ketahuilah, bahwa segala masalah adalah bentuk perhatian Allah kepada kita. Itu adalah bukti Allah sedang memperhatikan kita. Allah berfirman”Apakah mereka mengira tidak akan datang ujian kepada mereka setelah mereka mengatakan ‘saya telah beriman’.” Maka, berbahagialah bagi yang sedang dirundung masalah, Allah sedang menunjukkan kasih sayangnya pada kita! Jangan sampai kita terlena, hidup tanpa masalah belum tentu selamanya baik bagi kita. Jangan-jangan itu karena Allah tiada menginginkan agar kita agar lebih dekat dengan-Nya. Na’udzubillah.
Kedua, memilah-milah masalah. Pandailah memilah masalah yang tengah kita hadapi. Kita mungkin merasa berat dengan beban masalah yang di pikul. Namun kita masih bisa membagi-baginya menurut tingkat kesulitan yang ada. Lalu ‘menjinjiing’nya, niscaya akan lebih ringan. Berusaha menyelesaikannya satu persatu. Hendaklah bersikap bijak dan fokus untuk mencari solusi. Bukan berfokus pada masalahnya.
Ketiga, tidak menyalahkan orang lain. Kebanyakan dari sifat manusia adalah suka menyalahkan orang lain. Tak peduli siapa yang bersalah, manusia cenderung berfikir negatif pada orang-orang di sekitarnya. Menganggap tindakannya yang paling benar, merasa oarang lain yang harus bertanggungjawab pada masalah yang menimpa diri kita. Padahal, setiap perbuatan sekecil yang kita lakukan pasti ada balasannya. Apa yang kita tanam, itulah yang akan kita petik. Tak ada asap jika tiada api. Jadi, belajarlah untuk introspeksi diri. Kita koreksi apa yang salah dalam tindakan kita, sebelum menyalahkan orang lain. Apalagi menggugat takdir Allah. Mintalah petunjuk dari Allah SWT.
Keempat, sabar. Innallaha ma’a shaabiriin. Allah senantiasa bersama orang-orang yang sabar. Masalah tetaplah sebuah masalah, tergantung bagaimana menyikapinya. Apakah dengan emosi atau dengan kepala yang dingin. Keunggulan seorang muslim adalah apabila ia diberi rezeki olah Allah,maka ia bersyukur. Dan apabila ia di timpakan masalah, maka ia bersabar. Dan keduanya adalah sama baiknya. Karena, baginya masalah adalah rezeki juga. Seperti yang di sebutkan di atas, bahwa Allah sedang memperhatikan kita. Allah memberi kesempatan pada kita untuk ‘naik kelas’ tingkat keimanan kita. Subhanallah.
Kelima, sekaligus yang terakhir adalah tawakkal. Ya, tawakkal adalah menyerahkan segala urusan kembali kepada Allah SWT. Tiada hak dalam diri kita untuk menentukan yang terbaik bagi diri kita, menurut prasangka kita sendiri. Namun ketahuilah bahwa Allah itu, menurut persangkaan hambanya. “Boleh jadi engkau tidak menyukai apa yang Allah putuskan kepadamu, padahal itu yang terbaik bagimu. Dan Apa-apa yang menurutmu baik, belum tentu yang terbaik di mata Allah.” Tugas kita hanyalah berikhtiar untuk meraih takdir yang terbaik bagi diri kita. Sedangkan, Allah-lah yang Maha Menentukan. Ingat, menerima takdir adalah salah satu tanda keimanan seorang muslim.
Jadi, tetaplah bersikap positif dalam menghadapi masalah. Bagaimana cara kita menghadapi masalah akan menunjukkan kedewasaan kita dalam bersikap. Seperti batu besar yang telah berubah menjadi kerikil, kita siap menyusunnya pada jalan berlubang, membuatnya rata dan enak untuk kita lewati. Masalah besar kita pilah, diolah dan menyusunnya menjadi kekuatan yang akan memuluskan jalan kita dalam meraih keridhoan Allah Ta’ala. Ingat akan janji Allah dalam surah Al-Insyirah,”Bersama kesulitan, ada kemudahan. Dan bersama kesulitan ada kemudahan.” Jadi, bersama (bukan setelah) kesulitan itu hadir, datang pula pertolongan Allah (kemudahan). Tiada yang lebih indah dari memandang masalah layaknya pelangi yang menghiasi hidup kita. Seperti kepingan puzzle yang harus tetap di susun pada tempatnya. Selamat memecahkan batu menjadi kerikil ya!
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Pagi menyapa,
Saturday, May 5th 2012
PS: Untuk yang lagi galau-galau banyak masalah, ayo... sederhanakan yang rumit. Jangan memperumit yang sederhana. Semoga bermanfaat...
No comments:
Post a Comment