Tulisan ini lahir berangkat dari ceramah seorang ustadz bernama Ustadz Abdurrohim, dalam sebuah acara pengajian 'peringatan Isra' Mi'raj' di masjid kampungku. Tak seperti biasa, acara malam ini disambut meriah oleh hujan lebat yang ikut hadir, Bersama-sama rombongan jamaah masjid yang tak kalah semangat menembus rinai hujan. Acara berlangsung riuh di serambi masjid. Kontan dingin terasa menusuk kulit, menembus seperti hendak membekukan arteri.
Sang Ustadz yang tampak santai, sudah diwanti-wanti oleh ketua takmir. Agar beliau menyampaikan isi ceramah dengan bahasa yang 'merakyat' alias mudah dicerna jamaah. "Bahasanya jangan tinggi-tinggi, nanti malah tidak paham." Mungkin pengalaman dari ceramah acara sebelumnya, seingat saya memang bahasanya tingkat tinggi. Alhasil, jamaah pun tak bisa mengelak lebih menuruti kantuknya, tidur berjamaah saat pengajian berlangsung.
Satu poin saja yang paling saya ingat, dan paling menarik yang ingin saya utarakan. Yaitu saat si ustadz menjelaskan analogi tentang shalat berjamaah. Shalat berjamaah itu, ibarat kita membeli kedelai. Belinya pasti ombyokkan alias kiloan, langsung banyak. Jika dalam satu kilo ada yang krewek alias boncel eh, apa ya bahasanya... kedelainya kualitasnya kurang bagus maksud saya. Maka, tetap saja kedelai itu akan ikut 'terbeli' karena kita belinya tidak perbiji.
Begitu pula dengan shalat berjamaah. Meski makmum dalam shaf shalat berjamaah tersebut ada yang kewek alias tidak khusyuk shalatnya tetapi jika imamnya saja sudah khusyuk, maka malaikat tetap mencatat seluruhnya dengan status "KHUSYUK". Asyik kan? Itu ustadznya lho yang bilang. tapi, bukan berarti kita bisa seenaknya dalam shalat ya? Kita kan hanya dianjurkan untuk selalu berusaha khusyuk dalam shalat kita. Terlebih, yang saya tahu.. tandanya shalat khusyuk itu bukan saat shalat berlangsung saja. Tapi bagaimana selepas kita shalat, ada perubahan yang signifikan atau tidak dalam hidup kita dan lingkungan kita.
Jadi, memang banyak sekali keutamaan shalat berjamaah. Selain hal tersebut di atas, shalat berjamaah juga dapat mempererat silaturahim, pahala yang berlipat derajatnya, serta dapat meramaikan masjid. Masjid yang bagus bukan hanya yang megah, tapi yang selalu ramai oleh kegiatan jamaah. Apakah yang menulis ini termasuk yang sudah meramaikan masjid? Sayapun masih jauh dari hal tersebut. Doakan ya, semoga segera insyaf. Ramadhan segera datang menyambut, bisa dipastikan masjid-masjid akan makin ramai saat isya', tarawih dan shubuh. Juga saat tadarusan. Full, gak setengah-setengah. Paling baru berguguran kalau sudah mendekati akhir Ramadhan, karena kebanyakan agenda buka bersama. Tapi, pasti ramai juga yang i'tikaf sepuluh hari terakhir. Countdown timer, Rmadhan menanti 39 hari di depan mata. Mari persiapkan diri. Semoga kita diberikan ke-istiqomahan. Aamiin.
Khalila Indriana, 2013.
100 hari, PSH jalan lagi
No comments:
Post a Comment