Sand animator atau ‘pelukis pasir’ akhir-akhir ini mulai akrab oleh
kita karena terekspose keberdaannya di media. Sebut saja Denny Darko, yang awalnya
sebagai pesulap kemudian melakukan differensiasi dengan merambah bidang lain
yakni bidang seni yang tak lazim ditekuni. Pada tahun 2009, ia menjajal
keahliannya dengan menjadi seorang pelukis pasir pertama di Indonesia. Ada lagi
nama Vina Candrawati, finalis salah satu ajang pencarian bakat yang hampir
setiap minggu dapat kita nikmati penampilannya di layar kaca. Sebenarnya, apa
dan bagaimana konsep pelukis pasir dalam berkarya? Hal ini cukup menggelitik
saya untuk menguraikannya lebih dalam.
Sand animation adalah seni melukis menggunakan media pasir. Pasir
secara acak digoreskan di atas meja kaca yang disinari cahaya yang berpendar
dari bawah. Pelukis pasir akan menguraikan sebuah kisah lewat lukisan pasir
yang terus berubah, dari satu frame ke frame berikutnya. Transformasi yang
dilakukan tanpa putus tentu menyita perhatian kita untuk tidak beralih pandang
sebelum permainan selesai. Layaknya melihat sebuah pertunjukan wayang yang di
tampilkan dalang kondang, namun ini divisualisasikan lewat ilustrasi media yang
abstrak, sambil diiringi musik yang sesuai dengan tema cerita yang dibawakan.
Penemu sand animation modern berasal dari Budapest bernama Ferenc Cako,
ditemukan pada tahun 1994. Kemudian, terukir nama Kseniya Simonova pelukis
pasir dunia yang mengawali kesuksesannya setelah menjadi pemenang ajang Ukraine’s
Got Talent. Di tiap negara, jumlah pelukis pasir masih sangat sedikit.
Paling banyak hanya sekitar 3 orang. Sehingga, pertunjukan pelukis pasir
menjadi sangat menarik untuk dinikmati.
Dalam konteksnya, kebanyakan
karya seni baru dapat kita lihat hasil akhirnya. Masih jarang yang dapat kita
ikuti proses pembuatannya. Keunikan seni lukisan pasir adalah karyanya secara
maraton berubah dari gambar satu ke yang lain namun masih dalam satu cerita. Ia
tidak menunggu pelukis selesai membuatnya lalu dinikmati, namun yang kita
nikmati adalah prosesnya. Lucunya, kita akan dibuat tercengang karena gambar
yang dibuat susah payah langsung dihapus berganti ke gambar berikutnya. Lalu, bagaimana
dengan wujud hasil karyanya? Tidak ada, lukisan pasir berbicara tentang
perjalanannya bukan hasil akhirnya. Jadi, lukisan pasir adalah experience. Ia menyuguhkan cerita secara
flash, karena pengalaman itu dapat
dinikmati ketika kita mengalami.
Menarik memang. Karena yang kita
tahu, terkadang hasil karya seni hanya dapat dinikmati oleh orang-orang tertentu
yang tahu dan tertarik di bidang seni. Ia dapat melihat experience-nya lewat karyanya. Tapi, pelukis pasir dapat
menunjukkan hal yang beda kepada kita sebagai orang awam. Sand animation dikemas secara apik menjadi sebuah karya seni yang
dapat menghibur penontonnya. Kita dibuat terkagum dan terpana oleh kibasan
pasir yang digores membentuk sebuah cerita yang bermakna. Cara mengabadikan sand animation yang paling pas saat ini
adalah dengan merekamnya dalam bentuk video. Kalau gambar, masih belum terlalu jelas
bagaimana kita dapat memahami alur cerita yang ingin disampaikan.
Jadi, jika hidup kita diibaratkan
cerita dalam lukisan pasir maka kira-kira bagaimana cara kita mengabadikannya? Dalam
bentuk apa kita mengarsipkan pengalaman-pengalaman kita? Jika anda sudah mampu
menjawabnya,beritahu saya. Jika belum maka temukan jawabannya di tulisan
berikutnya, pelukis pasir bagian ke-2.
PS: Tulisan ini terinspirasi
ketika saya melihat pelukis pasir di televisi dan membaca hasil wawancara
bersama Denny Darko, Magician and Indonesian
sand animator . Sumber referensi: google.com
Khalila Indriana, 2013.
100 hari penuh inspirasi
No comments:
Post a Comment