Kepedulian terhadap sesama merupakan hal yang tak terpisahkan dari sifat-sifat yang menaungi seseorang dalam berperilaku dan bersosialisasi dengan orang lain. Di jaman yang serba hitung-hitungan ini, manusia yang paling mendapat tempat di hati masyarakat adalah yang murah hati. Mereka yang melakukan segala sesuatu atas dasar kerelaan (tulus), bukan dari seberapa besar keuntungan yang akan diraih. Meski memang harus ada pengorbanan bagi orang lain yang ia pedulikan. Kalau bahasa orang jawa, sifat seperti itu disebut "loman", tidak eman-eman. Waktu, tenaga, pikiran seolah-olah sudah lunas terbayar asal orang lain dapat merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan. Tanpa pamrih, tanpa mengharap imbalan.
Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini dengan berbagai keutamaan,
di antaranya kesabaran dan murah hati (hilm). Rasulullah menegaskan
bahwa kesabaran dan kemurahhatian dapat membawa manfaat di dunia dan
menghasilkan pahala berlimpah di akhirat. Menurut Ibn Abi Dunya, sabar
dan murah hati merupakan puncak keutamaan, sumber kebaikan, dan pokok
ketentraman hidup manusia.
Banyak juga yang menganggap orang loman ini sudah langka alias jarang ada. Jadi, kalau menemui orang yang murah hati, ada saja komentar negatifnya yang muncul. Cari muka lah, gila aja jaman gini ada orang yang mau ngasih cuma-cuma, paling baiknya sekali-kali doang, dan seterusnya. Bahkan tak jarang orang yang berbuat baik dan murah hati ini malah dicurigai. Wah, miris juga ya.
Sikap positif dan apresiatif terhadap orang yang murah hati akan menimbulkan kepercayaan diri seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan lebih baik lagi. Bukan sekedar maksud menyanjung-nyanjung secara berlebihan, yang justru dapat menimbulkan kesombongan semata. Tetapi, menjadikan sifat murah hati menjadi lazim dalam kehidupan sehari-hari.
Pesan singkat yang ingin saya sampaikan adalah jangan ragu untuk berbuat kebaikan, milikilah sifat murah hati kepada sesama dalam bentuk apa saja. Entah itu harta, waktu, pemikiran, tenaga, lakukan apa saja selama itu beranfaat. Sedikit atau banyak yang mampu kita lakukan, pasti akan ada efeknya bagi orang lain dan kehidupan yang lebih baik. Benarkah tidak perlu hitung-hitungan? Iya, ada Allah yang menjaminnya. Allah punya pahala, Allah punya segalanya. Yakin, perhitungan Allah jauh lebih tepat dan tak diragukan ke-valid-annya.
Murah hati merupakan salah satu sifat Rasullullah yang patut kita teladani. Mengingat cerita Rasulullah yang tetap berbuat baik kepada seorang yahudi buta, tetap setia menyuapinya dengan lemah lembut meski si yahudi sangat membenci beliau. Muhammad sebagai Rasul utusan Allah. Begitulah seharusnya, berbuat baik kepada siapa saja. Bermurah hati dalam rangka mensyukuri nikmat yang Allah karuniakan.
Saya masih ingat betul kata-kata guru agama saya di SMA. Jika kita berani mengatakan nyoh (memberikan yang kita miliki di jalan Allah), maka Allah tanpa ragu akan membalasnya dengan nyoh nyoh nyoh nyoh.... (apapun akan Allah kabulkan). Wallahua'lam. :)
Khalila Indriana, 2013
100 hari, semangat menginsprasi
No comments:
Post a Comment