Chemistry yang saya maksud tentu tidak hanya terjadi melulu soal hubungan percintaan lawan jenis. Ya, ini memang diperlukan juga. Karena cinta tanpa adanya chemistry , seringkali memicu keretakan karena kebosanan dan ketidakcocokan di kemudian hari. Cepat atau lambat. Terlebih lagi dalam hubungan pertemanan, rekan kerja, anggota komunitas, chemistry sangat mempengaruhi kinerja serta kualitas suatu hubungan yang terjalin. Ketika kita memiliki sebuah kesempatan dimana kita bertemu dengan seseorang atau lebih yang memiliki visi, pandangan dan ketertarikan yang sama maka kita cenderung ingin mendekat dengannya. Mengapa? Karena kita merasa ide-ide yang kita fikirkan diterima. Selaras. Kita bilang begini, ia setuju. Ia berpendapat demikian, dengan cepat kita mengiyakan. Bahkan terkadang hal ekstrim yang terjadi kemudian adalah kita berusaha mencocok-cocokkan saja apa yang ada, hanya berfokus pada hal-hal yang disuka. Tanpa sadar kita tidak menunjukkan diri kita yang sebenarnya.
Jika kita menginginkan hubungan yang baik berlangsung, menghilangkan kepalsuan itu penting, kata Mira Kirshenbaum, penulis Is He Mr. Right? Everything You Need to Know Before You Commit. "Tidak menjadi diri sendiri adalah kesalahan yang sering orang perbuat saat tahap pendekatan," kata Kirshenbaum. "Mereka takut jika terlalu terbuka orang yang dimaksud tidak akan tertarik." Maka, chemistry begitu terasa kuat awal-awal lalu memudar seiring waktu berjalan.
Lalu, apakah kita yang awalnya tak ada chemistry sama sekali, tidak dapat berjalan bersama? Mungkin tidak juga, selama kita mau mengkondisikannya. Kalau Ustadz Salim A.Fillah bilang, yang diperlukan itu nadzar, melihat. Bukan sekedar ta'aruf. Melihat sesuatu yang paling menarik dari diri seseorang. Tidak perlu banyak-banyak tahu, tapi kita menerimanya dulu. Baru setelahnya kita akan temukan keunikan-keunikan dan kejutan darinya. Chemistry bukan hanya perkara persamaan yang segala sesuatunya begitu sempurna, cocok dalam setiap pertemuan, pembicaraan terasa menakjubkan. Tetapi bagaimana cara kita membangunnya menjadi sebuah dimensi keberagaman yang saling melengkapi, mewarnai, semakin menarik untuk terus dilanjutkan dijalani. Jadi, chemistry itu bukan semata-mata terbatas pada anugerah yang maha kuasa tetapi juga dapat terbangun karena terbiasa. Kuncinya tetap pada kejujuran, keterbukaan, komunikasi yang baik serta komitmen untuk mempertahankannya selalu seimbang.
Pribadi saya ingin menyampaikan, saya sendiri belum seratus persen berani berkata saya telah memahami ini. Masih dalam tataran pemahaman yang dangkal, untuk dapat pembaca kritisi. Dalam rangka belajar membangun cemistry antara saya dan Anda lewat apa yang saya tuliskan.
Khalila Indriana, 2013.
100 hari, sudah H-50 menuju Catatan Ramadhan.
jadi paham apa itu chemistry, trims masukanya
ReplyDeletesama-sama.. semoga bermanfaat :)
Delete