Khalila Butik Hijab Syar'i

Friday, May 17, 2013

Makna Satu Kata #26 TOLONG: Tentang Mengapa Kita Sedia Berbuat


Manusia sebagai makhluk sosial, diciptakan ke dunia ini tidak sendiri. Mereka hidup bersama dan berinteraksi satu sama lain karena dasar saling membutuhkan, memberi  juga menerima. Masing-masing telah dikaruniakan kelebihan di samping kekurangan, itu sunatullah. Seperti firman-Nya yang termaktub dalam surah Al-Nahl ayat 71,

“Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki (lantaran usaha masing-masing kamu jelas berbeda-beda). Tetapi orang-orang yang dilebihkan (rezekinya itu) tidak mau memberikan rezeki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rezeki itu. Apakah mereka mengingkari (dan tidak mensyukuri) nikmat Allah?” 

Kelebihan itu bukan untuk kita jadikan bahan berbangga diri semata, tetapi  untuk mengembangkan diri serta menumbuhkan rasa untuk berbagi. Semakin kita mengerti setiap hal yang kita miliki terdapat hak orang lain, maka tiada keraguan untuk memberi. Ada Allah yang maha Memiliki apa yang ada di langit, di bumi serta di antaranya. Memiliki sikap berbagi adalah wujud tanggung jawab terhadap amanah yang Ia titipkan pada kita.

Ketika saya belajar tentang ekonomi misalnya, hubungan interaksi  tersebut bisa terwujud dalam suatu kegiatan berbisnis. Ada etika yang harus kita ikuti agar tujuan bersama dapat tercapai, saling menguntungkan dari kedua belah pihak dan bukan sebaliknya. Syed Nawab Haidar Naqvi, dalam buku “Etika dan Ilmu Ekonomi: Suatu Sistesis Islami”, memaparkan empat aksioma etika ekonomi, yaitu, tauhid, keseimbangan (keadilan), kebebasan, tanggung jawab.

Pertama, tauhid menyadarkan bahwa manusia adalah makhluk ilahiyah yakni makhluk yang bertuhan. Jadi, ketika ia melakukan kegiatan apapun termasuk berbisnis maka hal tersebut ia lakukan semata-mata karena menjalankan perintah Allah SWT. Selalu ada kontrol diri, karena ia menyadari bahwa ia berada dalam pengawasan-Nya. Kedua, keseimbangan dan keadilan mengedepankan setiap perilaku bisnis harus seimbang dan adil. Ia tidak akan mengagungkan kepemilikan harta individu yang berlebihan, namun setiap keping harta ada fungsi sosial yang harus diperhatiakan di sana.

Ketiga, kebebasan. Artinya, manusia memiliki hak kebebasan untuk melakukan aktivitas bisnis. Jika kita mengikuti aspek dalam bermuamalah, maka berlaku padanya kaidah umum, “Semua boleh kecuali yang dilarang”. Namun, kebebasan di sini tentu mengedepankan prinsip kebebasan yang adil dan bertanggungjawab. Keempat, tanggung jawab. Pada dasarnya segala sesuatu kelak akan di mintai pertanggungjawabannya. Termasuk tanggung jawab moral terhadap Allah SWT dalam setiap gerak bisnis yang kita jalankan.

Secara praktik, etika bisnis yang sesuai syariat telah di contohkan oleh Rasulullah SAW  ketika beliau berdagang. Paling mendasar adalah soal kejujuran beliau sampai-sampai gelar Al-Amin sangat melekat pada sosok Rasulullah. Banyak sekali yang dapat kita teladani agar bisnis yang kita jalani menjadi berkah tersendiri bagi semua yang terlibat, jadi bukan hanya berpusat pada kepentingan pribadi. Kembali pada judul tulisan saya kali ini. Setiap perbuatan kita tentu memiliki landasan yang menggerakkan diri kita mau melakukannya, termasuk dalam bisnis yang kita jalani. Mengapa kita bersedia melakukannya untuk orang lain? Padahal terkadang hal tersebut kurang menguntungkan bagi kita.

Dalam ekonomi Islam, pelaku bisnis tidak semata-mata mencari keuntungan sebanyak-banyaknya namun juga berorientasi pada ta’awun (menolong orang lain). Caranya dengan mempermudah orang lain yang berbisnis dengan kita untuk meraih rezeki. Niat berbisnis karena Allah akan membuat kita sadar untuk lebih peduli terhadap kepentingan makhluk Allah yang lain. Selalu ingat, jika kita memudahkan orang lain, maka Allah akan memudahkan urusan kita. Karena mencari rezeki yang halal adalah perintah agama yang kita yakini, maka peran kita menjadi begitu besar. Sebagaimana janji Allah dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 7,

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” 

Menolong, bukan sekedar mengasihani. Ketika kita tak lagi mengerti, mengapa banyak manusia yang enggan menjalani.

Khalila Indriana, 2013.
100 hari, inspirasi yang harus dikemas lebih rapi

No comments:

Post a Comment