Khalila Butik Hijab Syar'i

Sunday, May 20, 2012

Kompetisi Melawan Diri Sendiri

image by google


*artikel ini di publikasikan di Mading AlMa Zone, mading Lembaga Dakwah Kampus UKMI Al Manar Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Sudah menjadi perkara yang biasa jika kita bertanding dalam suatu perlombaan, turnamen, kompetisi dan seterusnya, melawan rival kita untuk menduduki posisi juara. Terkadang kita menyusun strategi yang matang agar lebih siap menghadapi lawan. Kita memprediksi, meneliti kelemahan-kelemahan lawan kita, dan berusaha mempersiapkan ‘senjata’ yang ampuh untuk menjadi pemenangnya. Diluar itu semua, kita juga mempersiapkan amunisi, untuk mengasah kelebihan kita sendiri. Namun, apabila kita memahami bahwa sebenarnya dalam diri manusia ada yang jauh lebih berat yang harus kita hadapi. Siapa?
Yup, benar sekali. Sebenarnya, diri kita sendiri-lah lawan yang paling berat untuk dapat kita taklukkan. Disaat hati kita ingin melakukan hal yang kita sukai, boleh jadi Allah melarangnya. Allah tidak meridhoinya. Namun di saat Allah memerintahkan untuk dikerjakan, kita malah mangkir. Ya, begitulah sifat manusia. Selain akal dan fikiran, manusia dikaruniakan hawa nafsu yang mempengaruhi setiap gerak langkahnya. Terkadang nafsu kita jauh lebih besar pengaruhnya dari akal sehat dan hati nurani. Menuruti hawa nafsu, meskipun niatnya baik terkadang menimbulkan cara yang salah dalam praktiknya. Maka, tugas kita adalah me-manage-nya agar tidak timbul sesuatu yang berlebihan dan bertentangan dengan kehendak Allah Swt.
Lalu, di manakah letak hawa nafsu itu? Tak lain ada dalam diri kita sendiri! Itulah tantangannya, jika kita berkompetisi dengan orang lain pengaruh bisa jadi dari pihak eksternal. Kita dapat merumuskan stategi perlawanan dan defence-nya dengan melihat lawan kita. Namun, jika yang harus kita lawan ternyata adalah diri kita sendiri, harusnya kita jauh lebih paham apa yang harus kita lakukan. Memang, seorang manusia tak dapat melihat tengkuknya sendiri. Namun, kita masih bisa bercermin bukan? Bercermin dengan apa dan lewat apa? Bercermin dari pengalaman, history kita sendiri untuk senantiasa jadi bahan muhasabah diri yang bagus. Kita tentu juga memiliki orang lain yang hidup di sekeliling kita, yang dapat melihat sisi kelebihan dan kekurangan kita. Masukan berharga dari mereka juga perlu kita dengar.
Hari ini saya terfikir memaknai tentang kompetisi melawan diri sendiri. Banyaknya target-target, cita-cita, impian serta planning yang kita rancang terkadang seperti bongkahan batu bata yang disusun dan lama kelamaan menjadi satu tembok besar yang menjadi penghalang dalam mencapainya. Yang benar, harusnya kerika satu batu bata kita letakkan, maka kita harus mau untuk naik ke atasnya. Terus dan terus hingga batu bata yang tersusun tinggi kitapun mampu berdiri lebih tinggi diatasnya. Menjadi pijakan yang kokoh, bukan lagi menjadi tembok penghalang.
Menulis, menghafal, membiasakan yang baik, kebanyakan diri kitalah yang harus menumbuhkan kedisiplinan. Tanpa adanya kedisiplinan dari diri, tak ada tanggung jawab. Karena, oranglain hanyalah sebagai pihak yang mendukung, mengingatkan dan memberikan kritik pada oranglain. Bukan yang membangun kepribadian dalam diri seseorang. Saya ingin memiliki kesadaran diri untuk lebih disiplin. Keraslah pada dirimu sendiri, maka dunia akan lunak padamu. Sepertinya menjadi kalimat yang harus saya ulang-ulang dan lekatkan dalam setiap perjuangan saya melawan diri sendiri. Satu halaman perhari, mulai menghafal al-Qur’an (lagi) dan membiasakan kebiasaan baik mulai dari yang paling mudah untuk di jalani adalah hal yang saya putuskan untuk jalani saat ini. Yang ingin saya jadikan modal untuk memperkokoh menuju pribadi yang lebih baik lagi. Andaikata saat ini saya belum mambu berbuat sesuatu yang besar, perubahan kecil saya adalah bukti keseriusan saya mengikuti jejak langkah orang-orang besar,dan kelak menjadi orang yang besar pula di masa yang akan datang. Wallahua’lam bi ash-shawab. (Senin, 07 Mei 2012)

No comments:

Post a Comment