Bismillah...
Efek
domino.
Pernah dengar istilah di atas? Istilah 'efek domino' diambil dari
analogi permainan domino itu sendiri. Dimana ketika domino itu jatuh kearah
barisan domino selanjutnya, semuanya akan jatuh terus menerus sampai akhirnya
tak satupun domino itu berdiri. Definisi dari analogi tersebut adalah
penyebaran suatu perubahan yang secara terus menerus dalam bentuk reaksi
berantai sampai masalah itu dapat dihentikan.
Oke, saya tidak akan membahas permainan domino.
Tetapi, dari analogi tersebut akan lebih menarik jika dikaitkan dengan
kehidupan kita sehari-hari. Apapun aktifitas yang tengah kita geluti, semuanya
takkan lepas dari keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Katakanlah,
adakah hubungannya antara mandi pagi dan kambing congek? Tentu saja ada. Kalau
anda tidak mandi dan berani berdekat-dekatan dengan orang lain, minimal orang
yang kita dekati akan kebauan dan biilang bahwa bau badan anda mirip kambing
congek. Ah, ini hanya asal kepikiran saja kok menulisnya. Bukan pengalaman
pribadi. :D
Maksudnya, jika kita lalai atau sering
menggampangkan suatu urusan maka hal tersebut dapat menjadi masalah besar
dilain hari. Meski itu sepele, hal-hal kecil dan tidak penting bagi kita.
Katakanlah ada sederet agenda yang harus kita jalani, rangkaian agenda tersebut
telah kita susun dengan rapi. Satu kali saja kita lalai, ibarat balok domino
yang anda sentil maka merembetlah ke deretan balok domino selanjutnya. Semuanya
jatuh, ambruk. Entah berapa kerugian yang harus ditanggung hingga kita dapat
menghentikannya.
Kita sering shalat tidak tepat waktu. Ya,
karena hal yang paling mudah dilakukan manusia adalah menunda-nunda shalat.
Dikasih waktu yang longgar sekalipun belum tentu akan bersegera. Makanya,
shalatlah tepat pada waktunya (YANG UTAMA, INI JELAS-JELAS ADALAH PERINGATAN
UNTUK DIRI SAYA SENDIRI!). Shalat itu ibadah yang rutin, yang wajib sehari lima
kali. Cukuplah untuk membina kebiasaan dengan sebuah rutinitas. Harusnya, bukan
lagi hanya suatu rutinitas melainkan kebutuhan. Ya, semuanya berawal dari
shalat.
Lalu, apakah hikmah dari efek domino hanya
perkara kejatuhan pada hal-hal yang buruk saja? Mari memaknainya dengan
definisi yang lain. Misalnya, kita ingin berpartisipasi dalam membangun
peekonomian umat. Kalau menunggu anda menjadi menteri perekonomian, sepertinya
kejauhan ya. Ambil saja contoh tentang penerapan ilmu distribusi rezeki. Satu
hal yang sepele memang, katakanlah yang anda miliki hanyalah uang 1000 rupiah. Bagaimana
caranya dengan potensi itu ikut membangun perekonomian umat?
Caranya, carilah pedagang keliling (asongan)
yang berjualan permen atau tissue. Meskipun anda sedang tidak ingin mengemut
permen atau makan tissue (eh?), belilah produk mereka. Penting tidak penting, kita
sudah menjadi ‘orang penting’ bagi mereka. Si pedagang menerima uang, dapat
mengambil laba dan tentu saja akan berpengaruh pada pendapatannya hari itu.
Lalu ia membeli beras, di pedagang beras dapat mengulak dagangannya kembali dan
seterusnya hingga laporan PDB negara ini meningkat. Pendapatan perkapita
meningkat, ekonomipun tergerak. Hebat kan? Itulah penerapan efek domino lain
yang saya maksud. Satu tindakan yang efektif dan terarah akan menduduki peranan
yang besar lewat proses akumulasi.
Milikilah prinsip, satu kebaikan akan membawa
kebaikan lain. Bangunlah balok domino-mu dengan berbagai kebaikan. Agar kelak
jika harus jatuh, yang merembet itu semua adalah kebaikan. Kebaikan yang
menular, itu bagus!
Selamat belajar!
kalau belum bisa wukuf, kita puasa arafah yuk!
J
@khalilaindriana
Oktober, 25st 2012
6:14
No comments:
Post a Comment