Menjadi seorang penggagas, terkadang hanya terpantik oleh
bersitan ide yang umum, namun masih jarang direalisasikan dengan kesungguhan. Seringkali
ada niat yang menggebu-gebu seolah tiada waktu lagi menunda untuk sesegera
mungkin dijalankan. Tapi sekejap itu pula niat itu hilang, tergerus oleh ego
dan jutaan alasan yang mengiringinya. Ada yang bertahan, namun akhirnya kandas
jua oleh terjangan kemalasan dan kesibukan. Langkah awal bukan lagi menjadi
pijakan untuk langkah berikutnya demi mencapai sebuah tujuan. Melainkan langkah
yang tersendat dan terhenti, untuk sebuah keputusan berbelok atau mungkin
berbalik arah. Kecuali, ada alternatif pilihan tindakan yang patut dipertimbangkan.
Niat awal itu sudah luar biasa. Namun, langkah berikutnya
adalah yang menentukan. Kalau Columbus mau menerima tantangan untuk mencari
benua ketika sayembara, maka tak pantas orang-orang yang tak bergeming itu
berkata, ”Aku juga bisa melakukannya!” Tapi, tetap saja Columbus yang bergerak
dan berhasil menemukan benua Amerika. Karena kemungkinan berhasil dan gagal dalam
mencoba itu perbandingannya 50:50. Meski tak selamanya begitu. Tergantung
bagaimana analisa kita dalam menghadapinya, bukan judgement yang selalu mengarah pada pesimistis saja tentunya.
Sudah nampak jelas perbedaannya. Biar dicibir, asal tidak
berbalas nyiyir. Sudah suratan takdir, orang yang pertama bersedia menangkap peluang
ke arah kebaikan itu dihina dan diremehkan. Bahkan sejak jaman Nabi, Assabiqunal awwalun, mereka yang pertama-tama
menyatakan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Alllah dan Muhammad sebagai
Rasulullah adalah mereka yang dihina, disiksa, dan diperlakukan semena-mena
oleh kaum kafir. Tapi mereka menang, mereka bergerak fi sabilillah yang dibukakan pintu syurga selebar-lebarnya. Mereka
yang menyerahkan hidup dan matinya istiqamah
di jalan kebenaran, kelak menerima pula balasan terbaik. Sungguh, balasan
tersebut adalah dari Tuhannya, bukan
para pendusta agama yang mencemooh mereka di dunia. Ganjaran bagi para pendosa
adalah neraka, sedangkan bagi yang beriman dan beramal shalih sudah barang
tentu syurga balasannya. Itulah janji Allah yang sebenar-benarnya. Kita memilih
yang mana?
Jadi, jika anda takut melangkah dalam kebenaran, ingat-ingatlah
pesan ini. Jutaan ide setiap harinya terbentang di hadapan kita, namun hanya
orang yang pandai menangkap peluang dan meraih kesempatan yang akan
menjadikannya pemenang. Orang yang melakukan kebaikan dan keburukan sebenarnya
hanya satu yang sedang mereka lakukan. Yaitu, membuat keputusan untuk sebuah
pilihan. Memilih yang manapun, tetap ada implikasi dan resiko yang harus
dipertanggungjawabkan. Yang ingin melakukan perubahan dalam hidupnya, akan
senantiasa bergerak. Action, action, dan action. Air yang tergenang seiring
waktu bisa jadi keruh, berbeda dengan air yang terus mengalir. Setiap saat
berganti dengan air bersih lagi jernih.
Teruslah bergerak, karena diam identik
dengan mati!
*ingat sekeping semangat yang dikirimkan beberapa tahun silam oleh seorang sahabat. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT. :)
Khalila indriana, Oktober 2012
Yang tak bergerak itu mati. Yang bekerja tak tahu arah itu sia-sia. Yang hanya bicara itu dosa. Lalu dimanakah kita? Kita coba menjadi yang tak berlebihan melakukan sesuatu, berfikir, bergerak dan berkarya sesuai kemampuan dan potensi maksimal kita.. Semoga Allah memudahkan.
ReplyDelete