Khalila Butik Hijab Syar'i

Showing posts with label khoni indriani. Show all posts
Showing posts with label khoni indriani. Show all posts

Monday, October 22, 2012

Setiap Tusuknya Tak Lebih adalah Doa


Ada seseorang yang pernah mengatakan ini kepada saya:


"Kekuatan sebuah karya bukanlah berasal dari rumitnya atau beragamnya peralatan yang di pakai. Kekuatan sebuah karya adalah berasal dari hati sang penciptanya.
Sebuah karya yang berasal dari hati yang tulus ikhlas akan menjadikan karya tersebut bernilai dan memiliki pengaruh yang kuat dari yang melihat, walaupun karya tersebut dibuat dengan cara dan alat yang sederhana."

Dan itulah yang sedang saya kerjakan, mengasah kreatifitas. Kekuatan detail dan kebaruan.
Be a freshmaker! :)

***
Menjadi seorang crafter bukan perkara yang baru bagi saya. Semenjak saya menyadari suatu hal yang merubah persepsi saya, tentang bidang seni apa yang saya kuasai. Karena jujur, semenjak dulu saya sulit sekali mengenali bakat seni apa yang benar-benar saya kuasai. Boleh di cek list:

Musik. Vocal pas-pasan, tidak menguasai satupun alat musik!
Lukis dan Gambar. Pernah menggambar peta provinsi Jawa Timur, detail sekali. Disangka itu minta tolong digambar oleh sodara, saya kecewa dan melupakannya. Ternyata, kakak saya nomer dua yang jago desain malah.
Menari, pernah ikut cheerleader waktu SMP. Insyaf berhijab, insyaAllah hingga hari ini dan seterusnya. Jadi, maaf tidak berminat mengikuti dance with Agnes, sama sekali! :D
Patung, ukir, pahat, gerabah. Termasuk membuat batu bata juga tak saya kuasai.
Batik. Kakek saya seorang pembatik. Saya bukan, tapi sepertinya darah seni itu ada dalam diri saya. Tinggal mengasahnya.

Saat di SMA, saya asal saja memilih konsentrasi kelas seni yang saya ikuti. Kelas menggambar. Yah, tak seburuk yang saya bayangkan. Saya menggambar perspektif, belajar arsiran,  dan mendapat wejangan yang terus saya ingat dari guru seni saya itu.
"Menarik garis, satu goresan. Jangan diulang-ulang seperti itu. Kalian ini, nampak sekali kepribadian kalian yang ragu-ragu (mulai menerawang). Orang seni itu sah-sah saja menggambar tidak lurus, kalau yang lurus itu adalah penggaris! (mungkin beliau lupa ada penggaris model busur derajat. Dan itu parabola,hehe. Lupakan). Jadi, si bapak guru meng'haram'kan benda bernama penggaris itu di kelasnya.

Hingga akhirnya saya mengingat kembali keterampilan sederhana yang diajarkan oleh pak guru SD saya. Tusuk-menusuk. Eh, seni tusuk hias maksud saya. Iya, guru seni menjahit saya laki-laki lho. Dari yang sederhana itu, subhanallah..luar biasa. Saya bisa merasa lebih hidup dan bebas berkarya. Seingat saya, macam-macam yang beliau ajarkan. Dan hanya 3 tusuk yang paling sering saya gunakan, tusuk jelujur, tusuk feston dan sesekali tusuk tikam jejak. 
Saya hanya mendayagunakan keterampilan dan (sedikit) darah seni yang mengalir ditubuh saya untuk berkarya dan bekerja. (ohya, tadi saya sudah bilang kakek saya seorang pembatik, bukan? Benar, saya bukan darah biru. Sumpah! :D) Banyak yang tidak tahu saya selama ini bekerja dengan benda-benda tajam di tangan. Jarum, gunting, lelehan lem tembak, di samping kelembutan kain flanel, dakron empuk dan benang yang tipis. Pekerjaan membuat kreasi dari bahan kain flanel-pun saya tekuni mulai Desember 2008 hingga detik ini.
Menjadi seorang crafter flanel. Menjalankan roda bisnis dengan konsep mengembangkan creativepreneur. "design.art.color" adalah tagline yang diusung produk dengan merek dagang Ichonochan Craft. Desain, sebisa mungkin membuat produk yang kuat dan detil. Bentuk dan jenis produk boleh sama, tapi pasti berbeda dalam proses pengerjaan dan hasilnya. Crafter seperti kami ini bilang, 'teinspirasi' karena sebutan plagiat nampaknya juga kurang pas mengingat kondisi kecanggihan teknologi informasi yang ada. Seni, tentu saja sentuhannya sangat menentukan kekuatan karya. Namun semua itu sama saja bohong tanpa sense memadukan warna. Bagi sebagian orang ini pekerjaan sepele, tapi sebagian lain mengatakan ini bagian dari cara mengimplementasikan sebuah karya.
Entahlah, saya sendiri selama ini hanya bermodal kemauan dan nyaman saja menjalaninya.  Bersama saudari kembar saya, yang tentunya jauh lebih jago dari saya :D. Seni yang dibisniskan itu hanya soal kreatifitas. Seberapa tinggi kita menghargai hasil karya, maka sebenarnya ide itulah yang mahal. Biarlah orang berkata apa, saya bebas saja mengekspresikan karya seni lewat media yang saya senangi. Fokus, itu saja. InsyaAllah, suatu saat menjadi karya besar asal keyakinan dan ketekunan ini terjaga. Suatu saat akan menjadi karya yang besar, saya yakin. :)
One million miles, start with one step. Mau tahu motivasi terbesar saya? Tusukan pertama beriring tusukan berikutnya, hingga menciptakan sebuah karya. Karena setiap tusukannya adalah tasbih bagi saya bagi Sang Maha Pencipta. Setiap Tusuknya Tak Lebih adalah Doa. Itu saja.

Kekuatan sebuah karya adalah berasal dari hati sang penciptanya.
Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut.

Selamat berkarya dengan hati.... :)

@khalilaindriana
Oct, 23rd 2012

Sunday, October 21, 2012

Diam Identik dengan Mati!


Menjadi seorang penggagas, terkadang hanya terpantik oleh bersitan ide yang umum, namun masih jarang direalisasikan dengan kesungguhan. Seringkali ada niat yang menggebu-gebu seolah tiada waktu lagi menunda untuk sesegera mungkin dijalankan. Tapi sekejap itu pula niat itu hilang, tergerus oleh ego dan jutaan alasan yang mengiringinya. Ada yang bertahan, namun akhirnya kandas jua oleh terjangan kemalasan dan kesibukan. Langkah awal bukan lagi menjadi pijakan untuk langkah berikutnya demi mencapai sebuah tujuan. Melainkan langkah yang tersendat dan terhenti, untuk sebuah keputusan berbelok atau mungkin berbalik arah. Kecuali, ada alternatif pilihan tindakan yang patut dipertimbangkan.
Niat awal itu sudah luar biasa. Namun, langkah berikutnya adalah yang menentukan. Kalau Columbus mau menerima tantangan untuk mencari benua ketika sayembara, maka tak pantas orang-orang yang tak bergeming itu berkata, ”Aku juga bisa melakukannya!” Tapi, tetap saja Columbus yang bergerak dan berhasil menemukan benua Amerika. Karena kemungkinan berhasil dan gagal dalam mencoba itu perbandingannya 50:50. Meski tak selamanya begitu. Tergantung bagaimana analisa kita dalam menghadapinya, bukan judgement yang selalu mengarah pada pesimistis saja tentunya.
Sudah nampak jelas perbedaannya. Biar dicibir, asal tidak berbalas nyiyir. Sudah suratan takdir, orang yang pertama bersedia menangkap peluang ke arah kebaikan itu dihina dan diremehkan. Bahkan sejak jaman Nabi, Assabiqunal awwalun, mereka yang pertama-tama menyatakan kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Alllah dan Muhammad sebagai Rasulullah adalah mereka yang dihina, disiksa, dan diperlakukan semena-mena oleh kaum kafir. Tapi mereka menang, mereka bergerak fi sabilillah yang dibukakan pintu syurga selebar-lebarnya. Mereka yang menyerahkan hidup dan matinya istiqamah di jalan kebenaran, kelak menerima pula balasan terbaik. Sungguh, balasan tersebut adalah  dari Tuhannya, bukan para pendusta agama yang mencemooh mereka di dunia. Ganjaran bagi para pendosa adalah neraka, sedangkan bagi yang beriman dan beramal shalih sudah barang tentu syurga balasannya. Itulah janji Allah yang sebenar-benarnya. Kita memilih yang mana?
Jadi, jika anda takut melangkah dalam kebenaran, ingat-ingatlah pesan ini. Jutaan ide setiap harinya terbentang di hadapan kita, namun hanya orang yang pandai menangkap peluang dan meraih kesempatan yang akan menjadikannya pemenang. Orang yang melakukan kebaikan dan keburukan sebenarnya hanya satu yang sedang mereka lakukan. Yaitu, membuat keputusan untuk sebuah pilihan. Memilih yang manapun, tetap ada implikasi dan resiko yang harus dipertanggungjawabkan. Yang ingin melakukan perubahan dalam hidupnya, akan senantiasa bergerak. Action, action, dan action. Air yang tergenang seiring waktu bisa jadi keruh, berbeda dengan air yang terus mengalir. Setiap saat berganti dengan air bersih lagi jernih.

Teruslah bergerak, karena diam identik dengan mati!

*ingat sekeping semangat yang dikirimkan beberapa tahun silam oleh seorang sahabat. Semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT. :)

Khalila indriana, Oktober 2012

Thursday, August 30, 2012

Menjejak langkah menginjak usia angka kembar

Menjejak langkah menginjak usia angka kembar.

Sungguh, aku tak tahu mengapa qt dilahirkan kembar.
Pasti, Allah sengaja. Pasti Allah tak sedang coba2. Mungkin, inilah cara Allah menganugerahkan apa yang di sebut kelebihan dan kekurangan dala diri tiap2 manusia.

Allah menyayangiku dan dirimu dengan cara yang Luar Biasa.

Betapa banyak orang kembar di dunia ini, tapi ternyata lebih banyak yang terlahir sendiri-sendiri. Kesamaan bukan untuk dicari perbedaannya. Namun perbedaan,
 bukanlah hal yang harus di pertentangkan dan di banding-bandingkan. Kita tak selalu harus sama, tapi perbedaan jangan pernah menjadi sekat apalagi batas di antara kita.

Seiring usiamu dan usiaku yang berkurang, bertambah pula kebaikan (kata seorang teman). Semoga Allah senantiasa menaungi kita dengan limpahan berkah, dan ridho-Nya.

22 tahun kita tumbuh dan berkembang bersama. Tentu kita berbeda, meski kita kembar. Tentu raga kita terpisah, tapi yakinlah.. hati kita satu. Sungguh, membuat ibu dan ayah kita bangga tentu ada dalam list target pencapaian hidup kita. Bukan nanti, bukan suatu saat. Tapi sepanjang hidup kita, insyaAllah. ^^

My beloved sista.... I love you as I love My self. U're my beloved one in the world.. After Allah, Rasul and Our Mom.. :)

Happy Birthday, Barakallah fii 'umrik ukhtiy....
AKu menghargaimu. Aku menyayangimu. Meski tak pernah terucap, meski tak tahu cara terbaik untuk mengungkap.


with love,big hugz...

KHONA INDRIANA SUKADI





dan inilah reply dari kembaranku... :)
Khoni Indriani Sukadi Asiik.... Sastrawati kita sudah datang... Terlahir sebagai kembaranku... Jika suatu hari nati kalian mengenal Khalila Indriana, entah ia sebagai penulis besar, ekonom besar, maupun seorang ibu dari anak2 yang hebat, maka dengan bangga aku katakan: "Dia adalah SAUDARA KEMBARKU," :-) Makasih ya bochan, semoga shaleha menjadi identitasmu. Tuk buat bangga kedua Ortu, dan menjadi jalam menuju Syurga Firdausy. Amin...... ^_^