Pengalaman ini saya dapatkan saat mengikuti acara di Surabaya,
beberapa waktu yang lalu. Acara yang menurut saya cukup penting karena
di situ banyak sekali hal baru, ilmu, pelajaran, orang-orang hebat serta
pengalaman yang belum tentu didapatkan oleh setiap orang. Saya tak
hentinya bersyukur karena diizinkan untuk hadir di tengah-tengah mereka.
Saya
pun mulai sadar, apa yang saya dapatkan saat itu adalah buah dari
kesabaran, ketelatenan, serta konsistensi dari pilihan hidup yang saya
jalani. Jujur, fokus hidup saya saat ini ada pada 3 hal saja: Islam,
menulis dan bisnis. Tiga hal yang saya yakini suatu saat akan membawa
saya pada titik kesuksesan.
Dan ternyata, merawat
impian sederhana sekalipun harus tetap diperjuangkan. Mungkin, langkah
untuk mencapainya adalah dengan cara yang tidak sederhana. Bahkan saya
sendiri belum memahami cara kerja Allah yang sangat rumit sehingga dapat
mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di luar sana yang satu
pemikiran dan tujuan. Bertemu dengan orang-orang yang dapat mendukung
saya untuk mencapai impian. Apa yang mungkin mustahil bagi orang lain,
ternyata mudah saja jika Allah memang menghendaki.
Tentang
Islam, menulis dan bisnis. Ada salah seorang jurnalis wanita (semoga
Allah senantiasa merahmatinya dengan ilmu yang bermanfaat bagi umat),
berpesan kepada saya. Hal ini beliau ungkapkan setelah perbincangan
panjang malam itu di penginapan. Tentang siapa saya, apa latar belakang pendidikan saya, minat, motivasi, dan kegiatan yang selama ini saya jalani.
"Kamu
sudah punya modal. Dengan latar belakang ilmu yang kamu miliki, gunakan
cara pandang yang islami. Manfaatkan bekal kemampuan menulis serta
pengalaman berbisnis yang pernah kamu jalani. Saya yakin, suatu saat
kamu akan berhasil menuliskan hal paling sederhana tentang berbisnis
yang mungkin terlupakan oleh orang lain. Tulislah mulai sekarang, buat
jurnal, catatan-catatan kecil, dan semacamnya. Saya yakin, di masa depan
kamu akan menuai hasilnya."
Saya pun mulai merenung.
Seberapa banyak saya mendengar hal seperti ini dari orang-orang di
sekitar saya? Jarang! Jurnalis wanita yang saya kenal selama dua hari
ini mampu memberikan saya pencerahan dengan kalimat yang paling
sederhana yang ia sampaikan. Saya tidak pernah mengenal beliau
sebelumnya, dan dia juga tidak mengenal siapa saya. Saya melupakan hal
yang paling dasar, tulislah apa yang paling dekat denganmu, apa yang
paling kamu pahami, dan yang paling menarik minatmu. Di situ saya sadar,
cara Allah membimbing hambanya dengan mempertemukan saya dengan orang
yang bisa saya dengarkan saran darinya. Saya percaya wanita itu sudah
digariskan pertemuannya dengan saya. Karena saya yakin, di dunia ini
tidak ada yang kebetulan. Ada zat yang Mahamengatur. Ada hal yang
terjadi diluar kendali kita sendiri. Sekali waktu, Allah ingin mengajak kita berbicara lewat seseorang. Maka, dengarkanlah.
Saya
diingatkan kembali tentang apa yang harus saya lakukan. Saya harus
tetap konsisten dengan pilihan hidup yang telah saya pilih. Saya tidak
boleh gampang lelah, menyerah, dan kalah hanya karena impian saya belum
terwujud saat ini. Saya harus tetap yakin, batas kesuksesan dan
kegagalan adalah saat kita memutuskan untuk berhenti memperjuangkan
impian kita. Itu saja.
Dari situ saya semakin mantap
untuk lebih giat memperjuangkan semua impian yang saya miliki. Apakah
saya akan berhasil? Saya tidak akan pernah tahu jika saya tidak
mencobanya.
Terima kasih ya Allah, atas pengalaman
berharga bertemu seorang yang masih mampu mengingatkan saya untuk tidak
mudah melupakan impian besar yang saya miliki. Untuk tidak gampang
menyerah jika lelah menghampiri. Tidak gampang berpaling jika bosan
mulai menyelinap di relung hati.
Ada misi besar yang
harus dituntaskan sebelum ajal menjemput. Ada senyum kebahagiaan yang
harus diterbitkan dari wajah orang-orang tersayang. Ada masa depan yang
harus saya raih, dan syurga yang dijanjikan. Semua harus diperjuangkan
di sini, di dunia ini. Mulai sekarang, bukan nanti.
Ponorogo, 3 Februari 2015
Mungkin kamu tidak bodoh, tapi kamu tetap manusia. Dan manusia bisa saja lupa. Menulislah.
Showing posts with label ilmu. Show all posts
Showing posts with label ilmu. Show all posts
Monday, February 2, 2015
Thursday, April 18, 2013
Makna Satu Kata #15 ILMU: Cara Kita Menghargai Ilmu
Setiap hari kita belajar, belajar
hal-hal baru maupun dalam rangka mengasah kemampuan agar ilmu kita terus
bertambah. Otak kita ibarat gelas kosong yang senantiasa dapat diisi dengan
air, manusia selalu haus dengan ilmu. Ketika gelas mulai terisi penuh, jika
kita berusaha mengisinya terus menerus lama kelamaan ia akan luber. Begitu pula
dengan diri kita. Ilmu yang tumpah butuh wadah baru yang lebih lapang. Begitu
banyak ilmu dan informasi yang kita jejalkan kedalam otak kita. Ada sebagian
yang dapat kita terapkan, dan sebagian yang lain belum dapat kita aplikasikan.
Pilihannya ada dua, ilmu itu kita ajarkan atau akan menghilang tanpa jejak.
Mengajarkan sebuah ilmu juga dapat
kita tempuh dengan berbagai cara, sesuai dengan kemampuan kita. Misalkan dengan
lisan berupa ceramah, tausiyah maupun nasehat. Bisa juga lewat tulisan, buku, yang
dapat dipahami dan disebarluaskan dengan berbagai media yang ada. Apabila
memungkinkan, ilmu yang bersifat praktek dapat kita ajarkan dengan cara mempraktekkan
langkah-langkahnya pada yang kita ajari.
Memang, akan lebih baik kita
mengajarkan ilmu yang kita sendiri sudah berhasil melakukannya. Tapi tiada
salah juga mengajarkan pengetahuan yang belum kita praktekkan, jika itu
mengandung kebaikan. Ya, meski kita belum dapat mengamalkan secara keseluruhan.
Bahwa sisi terpenting dari kesuksesan sebuah pembelajaran adalah yang kita
ajarkan sedikit namun dapat di amalkan sebanyak-banyaknya. Jadi, ilmu tersebut
berkah.
Sekarang, mari kita tengok pada
diri masing-masing. Ilmu apa saja yang berhasil kita dapatkan dan kita terapkan
dalam kehidupan kita mulai lahir hingga usia kita sekarang ini. Ilmu tidak
mengenal tinggi rendahnya strata pendidikan, dari siapa kita dilahirkan,
seberapa kaya maupun miskin diri kita. Ia hanya mengenal keikhlasan dan
kesiapan dari si penerima ilmu. Karena ilmu adalah cahaya. Dan cahaya tidak
akan pernah sampai pada jiwa yang senantiasa berbuat kemaksiatan.
Apapun ilmu yang kita kuasai,
bersegeralah untuk memulai mengajarkan ilmu tersebut pada orang lain. Ilmu yang
bermanfaat tentunya. Selain harta yang disedekahkan, suatu hal yang takkan
pernah berkurang jika dibagikan adalah ilmu. Bahkan ia akan terus bertambah dan
melekat pada diri seseorang. Ia bahkan dapat menjadi sumber pahala yang tiada
putusnya bahkan ketika kita telah tiada.
Mungkin bagi kita ilmu yang kita
anggap sepele dan sederhana, sangat biasa bagi kita. Namun, siapa sangka ilmu
tersebut sangat luar biasa berguna bagi orang lain. Bahkan dapat merubah nasib
seseorang menjadi lebih baik. Mulailah berfikir untu tidak egois. Bob Sadino
pernah berkata, ia tidak ingin ilmu dan pengalaman yang ia miliki hanya akan ikut
terkubur saat ia meninggal nanti. Ia ingin ilmunya dapat dipelajari orang lain.
Berawal dari pemikiran pada
tulisan ini, saya ingin belajar berbagi ilmu. Dengan cara yang mampu saya
lakukan. Menulis adalah salah satu jalan saya berbagi ilmu. Meski pemahaman
saya belum sepenuhnya benar, saya berharap dengan menulis dapat memperbaiki
sendi-sendi kehidupan saya menjadi lebih baik. Saya dapat banyak belajar, dan
siap menerima masukan dari siapapun yang mau mengingatkan kekhilafan terhadap
apa yang saya tulis.
Karena prinsip saya dalam menulis
adalah menulis dengan ilmu. Menulis sebagai investasi akhiratku. Berharap,
semua yang tertulis bagaikan nafas yang terus membuat saya hidup meski suatu
saat saya telah pergi meninggalkan dunia ini.
Khalila Indriana, 2013.
100 hari penuh inspirasi
Subscribe to:
Posts (Atom)