Khalila Butik Hijab Syar'i

Monday, February 2, 2015

Saat Allah (ingin) Mengajakmu Bicara

Pengalaman ini saya dapatkan saat mengikuti acara di Surabaya, beberapa waktu yang lalu. Acara yang menurut saya cukup penting karena di situ banyak sekali hal baru, ilmu, pelajaran, orang-orang hebat serta pengalaman yang belum tentu didapatkan oleh setiap orang. Saya tak hentinya bersyukur karena diizinkan untuk hadir di tengah-tengah mereka.

Saya pun mulai sadar, apa yang saya dapatkan saat itu adalah buah dari kesabaran, ketelatenan, serta konsistensi dari pilihan hidup yang saya jalani. Jujur, fokus hidup saya saat ini ada pada 3 hal saja: Islam, menulis dan bisnis. Tiga hal yang saya yakini suatu saat akan membawa saya pada titik kesuksesan.

Dan ternyata, merawat impian sederhana sekalipun harus tetap diperjuangkan. Mungkin, langkah untuk mencapainya adalah dengan cara yang tidak sederhana. Bahkan saya sendiri belum memahami cara kerja Allah yang sangat rumit sehingga dapat mempertemukan saya dengan orang-orang hebat di luar sana yang satu pemikiran dan tujuan. Bertemu dengan orang-orang yang dapat mendukung saya untuk mencapai impian. Apa yang mungkin mustahil bagi orang lain, ternyata mudah saja jika Allah memang menghendaki.

Tentang Islam, menulis dan bisnis. Ada salah seorang jurnalis wanita (semoga Allah senantiasa merahmatinya dengan ilmu yang bermanfaat bagi umat), berpesan kepada saya. Hal ini beliau ungkapkan setelah perbincangan panjang malam itu di penginapan. Tentang siapa saya, apa latar belakang pendidikan saya, minat, motivasi, dan kegiatan yang selama ini saya jalani.

"Kamu sudah punya modal. Dengan latar belakang ilmu yang kamu miliki, gunakan cara pandang yang islami. Manfaatkan bekal kemampuan menulis serta pengalaman berbisnis yang pernah kamu jalani. Saya yakin, suatu saat kamu akan berhasil menuliskan hal paling sederhana tentang berbisnis yang mungkin terlupakan oleh orang lain. Tulislah mulai sekarang, buat jurnal, catatan-catatan kecil, dan semacamnya. Saya yakin, di masa depan kamu akan menuai hasilnya."

Saya pun mulai merenung. Seberapa banyak saya mendengar hal seperti ini dari orang-orang di sekitar saya? Jarang! Jurnalis wanita yang saya kenal selama dua hari ini mampu memberikan saya pencerahan dengan kalimat yang paling sederhana yang ia sampaikan. Saya tidak pernah mengenal beliau sebelumnya, dan dia juga tidak mengenal siapa saya. Saya melupakan hal yang paling dasar, tulislah apa yang paling dekat denganmu, apa yang paling kamu pahami, dan yang paling menarik minatmu. Di situ saya sadar, cara Allah membimbing hambanya dengan mempertemukan saya dengan orang yang bisa saya dengarkan saran darinya. Saya percaya wanita itu sudah digariskan pertemuannya dengan saya. Karena saya yakin, di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Ada zat yang Mahamengatur. Ada hal yang terjadi diluar kendali kita sendiri. Sekali waktu, Allah ingin mengajak kita berbicara lewat seseorang. Maka, dengarkanlah.

Saya diingatkan kembali tentang apa yang harus saya lakukan. Saya harus tetap konsisten dengan pilihan hidup yang telah saya pilih. Saya tidak boleh gampang lelah, menyerah, dan kalah hanya karena impian saya belum terwujud saat ini. Saya harus tetap yakin, batas kesuksesan dan kegagalan adalah saat kita memutuskan untuk berhenti memperjuangkan impian kita. Itu saja.

Dari situ saya semakin mantap untuk lebih giat memperjuangkan semua impian yang saya miliki. Apakah saya akan berhasil? Saya tidak akan pernah tahu jika saya tidak mencobanya.

Terima kasih ya Allah, atas pengalaman berharga bertemu seorang yang masih mampu mengingatkan saya untuk tidak mudah melupakan impian besar yang saya miliki. Untuk tidak gampang menyerah jika lelah menghampiri. Tidak gampang berpaling jika bosan mulai menyelinap di relung hati.

Ada misi besar yang harus dituntaskan sebelum ajal menjemput. Ada senyum kebahagiaan yang harus diterbitkan dari wajah orang-orang tersayang. Ada masa depan yang harus saya raih, dan syurga yang dijanjikan. Semua harus diperjuangkan di sini, di dunia ini. Mulai sekarang, bukan nanti.

Ponorogo, 3 Februari 2015

Mungkin kamu tidak bodoh, tapi kamu tetap manusia. Dan manusia bisa saja lupa. Menulislah.

Wednesday, December 10, 2014

Mencuci Kenangan dengan Benar

"Saya yakin, setiap orang punya hak untuk mengerti cara mencuci kenangan dengan benar..."
-bukan iklan unilever

Hehehe. Kata-kata di atas cukup ngetren akhir2 ini, baca aja kayak di iklan cuci-tangannya  unilever. Cuman diplesetin dikit.

Banyak kenangan yang ingin saya 'cuci' dari otak saya, entah itu kenangan buruk, mimpi yang tak tercapai (karena momennya dah terlewat), rasa kecewa yang mendalam, dan sebagainya. Saya ingin menghilangan hal-hal negatif yang ada di pikiran saya. Termasuk kenangan masa lalu yang menyakitkan. Saya pernah bilang ke sosial media, saya mungkin sudah memaafkan orang-orang yang pernah membully saya sewaktu kelas empat SD, namun saya mungkin tidak akan bisa melupakannya.

Bagaimana? Padahal itu kenangan yang buruk, lebih buruk dari masa sulit saya yang kelaparan saat masih kecil. Lebih buruk dari kenangan bentakan-bentakan yang terucap di rumah saat saya masih belia. Semua kenangan buruk yang pernah terjadi dalam hidup saya, jujur saya ingin berdamai dengan itu semua.

Saya hanya ingin menjalani hari ini dengan sebaik-baiknya. Masa-masa yang mungkin takkan terulang lagi di masa depan, karena saya yakin akan janji Allah. Saya percaya segala harapan, impian dan doa saya suatu saat akan terwujud. Menjalani kehidupan impian saya. Saya hanya ingin fokus dengan segala hal baik yang dapat saya lakukan. Untuk meraih impian masa depan yang saya inginkan. Namun, saya selalu kembalikan semuanya pada Allah Yang Mahamenggenggam Segala Urusan. Saya lebih banyak berpasrah diri dan yakin akan takdir terbaik darinya.

Hidup, Jodoh, Rezeki, Mati, semua Allah yang atur. Tinggal kita ikhtiar, ikhtiar, bersyukur dan berdoa untuk meraih predikat terbaik di sisiNya.

Mungkin, beberapa saat yang lalu, saya masih menjadi manusia egois. Manusia yang hanya ingin enaknya aja, tanpa mau berusaha melaksanakan segala yang diperintahkanNya. Namun beruntung, saya segera sadar, tidak ada pencapaian tanpa perjuangan. Termasuk perjuangan untuk melupakan kenangan buruk dalam memori saya. Penerimaan, memaafkan, menatap masa depan.

Allah, bantu aku menjadi pribadi yang lebih baik. Jadikanlah segala langkahku sebagai catatan amal baik di sisiMu. Allah, hanya padaMu kuserahkan hidup dan matiku. Engkau yang Mahamendengar segala doa hambamu....

Dini hari, 11 Desember 2014
Menjadi pribadi yang lebih berkualitas, pasti bisa.

Sunday, December 7, 2014

Menabung Karya, Menabung Pahala

"Impian terdekat saya 2 tahun kedepan adalah menulis 10 judul buku, baik diterbitkan penerbit major, indie, maupun selfpublishing. Lalu bergerak menjadi writerpreneur. Doakan ya!"
-khalila indriana

Sebentar, saya gak lagi mau nyombong atau apa ya. Kayaknya songong banget mau nulis buku sebanyak itu dalam waktu dua tahun!

Ini bukan perkara sombong bin pongah bin sok, tapi pengen aja punya impian di akhir 2014 ini. Saya gak tahu ini bakal terealisasi atau enggak. Itu hanya sekedar reminder buat diri sendiri. Setidaknya ada impian yang ingin saya kejar.

Menulis buku bukan perkara nantinya bikin saya tenar atau enggak, tapi lebih pada tanggung jawab saya sebagai pembelajar yang harusnya tidak pelit berbagi ilmu sesedikit apapun yang saya miliki. Saya tidak boleh jadi orang yang egois, yang hanya memndam ilmu dan berhenti manfaatnya hanya pada diri saya sendiri.

Suatu sore saya berjalan-jalan di toko buku bersama saudari kembar saya. Tercetuslah ide untuk menjadikan buku sebagai investasi di masa depan, bahkan investasi di akhirat. Menabung karya (buku) dan menabung pahala, istilahnya. Setelah menulis dua buku (satu buku motivasi dan satu buku antologi), saya memiliki keyakinan inilah jalan yang Allah berikan kepada saya untuk berkarya.

Saya bertemu dengan dua sahabat saya, mbak Indar (owner Unique Boutique) dan mas Imam (owner Diamond). Keduanya mengatakan hal yang intinya sama, "Tekuni saja jika itu memang yang kamu bisa. Pasti suatu saat akan menghasilkan". Intinya seperti itu. Harus memanfaatkan kemampuan yang ada untuk meraih kesuksesan. Tidak usah lagi mencari-cari yang tidak ada, itu namanya mengada-ada!

Saya semakin yakin dan mantap memilih jalan ini. Menulis, selain jalan untuk berbagi ilmu, insyaAllah sebagai ladang penghasilan (passive income) bagi saya di masa mendatang. Semoga nantinya akan ada hasil yang bisa saya raih di jalan ini. Doakan ya!

P.S.: Per tanggal 1 Desember 2014 saya resmi menjadi freelancer, penulis konten jurnalistik di Fimadani (news.fimadani.com). Alhamdulillah, doa saya tentang 'bekerja bisa di mana saja termasuk di rumah sekalipun tetap dapat menghasilkan' akhirnya terjawab. Doakan (lagi) ya, bisa konsisten di media ini. Gak jauh-jauh dari menulis, bedanya sekarang dituntut lebih professional lagi.

Penasaran gimana ceritanya bisa gabung dengan Fimadani? Sengkapnya akan saya ceritakan di postingan selanjutnya.