Membebaskan diri dari pembicaraan tentang keburukan orang
lain.
Itu artinya memperbesar
husnudzan, tidak menerka-nerka, dan sadar itulah aib saudara yang harus kita
jaga, kita tutup.
Agar kelak ditutup pula aib-aib
kita.
Agar tak sia-sia setiap hari
kita berdoa, memohon tidak diputar ‘video’ kemaksiatan di dunia.
Di hadapan ribuan wajah yang
(mungkin saja) tertunduk menunggu gilirannya.
Sungguh, itulah yang seharusnya
dilakukan.Saya sedang berusaha keras menjalani hal tersebut.
***
Saya tidak ingin menjadi seorang pencela.
Sedikit-sedikit komentar, protes.
Sibuk ber-suudzan ria, padahal sudah jelas itu perbuatan
tercela.
Saya mulai meminimalisir prasangka buruk terhadap segala
sesuatu.
Menciptakan pikiran-pikiran positif, memandang dari sisi
yang lain dari suatu keburukan, hingga menjadi suatu keindahan. Bagian dari
hidup.
Apalagi menyangkut aib seseorang.
Lha wong saya sendiri juga banyak dosa.
Terus berdoa untuk ditutup aibnya, makanya harus hati-hati
untuk tak mengumbar aib orang lain.
Membicarakan saudara sendiri? Makan bangkai saudara sendiri
dong? Na’udzubillahi min dzalik.
Memperbesar Husnudzan. Begitu, kawan.
PS: Untuk menutup aib orang lain, jangan sampai nyari-nyari
aib itu sendiri.
(tulisan ini saya tulis tanggal 14 Januari 2010.
Subbhanallah, seperti apa saya saat itu dan saya hari ini? Semoga tulisan ini
menjadi reminder buat saya untuk menjadi pribadi yang lebih berhati-hati untuk
tidak mengumbar aib. Menulislah, suatu saat itu akan menjadi pengingat bagi
dirimu sendiri. J)
@khalilaindriana 2012
No comments:
Post a Comment