Khalila Butik Hijab Syar'i

Monday, September 30, 2013

#1 Skripsi

“Dalam ranah tulis-menulis, cerita anak adalah yang tersulit dan di ujung ekstremnya yang termudah adalah skripsi…” (YB. Mangunwijaya-Sastrawan Besar Indonesia)

***

Awalnya kalimat sakti ini ditiupkan oleh saudara kembar saya beberapa waktu lalu. Saya iya-iya aja mengiyakan. Alasan? Ya, karera percaya dan yakin aja. Bahkan saudara saya menjadikan ini sebagai motonya dalam mengerjakan skripsi. Bekerja? Bisa jadi. Saat ini semua kata dan pernyataan yang merujuk bahwa dalam menyusun skripsi itu mudah, gak pakai ribet, dibikin enjoy aja, gampang, kerjakan aja, dan dan dan... seterusnya bakal meghiasi benak dan sanubari saya dalam menghadapi semester cantik aduhai ini. Entah ini karena ingin mensugesti diri sendiri, meyakinkan kemampuan diri, menyemangati diri sendiri, menghibur diri *abaikan yang terakhir, tolong. Skripsi bukanlah penderitaan, tapi bagian dari perjalanan menempuh pendidikan formal. Yah.. itu... juga yang bikin saya berkata yak...bisa jadi, bisa jadi. Biar ada yang nyela dan bikin orang bilang 'sekate-kate aje lu', mari tetap kalem aja dan lanjut ke bab berikutnya.

Ketika mengingat obrolan sore saya kermarin dengan saudari kembar saya, bahwa ukuran kesuksesan menempuh pendidikan formal hingga tingkat yang tertinggi dalam hidupmu adalah ketika engkau menyadari begitu banyak hal yang belum engkau ketahui. Maka selanjutnya, selamat menempuh universitas kehidupan nyata. Tapi, tugas dan kewajiban orang tua itu menanamkan aqidah dan keimanan. Rejeki juga sudah dijamin Allah. Pendidikan tinggi itu untuk membuat anak anak lebih bijaksana dalam bersikap (Budi Oeding). Saya meyakini keduanya ada benarnya.

Kemudian, tiba-tiba saja terlintas potongan pesan dosen saya di semester enam kemaren yang mengingatkan bahwa salah satu fungsi kita berkuliah strata satu adalah mengajak kita untuk berpikir runtut, menjalani segala sesuatu tahap demi tahap, dari A ke Z, semua harus melewati proses. Tidak asal menjalani dengan urutan yang sesuai, alias loncat batu eh loncat-loncat maksudnya. Kata orang bijak, orang SukSes itu Suka proSes. Bukan Suka protes. Juga jangan ngeles melulu kayak bajaj.

Alhamdulillah, sampai tanggal baru di bulan baru ini proposal belum kelar. Mungkin sedikit terlambat. Tapi, apalah arti terlambat jika kita isi dengan penyesalan. Jika nasi jadi bubur, kita hidangkan saja jadi bubur yang lezat. Bubur ayam, misalnya. *jadi laper pengen sarapan bubur. Itu baru kreatif.

Mungkin banyak yang bertanya-tanya (apa gak ada? semoga ada ya, minimal yang sering baca tulisan saya, hehe). Ngarep.
Saya kemana aja? Saya di rumah.
Ngapain aja? Wara-wiri ngerjain skripsi dan tetap mengurus bisnis. Lebih banyak waktu buat keluarga, maklum pas sekolah dan kuliah kayak indekos gak pernah banyak waktu buat keluarga dan urus rumah.
Masih aktif nulis? Alhamdulillah, semakin jarang  *ini penyakit yang paling sering kambuh sepanjang usia: malas.
Trus, tambah gimana? Pertanyaan yang sering muncul. Tambah tembem, mungkin. Tapi, sejauh ini baik-baik saja dengan urusan kesehatan. Paling begadangnya mulai kumat lagi *bukan karena skripsi ya.

Oh ya, lagi seneng muter lagu korea nih. Play list-nya album EXO-MAMA dan XOXO. Hiburan, hiburan. Juga lagi tertarik liat NET. Saluran tipi baru itu, kayaknya lumayan.

Sekian basa-basi saya ditengah pengerjaan skripsi ini. Buat yang baca, doain saya ya. Buat nambah semangat, katanya silaturahim bisa jadi charger power untuk kita. Saya target lulus tahun depan, sidang setelah KKN bulan Februari dan Wisuda bulan Mei. #Semoga. Pengen nulis note ini buat pengingat saya aja. Jadi, sebagai antibodi agar saya terhindar terjangkit virus malas.

Karena saya berkeyakinan, tidak ada sesuatu yang tidak selesai. Karena memulai adalah langkah pertama untuk menuju akhir. Itu visi.

Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa..
-5cm

Tuesday, June 4, 2013

Makna Satu Kata #32 ANDIL: Membangun Kebaikan


Sambil menunggu masuk kelas kewirausahaan kemarin, saya menyempatkan diri ke perpustakaan sebentar. Biasa, sekedar baca-baca artikel di koran untuk menyegarkan fikiran. Saat saya membolak-balik koran republika, ada kolom yang (selalu) menarik untuk saya baca. Yaitu tulisan mbak Asma Nadia, yang kali membahas tentang "MEMBANGUN KEBAIKAN".

Seperti yang beliau sampaikan dalam tulisannya, saya juga yakin saat ini masih banyak orang yang baik. Namun yang menjadi permasalahan, kebanyakan masih diam. Dalam artian untuk menyeru kebaikan dan kebenaran. Perasaan takut, merasa sok baik, dsb. tentu menjadi faktor yang membuat banyak orang masih diam dan ragu dalam menyeru kebaikan. Misal, kita tahu banyak mal yang masih tidak memperhatikan fasilitas ibadah bagi pengnjungnya. Hanya tersedia mushala kecil di basement dekat parkiran. Jika kita ingin pelayanan ditingkatkan, sempatkanlah untuk datang ke customer service untuk mengajukan keluhan. Satu, dua, sepuluh dst. jika setiap kali orang berfikir untuk mengajukan komplain maka pihak manajemen mal pasti akan 'ngeh', dan berusaha meningkatkan kualitas.

Dalam membangun kebaikan, setiap orang harus punya andil yakni mem-follow up kebaikan2 yang ada di sekitarnya. Saat ini media, sosmed, memiliki pengaruh sangat signifikan dijadikan sarana untuk menjalankannya. Memanfaatkan fasilitas retweet, share, atau menuliskan kembali gagasan kebaikan dengan bahasa kita sendiri. Satu orang yang mengutarakan kebaikan, disambung dengan kebaikan-kebaikan yang lain lama kelamaan akan membentuk ikatan yang kuat. Sehingga tidak hanya keburukan yang umum ditunjukkan, namun kebaikan menjadi suatu hal yang wajar dan harusnya memang lebih dapat diterima.


Dalam hadits arba'in yang di riwayatkan oleh Muslim disebutkan, Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”

Ya, itu semua kebali pada masing-masing. Mau ikut berjuang menerbar kebaikan atau memilih tetap menjadi baik bagi dirinya sendiri dalam DIAM.

Just for share. Semoga Allah mencatat amal baik kita.. :)



Khalila Indriana, 2013
100 hari, kurang berapa hari ini PSH? :P


Saturday, June 1, 2013

Makna Satu Kata #31 RELA: Mari Bermurah Hati!

Kepedulian terhadap sesama merupakan hal yang tak terpisahkan dari sifat-sifat yang menaungi seseorang dalam berperilaku dan bersosialisasi dengan orang lain. Di jaman yang serba hitung-hitungan ini, manusia yang paling mendapat tempat di hati masyarakat adalah yang murah hati. Mereka yang melakukan segala sesuatu atas dasar kerelaan (tulus), bukan dari seberapa besar keuntungan yang akan diraih. Meski memang harus ada pengorbanan bagi orang lain yang ia pedulikan. Kalau bahasa orang jawa, sifat seperti itu disebut "loman", tidak eman-eman. Waktu, tenaga, pikiran seolah-olah sudah lunas terbayar asal orang lain dapat merasakan manfaat dari apa yang kita lakukan. Tanpa pamrih, tanpa mengharap imbalan.

Tuhan menciptakan manusia di muka bumi ini dengan berbagai keutamaan, di antaranya kesabaran dan murah hati (hilm). Rasulullah menegaskan bahwa kesabaran dan kemurahhatian dapat membawa manfaat di dunia dan menghasilkan pahala berlimpah di akhirat. Menurut Ibn Abi Dunya, sabar dan murah hati merupakan puncak keutamaan, sumber kebaikan, dan pokok ketentraman hidup manusia.

Banyak juga yang menganggap orang loman ini sudah langka alias jarang ada. Jadi, kalau menemui orang yang murah hati, ada saja komentar negatifnya yang muncul. Cari muka lah, gila aja jaman gini ada orang yang mau ngasih cuma-cuma, paling baiknya sekali-kali doang, dan seterusnya. Bahkan tak jarang orang yang berbuat baik dan murah hati ini malah dicurigai. Wah, miris juga ya.

Sikap positif dan apresiatif terhadap orang yang murah hati akan menimbulkan kepercayaan diri seseorang untuk senantiasa berbuat baik dan lebih baik lagi. Bukan sekedar maksud menyanjung-nyanjung secara berlebihan, yang justru dapat menimbulkan kesombongan semata. Tetapi, menjadikan sifat murah hati menjadi lazim dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan singkat yang ingin saya sampaikan adalah jangan ragu untuk berbuat kebaikan, milikilah sifat murah hati kepada sesama dalam bentuk apa saja. Entah itu harta, waktu, pemikiran, tenaga, lakukan apa saja selama itu beranfaat. Sedikit atau banyak yang mampu kita lakukan, pasti akan ada efeknya bagi orang lain dan kehidupan yang lebih baik. Benarkah tidak perlu hitung-hitungan? Iya, ada Allah yang menjaminnya. Allah punya pahala, Allah punya segalanya. Yakin, perhitungan Allah jauh lebih tepat dan tak diragukan ke-valid-annya.

Murah hati merupakan salah satu sifat Rasullullah yang patut kita teladani. Mengingat cerita Rasulullah yang tetap berbuat baik kepada seorang yahudi buta, tetap setia menyuapinya dengan lemah lembut meski si yahudi sangat membenci beliau. Muhammad sebagai Rasul utusan Allah. Begitulah seharusnya, berbuat baik kepada siapa saja. Bermurah hati dalam rangka mensyukuri nikmat yang Allah karuniakan.

Saya masih ingat betul kata-kata guru agama saya di SMA. Jika kita berani mengatakan nyoh (memberikan yang kita miliki di jalan Allah), maka Allah tanpa ragu akan membalasnya dengan nyoh nyoh nyoh nyoh.... (apapun akan Allah kabulkan). Wallahua'lam. :)

Khalila Indriana, 2013
100 hari, semangat menginsprasi